Ketua Aswaja NU Center PCNU Jombang Ustadz Yusuf Suharto, dan Direktur Aswaja NU Center Jatim, KH. Abdurrahman Navis saat bedah buku Khazanah Aswaja di Aula Kantor Muslimat NU Jombang, Ahad (15/01/2017). (Foto: Romza/Bangsaonline)

tebuireng.online– Dalam rangka menyongsong Konferensi Cabang Nahdhatul Ulama (NU) Jombang 2017, Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jombang menggelar Bedah Buku Khazanah Aswaja dengan tema “Penguatan Pemahaman Islam Rahmatan Lil Alamin,” Ahad (15/01/2017) pagi di Aula Kantor Muslimat NU Jombang.

Sedangkan, pemantik pada acara tersebut adalah KH. Abdurrahman Navis, Lc., M.Hi., Direktur Aswaja NU Center Pegurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Turut hadir dan membuka acara secara resmi, Wakil Bupati Jombang, Ibu Nyai Hj. Munjidah Wahab.

Nampak hadir juga Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU), Dr. KH. Isrofil Amar sekaligus memberikan sambutan di hadapan ratusan peserta yang terdiri dari perwakilan Banom-Banom NU itu. Beliau mengajak seluruh peserta yang hadir untuk menyimak secara benar apa yang disampaikan oleh KH. Abdurrahman Navis.

“Peserta akan mendapatkan pendidikan dan gemblengan dari Almukarrom KH. Abdurrahman Navis selaku Ketua (Direktur) Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur. Mudah-mudahan bisa kita pahami dan amalkan bersama. Dengan pengamalan Aswaja akan terciptanya kehidupan yang tentram,” ujar Kiai Isrofil singkat.

Dalam pengantarnya, Ketua Aswaja NU Center Jombang, Ustadz Yusuf Suharto mengatakan bahwa sebelum terbitnya buku “Khazana Aswaja” ini, sudah ada buku bejudul “Risalah Aswaja”. ”Bedanya, kalu buku Risalah Aswaja pengantarnya yaitu Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur, KH. Miftahul Ahyar, sedangkan buku Khazanah Aswaja pengantarnya Rais ‘Aam PBNU, KH. Ma’ruf Amin,” jelasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

KH. Abdurrahman Navis secara runtut menjelaskan tentang bagaimana awal mula lahirnya Aswaja. “Aswaja sudah ada sejak zaman Rasulullah, namun penamaannya sejak abad ke-3 Hijriyah oleh Abu Hasan al Asy’ari,” jelas Kiai Navis. Beliau juga mengimbuhkan bahwa sebenarnya Jombang adalah markas Aswaja. “Sebenarnya kalau kita berbicara Aswaja, markasnya itu di Jombang,” kata Kiai Navis disambut tawa hadirin.

Dalam buku Khazanah Aswaja terdapat enam bab. Enam bab tersebut menerangkan tentang konsep aswaja, aqidah dan landasan teoritik Aswaja, fikih Aswaja, tasawuf Aswaja, aliran-aliran di luar Aswaja dan NU, serta Aswaja Nahdliyah atau ke-NU-an.

Beliau menjelaskan, dalam buku khazanah Aswaja ini tidak termuat penyesatan kelompok-kelompok tertentu. “Dalam buku ini, kami tidak menyesatkan kelompok-kelompok selain Ahlussunnah atau NU, tetapi kami menjelaskan apa kelompok tu, siapa tokohnya dan bagaimana pemikiran firqah-nya,” jelasnya.

Kiai Navis juga mengajak seluruh hadirin untuk membuka pandangan atas faham-faham firqah di luar Aswaja, sebab menurutnya terdapat pula kalangan nahdliyin yang mengikuti atau merangkap menjadi pengurus di luar NU. ”Ya dalil dan amaliahnya itu Aswaja, cuma bedanya dengan NU, mereka lebih banyak nahi munkar-nya dari pada amar ma’ruf-nya,” tambah kiai kelahiran Sampang, 10 Mei 1963 itu.

Aswaja NU Center lahir tanggal 31 Januari 2011 atau bertepatan dengan Harlah NU. Uniknya, Aswaja NU Center secara kelembagaan hanya ada di Jawa Timur. Tujuan pendiriannya didasarkan pada rekomendasi hasil Muktamar NU di Makassar yang menginginkan NU hendaknya meneguhkan Aswaja di tengah-tengah warga nahdliyin. Sebelum Aswaja NU Center berdiri, PWNU Jatim menggunakan Kiswah (Kajian Islam Ahlussunnah Waljama’ah) untuk menkaji Aswaja dan ke-NU-an.


Pewarta:    Rif’atuz Zuhro

Editor:      M. Abror Rosyidin

Publisher: M. Abror Rosyidin