
Malam Lailatul Qodar merupakan malam yang terjadi hanya pada bulan Ramadhan, malam ini merupakan malam yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim. Karena malam ini lebih baik dari pada seribu bulan. Hal ini sebagimana disebutkan dalam Al-Qur’an, surat Al-Qadar:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤ سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِࣖ ٥
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar” (Q.S. Al-Qadr [97]: 1-5)
Selain itu, orang yang menegakkan malam lailatur qadar karena iman kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yang melaksanakan shaum Ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya, dan barangsiapa yang menegakkan lailatul qadar karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dariNya) maka akan diampuni dosa-dosa yang telah dikerjakannya.[1]
Keutamaan malam lailatur qodar sangatlah luar biasa dibandingan dengan malam-malam yang lainnya. Kebanyakan orang menginginkan mendapatkan malam yang mulia ini. Untuk waktu terjadinya, Nabi Muhammad tidak menjelaskan secara pasti kapan terjadinya. Faktor kepastian malam lailatul qodar menjadi misteri karena ketika Nabi ingin memberitahu terkait waktunya ada dua orang yang membatahnya, akhirnya kepastian waktu malam lailatul qadar tidak diketahui,
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى رَجُلَانِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
Artinya: “Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit berkata; Nabi SAW keluar untuk memberitahukan kami tentang Lailatul Qadar. Tiba-tiba ada dua orang dari Kaum Muslimin yang membantah Beliau. Akhirnya Beliau berkata: Aku datang untuk memberitahukan kalian tentang waktu terjadinya Lailatul Qadar namun fulan dan fulan menyanggah Aku sehingga kepastian waktunya diangkat (menjadi tidak diketahui). Namun semoga kejadian ini menjadi kebaikan buat kalian, maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh dan kelima (pada sepuluh malam akhir dari Ramadhan)[2]”
Di balik ketidakpastian waktu malam lailatul qodar, mengandung hikmah tersendiri, yakni membuat manusia rajin beribadah setiap malam karena ingin mendapatkan malam lailatul qodar. Apabila waktunya pasti, manusia tidak akan rajin setiap malam, ia hanya menunggu waktu tersebut dan melaksanakan ibadah di waktu tersebut.
Meskipun demikian, Rasulullah Saw, tetap memberikan gambaran akan watumya bagi orang yang bersungguh-sungguh ingin mendapatkannya:
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ هِيَ فِي تِسْعٍ يَمْضِينَ أَوْ فِي سَبْعٍ يَبْقَيْنَ يَعْنِي لَيْلَةَ الْقَدْرِ
Artinya: Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata; Rasulullah SAW bersabda: Dia terjadi pada sepuluh malam terakhir, juga pada sembilan hari yang terakhir atau pada yang ketujuh, yaitu terjadinya Lailatul Qadar.[3]
Dalam riwayat lain disebutkan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي رَمَضَانَ الْعَشْرَ الَّتِي فِي وَسَطِ الشَّهْرِ فَإِذَا كَانَ حِينَ يُمْسِي مِنْ عِشْرِينَ لَيْلَةً تَمْضِي وَيَسْتَقْبِلُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ رَجَعَ إِلَى مَسْكَنِهِ وَرَجَعَ مَنْ كَانَ يُجَاوِرُ مَعَهُ وَأَنَّهُ أَقَامَ فِي شَهْرٍ جَاوَرَ فِيهِ اللَّيْلَةَ الَّتِي كَانَ يَرْجِعُ فِيهَا فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَمَرَهُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ كُنْتُ أُجَاوِرُ هَذِهِ الْعَشْرَ ثُمَّ قَدْ بَدَا لِي أَنْ أُجَاوِرَ هَذِهِ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعِي فَلْيَثْبُتْ فِي مُعْتَكَفِهِ وَقَدْ أُرِيتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا فَابْتَغُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَابْتَغُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ وَقَدْ رَأَيْتُنِي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ فَاسْتَهَلَّتْ السَّمَاءُ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ فَأَمْطَرَتْ فَوَكَفَ الْمَسْجِدُ فِي مُصَلَّى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ إِحْدَى وَعِشْرِينَ فَبَصُرَتْ عَيْنِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَظَرْتُ إِلَيْهِ انْصَرَفَ مِنْ الصُّبْحِ وَوَجْهُهُ مُمْتَلِئٌ طِينًا وَمَاءً
Artinya: Dari Abu Sa’id Al Khudriy radliallahu ‘anhu; Rasulullah SAW ‘i’tikaf di bulan Ramadhan pada sepuluh malam pertengahan bulan. Kemudian ketika telah melewati malam ke dua puluh menjelang malam kedua puluh satu Beliau datang kembali ke tempat khusus i’tikaf Beliau begitu pula mereka yang sebelumnya beri’tikaf bersama Beliau. Pada malam ketika Beliau kembali beri’tikaf di bulan tersebut, Beliau menyampaikan khuthbah di hadapan orang banyak dan memerintahkan mereka menurut apa yang Allah kehendaki, lalu Beliau bersabda: Aku sudah melaksanakan i’tikaf pada sepuluh malam sebelumnya dari bulan ini kemudian dinampakkan kepadaku agar beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir, maka siapa yang telah beri’tikaf bersamaku tetaplah pada tempatnya beri’tikaf. Sungguh telah diperlihatkan kepadaku tentang malam Lailatul Qadar namun Aku dilupakan waktunya yang pasti, maka carilah pada sepuluh malam-malam akhir dan carilah pada malam yang ganjil. Sungguh Aku melihat diriku (dalam mimpi) sujud diatas air dan tanah (yang becek). Kemudian langit tampak mendung pada malam itu lalu turunlah hujan hingga masjid bocor mengenai posisi tempat sholat Nabi SAW pada malam kedua puluh satu. Kemudian mataku memandang Rasulullah SAW, Aku melihat Beliau setelah Shubuh dengan wajah Beliau yang penuh dengan tanah dan air.[4]
Hadis di atas menggambarkan bahwa malam lailatul qodar berada di 10 terakhir malam ramadhan, di malam-malam ganjil. Adapun ciri-ciri malam lailarul qadar berdasarkan hadis di atas, pada malam lailatul qodar turunlah hujan. Melihat keutamaan malam lailatul qodar yang sangat luar biasa, kita sebagai umat muslim seharusnya tidak melewatkan malam ini dengan begitu saja.
Kita bisa memaksimalkan ibadah kita di 10 hari terakhir bulan romadhon. Kita bisa menghidupkannya dengan beri’tikaf, sholat malam, dzikir, dan ibadah yang lainnya. Apabila kita punya hajat, kita bisa berdo’a agar apa yang menjadi hajat kita di ijabah Allah SWT.
Baca Juga: Amaliah Menjemput Malam Lailatul Qadar
[1] HR. Bukhori 1875
[2] HR. Bukhori 1883
[3] HR. Bukhori 1822
[4] HR. Bukhori 1873
Penulis: Almara Sukma, Alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari