Seorang lelaki yang melempar pandangannya ke luar jendela.

Yang Terkenang

Kepada yang terkenang
Sudilah kembali bersama
Merangkai segala yang pernah ada

Tahu kah kau
Aku sendiri bersama sepi
Kembali menjalani hidup tanpamu di sini

Hidupku ibarat malam
Yang gelap dengan cahaya bintang yang tak begitu terang
Aku ingin secerah siang yang disinari matahari
Tapi itu semua tak akan pernah hadir kembali

Kepada yang terkenang
Terima kasih telah memberikan kenangan
Meski mengingat hal itu
Sangat menyakitkan
Tapi aku senang, sebab kita tak sengaja berkelana
Meski tak sampai pada indahnya pelaminan

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Yang Terkasih

Kepada yang terkasih
Aku sangat berterima kasih
Sebab hati yang lama terluka
Kembali berwarna setelah hadirnya pelukis handal itu

Seorang yang mencampurkan berbagai warna
Dan memberikan berbagai kebahagiaan dalam padu pada warna meski bertabrakan
Hati yang hitam
Mendadak sesak penuh banyak warna bahagia

Kepada yang terkasih
Maaf adalah sebuah kalimat yang akan selalu terucap
Untuk setiap hal yang belum pernah engkau dapat
Maaf aku hanya bisa menjadi resepien darah
Bukan sebagai pendonor darah
Bukan sebagai apoteker yang menyembuhkan
Dan bukan sebagai kyai yang menenangkan

Aku adalah aku
Meski aku belum pernah berperan
Semoga doa ku selalu tersampaikan
Agar hidupmu berkah bersama doa yang selalu ku panjatkan


Kepada Hati yang Tak Berpenghuni

Rumah adalah tempat pulang
Bagi mereka yang kelelahan
Tapi hatiku
Benar-benar kosong tak bertuan
Meski kita pernah bersama

Ternyata benar kata orang
Tak selamanya kita baik untuk orang itu
Ada kalanya kita buruk, sebab itulah
Tuhan hanya memperkenalkan
Tidak untuk disatukan

Seperti air dan minyak
Sama-sama cair tapi tak bisa bersatu untuk bersama
Tak apa jika hati yang seharusnya memiliki penghuni
Kini mendadak ciut ditinggal sang pengisi

Tak mengapa
Sebab hidup akan terus berjalan layaknya roda
Teruslah melangkah
Tuhan pasti mendengar doa-doa bagi mereka yang meminta



Penulis: Wan Nurlaila Putri