(ilustrasi: M. Iqbal)

Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

Diriwayatkan dari Amr bin Ash ra. berkata:

مَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم

 “Tidak ada seorangpun yang lebih saya cintai lebih dari Rasulullah SAW”.[1]

Diriwayatkan dari Abdah binti Khalid ra. berkata:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Tidaklah Khalid ra. beranjak ke tempat tidurnya melainkan dia mengingat kerinduannya kepada Rasulullah SAW, para sahabatnya, Muhajirin dan Anshar, dan menyebutkan nama-nama mereka. Dan dia berkata: ”Mereka itu adalah leluhur (kemuliaan)ku dan nasab (keluarga)ku, hanya kepada mereka hatiku selalu menyayangi, dan telah lama saya merindukan mereka. Maka percepatlah kematianku, wahai Tuhanku, untuk kembali pada-Mu. Sampai dia tertidur”.[2]

Diriwayatkan dari Abubakar Ash Shiddiq ra. bahwa dia pernah berkata kepada Nabi SAW :

وَاَّلذِيْ بَعَثَكَ بِاْلحَقِّ لَإسْلاَمُ أَبِي طَالِبٍ كَانَ أَقَرَّ لِعَيْنِيْ مِنْ إِسْلاَمِهِ- يعني أَبَاهُ أَبَا قُحَافَةَ – ، وَذلِكَ أَنَّ إِسْلاَمَ أَبِيْ طَالِبٍ كَانَ أَقَرَّ لِعَيْنِكَ

Demi Allah Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, sungguh Islamnya Abu Thalib lebih menyenangkan bagiku dari pada Islamnya Abu Quhafah ( ayah Abubakar ra. sendiri ), karena Islamnya Abu Thalib lebih menyenangkan bagimu”. [3]

Diriwayatkan bahwa ada seorang wanita dari sahabat Anshar telah terbunuh ayahnya, saudaranya, dan suaminya pada waktu perang Uhud bersama Rasulullah SAW. Maka dia bertanya, ”Bagaimanakah keadaan Rasulullah SAW?”. Para sahabat menjawab, ”Baik-baik, beliau Alhamdulillah, seperti yang kamu senangi”. Dia berkata:”Tunjukkanlah saya pada beliau supaya saya bisa melihatnya”. Ketika telah melihat Rasulullah SAW dia mengatakan :

كُلُّ مُصِيْبَةٍ بَعْدَكَ جُلَلٌ

”Segala musibah setelahmu adalah kecil ( tidak berarti )”. [4]

Ali bin Abu Thalib, karramallahu wajhah, pernah ditanya :

كَيْفَ كَانَ حُبُّكُمْ لِرَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم؟ قَالَ: كَانَ وَاللهِ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ أَمْوَالِنَا وَأَوْلاَدِنَا وَآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَمِنَ اْلمَاءِ اْلبَارِدِ عَلَى الظَّمَأِ

Bagaimanakah cintamu pada Rasulullah SAW?”. Demi Allah, beliau lebih saya cintai dari pada harta saya, anak-anak saya, ayah saya, ibu saya, dan lebih saya sukai dari pada air dingin di saat saya haus”. [5]

Diriwayatkan, bahwa Umar bin Khaththab ra. pernah di suatu malam keluar untuk ronda menjaga masyarakat, lalu melihat sebuah lampu di suatu rumah. Ternyata ada seorang wanita tua menghambur-hamburkan bulu woll seraya mengatakan:

عَلَى مُحَمَّدٍ صَلاَةُ اْلأَبْرَارِ  *  صَلَّى عَلَيْهِ الطَّيِّبُوْنَ اْلأَخْيَارُ

قَدْ كُنْتُ قَوَامًا بُكَا بِاْلأَسْحَارِ * يَا لَيْتَ شِعْرِيْ وَاْلمَنَايَا طِوَارُ

هَلْ تَجْمَعْـنِيْ وَ حَبِيْبِيْ الدَّارُ

“Shalawat orang-orang shaleh selalu untuk Muhammad, orang-orang yang terpilihpun telah bershalat untuknya”.

“Sungguh saya telah banyak shalat malam, menangis di waktu sahur, alangkah baiknya sekiranya syairku dan kematianku telah dekat”.

“Apakah rumah (surga) akan mempertemukan saya dengan kekasihku ( Nabi SAW)”.

Maka Umar ra. duduk dan menangis. Cerita hadis ini panjang sekali.

Diriwayatkan, bahwa Abdullah bin Umar ra. kakinya pernah kebas (mati rasa hingga tak dapat bergerak), lalu dikatakan kepadanya: “Sebutlah orang yang paling kamu cintai, maka penyakit itu akan hilang”. Maka berteriaklah sabahat Abdullah ra.: ”Ohhh  Muhammadku,” maka sembuhlah kakinya.

Ketika Bilal ra. mendekati saat wafatnya, dia memanggil istrinya, lalu istrinya berteriak: ”Alangkah sedihnya saya”. Sahabat Bilal ra. langsung menjawab :

وَا طَرَبَاهُ غَداً أَلْقَى اْلأَحِبَّةَ مُحَمَّدًا وَصَحْبَهُ

Alangkah bahagianya saya, besok saya akan bertemu para kekasih, Muhammad dan sahabat-sahabatnya”. [6]

Diriwayatkan, bahwa ada seorang wanita berkata kepada Sayyidah A’isyah ra.: “Bukakanlah untukku makam Rasulullah SAW”. Maka sayyidah A’isyah ra. membukakannya untuknya, lalu wanita tersebut menangis sampai dia meninggal dunia”.

Ketika penduduk Makkah mengeluarkan Zaid bin Dasinah ra. dari tanah suci Makkah untuk dibunuh, berkatalah Abu Sufyan: ”Demi Allah, wahai Zaid, apakah kamu senang jika Muhammad saat ini ada pada kami di tempatmu ini untuk dipenggal lehernya dan kamu bersama keluargamu?”. Jawab sahabat Zaid ra. :

وَاللهِ مَا أُحِبُّ أَنَّ مُحَمَّدًا اْلآنَ فِيْ مَكَانِهِ اَّلذِيْ هُوَ فِيْهِ تُصِيْبُهُ شَوْكَةٌ وَأَنَا جَالِسٌ فِيْ أَهْلِيْ

”Demi Allah, sama  sekali  saya  tidak  suka  jika  Muhammad saat ini berada di tempatnya terkena duri sedikit saja sedangkan saya sedang duduk-duduk di tengah-tengah keluarga Saya”.[7]

(Maksudnya, sesungguhnya ujian apapun yang akan menimpa saya di jalan Muhammad, tidak akan bisa mengurangi sedikitpun cinta saya pada Muhammad). Maka Abu Sufyan berkata:

مَا رَأَيْتُ مِنَ النَّاسِ أَحَدًا يُحِبُّ أَحَدًا كَحُبِّ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ مُحَمَّدًا

Saya belum pernah melihat seorangpun yang mencintai orang lain seperti cintanya sahabat-sahabat Muhammad kepada Muhammad”.[8]


*Diterjemahkan oleh Ustadz Zainur Ridlo, M.Pd.I. dari kitab Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari 


[1] Hadis riwayat Imam Muslim.

[2] Hilyatul Auliya’, jilid 5, halaman 210. Tahdzibul Kamal Lil Maziy, jilid 8, halaman 171. Mausu’ah Ad Difa’ ‘an Rasulillah s.a.w., jilid 4, halaman 114.

[3] Adzbul Kalam, jilid 1, halaman 103.

[4] Nihayatul Arab Fii Fununil Adab, Jilid 4, halaman 423.

[5] Mausu’atud Difa’ ‘An Rasulillah s.a.w., jilid 4, halaman 417.

[6] At Tahrir Wat Tanwir, jilid 10, halaman 460.

[7] Ma’rifatu Ash Shahabah, Abu Nuaim Al Ashbihani, jilid 8, halaman 278.

[8]  Idem.