Putri Gus Dur, Inayah Wahid ajak masyarakat dan tokoh untuk merefleksikan perjuangan Kiai Hasyim merebut kemerdekaan Indonesia melalui Museum Islam Indonesia yang terletak di Tebuireng Jombang. (foto: ilvi)

Tebuireng.online— Inayah Wulandari Wahid Ketua Narasi Museum Islam Indonesia Hasyim As’ari (MINHA) menyampaikan sambutannya pada acara Konferensi Pemikiran Islam Indonesia, mengawali dengan pertanyaan apa yang terjadi jika Indonesia tanpa Islam Indonesia, dan jika benar-benar bisa terbentuk, bagaimana Indonesia tanpa Islam Indonesia?

Menurutnya putri Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, pertanyaan yang diajukan merupakan dasar untuk menjawab 79 tahun kemerdekaan Indonesia.

“Apa jadinya Indonesia tanpa tokoh-tokoh yang dibahas dalam museum?” tanyanya pada peserta konferensi, (23/8/2024) di MINHA Tebuireng Jombang.

Tidak hanya itu, ia juga menanyakan apakah Indonesia tetap memiliki demokrasi. Ia membenarkan apa yang dikatakan Kiai Hasyim, demokrasi bukan bertentangan tetapi sejalan. Beliau ragu apakah kita tidak memiliki demokrasi sama sekali. Beliau sengaja mempertanyakan terkait demokrasi, pasalnya beliau dan generasi kebawah kurang menyadari kurang bersyukur.

“Jujur saja saya generasi milenial dan adik-adik saya generasi Z kadang kami suka kufur nikmat, suka berpikir kemerdekaan Indonesia muncul mak bedunduk,” katanya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Konferensi Pemikiran Tokoh Perempuan Pesantren

Dalam konferensi itu, Inayah berharap akan disajikan oleh para pemateri jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selain itu juga menyinggung soal kontribusi apa saja yang telah diberikan oleh tokoh-tokoh untuk negara Indonesia.

“Apa yang bisa kita lakukan setelah mengetahui apa saja kontribusi tokoh-tokoh? Maka terpenting  adalah bagaimana kita bisa meneladani forum diskusi ini, serta mewujudkan komitmen bersama untuk menjaga integritas mencapai visi misi Indonesia,” tuturnya.

Saat diwawancarai,  actor kebangsaan Indonesia itu menerangkan bahwa tidak lain ingin menyampaikan narasi mengenai Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari. Lebih dari itu, menurutnya kita sering kali menganggap remeh peran agama Islam yang hanya sebatas spiritual.

“Selama ini kita taken for granted kalo bahasa zaman sekarang, kita menganggap peranan agama islam hanya sebatas pada ritual agama, pada peranan spiritual saja, tapi tidak mau menyadari bahwa peranan Islam Indonesia untuk mendirikan Indonesia itu besar sekali,” jelasnya saat diwawancarai.

Peranan Islam, menurutnya tidak hanya antara umat dan tuhannya, tetapi lebih luas daripada itu. Inayah juga mencontohkan Kiai Hasyim yang mengunakan nilai-nilai islam sebagai pembaharuan dan landasan dari membangun negara.

“Meski tidak harus menjadi negara Islam namun Islam menjadi landasannya,” jelasnya sambil kembali mengingat sejarah VOC yang merupakan pedagang, namun kita sering menyebut sebagai penjajah itu berhasil kita lawan menggunakan nilai-nilai keislaman.

Ia berharap semoga acara ini bisa menjadi bagian dari museum, semua pengunjung museum begitu masuk bisa belajar, apa yang dilakukan Kiai Hasyim dan tokoh-tokoh lain. “Keluar dari museum mereka merasa kayak kalo dulu Mbah Hasyim bagun negara ini aku tak nerusne, diharap bisa begitu.” Pungkasnya.



Pewarta: Ilvi Mariana