Salah satu pemandu foto di stand Pameran Mukjizat Al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng. (foto: asna)

Tebuireng.online— Eksotis. Demikianlah pengungkapan yang tepat terhadap jajaran mushaf-mushaf kuno yang jarang diketahui banyak orang. Tulisan rangkai yang masih asing dibaca, gaya huruf yang kurang familiar, kaidah penulisan orisinal Arab yang tanpa tanda baca titik dan harokat.

Mushaf-mushaf Al-Qur’an tersebut dipamerkan dalam Pameran Mukjizat Al-Qur’an di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng pada (26-27/6/2024). Pameran ini bermaksud untuk mengangkat tradisi menghafal dan menulis mushaf Al-Qur’an yang sudah turun temurun.

Ibnu ‘Athoillah atau akrab disapa Atho’, salah satu tim pemandu pameran, menjelaskan bahwa pameran mukjizat Al-Qur’an ini diselenggarakan oleh Lembaga Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal yang turut menyemarakkan acara Multaqo Nasional Ulama Al-Qur’an Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU).

“Yang kita bawa di sini merupakan replika dari mushaf Tashkent (mushaf tertua dari abad ke-7 M) yang aslinya ada di Tashkent, Uzbekistan. Hal ini untuk mengenalkan kepada pengunjung bahwa Mushaf Al-Qur’an pada masa khalifah Utsman itu seperti ini, bentuk hurufnya, teksnya, belum ada tanda titik, harakat, dan tanda ayat,” ujarnya.

Selain replika mushaf tertua dari kekhalifahan Utsman, Bayt Al-Qur’an juga memamerkan replika mushaf-mushaf lainnya, seperti mushaf dari zaman Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, serta mushaf Al-Qur’an tertua di Indonesia dari pulau Penyengat, Kepri dan Kesultanan Buton, Sulawesi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Luar Biasa. Meskipun ini replika ya, tapi kira-kira beginilah dahulu mushaf Al-Qur’an (tanpa tanda baca). Bayangkan kalau tidak ada para ulama, repot kita yang bukan orang Arab ini baca Al-Qur’an. Makanya itu, bid’ah-kan ini? Iya tapi bid’ah yang hasanah,” ujar Minahul Asna, salah seorang pengunjung pameran mukjizat Al-Qur’an.

Tim pemandu pameran juga menyampaikan bahwa ini hanya sebagian kecil dari koleksi-koleksi yang dikelola oleh Bayt Al-Qur’an dan Museum Istiqlal.

“Kalau mau lihat yang lebih banyak lagi, silakan datang berkunjung langsung ke tempat kami di Taman Mini Indonesia Indah, di DKI Jakarta. Jadi selain menjadi wisata pengetahuan, juga menjadi wisata religi,” ungkapnya.



Pewarta: Al Fahrizal