
Dalam dunia pendidikan, sudah menjadi keharusan bagi murid untuk menghormati seorang guru. Karena merekalah yang mengajarkan pengetahuan mulai dari memahami huruf, angka hingga bisa memahami sebuah materi yang diajarkan pada beberapa bidang pengetahuan yang kalian pelajari. Namun belakangan ini, kita sering mendengar berita buruk yang menimpa para pahlawan tanpa jasa. Mulai dari tindak-tanduk yang tidak sopan, penghinaan, kekerasan hingga berujung kematian.
Di 7 tahun silam, muncul sebuah kasus yang cukup ramai mengenai tragedi tragis yang menimpa seorang guru di Sampang. Ia adalah Ahmad Budi Cahyono yang tewas setelah menerima pukulan dari muridnya yang tidak terima saat menerima teguran dari gurunya. Mirisnya kasus serupa kembali terjadi pada tahun 2024, tepatnya pada tanggal 14 Mei 2024. Seorang guru PP Hidayatullah, tewas setelah ditusuk menggunakan pisau dapur saat sedang terlelap. Pelaku mengaku bahwa kejadian pembunuhan itu dilatarbelakangi oleh seorang siswa tidak terima dengan hukuman seorang guru di depan temannya yang membuat pelaku merasa sangat malu. Atau beberapa kasus lain yang bisa kalian lihat dalam berita-berita yang sudah dilansir dalam beberapa website atau selainnya.
Dalam dunia pesantren -yang notabene adalah lembaga pendidikan Islam- menghormati seorang guru merupakan hal dasar yang harus mereka pelajari, baik melalui kitab kuning seperti, Alala atau Ta’lim Muta’allim atau dengan kebiasaan yang ditanamkan oleh guru-guru mereka, seperti halnya ketika guru mengajarkan kepada muridnya. Jika kiai lewat maka harus berdiri, diam dan tunduk atau melalui beberapa metode yang lain. Sehingga seorang santri mempunyai perilaku yang sangat sopan, mulai dari cara berbicara, mengangkat tangan, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, apakah kita pernah memperhatikan bagaimana penghormatan terhadap orang tua? Sering kali kita melihat banyak guru yang lebih dihormati daripada orang tua. Ketika berbicara dengan guru menggunakan bahasa yang sopan, namun terhadap orang tua ia anggap layaknya teman sendiri. Lewat di depan guru menunduk sopan, lewat depan orang tua kayak lewat depan tiang. Masuk ke dalam kamar guru mengucapkan salam, tetapi masuk kamar orang tua seperti masuk gudang.
Sadarkah kalian bagaimana syari’at agama Islam sangat memperhatikan terhadap kehormatan seorang orang tua? sudah terlansir banyak dalam al-Quran maupun hadis yang menjelaskan secara sharih (tegas) mengenai adab terhadap orang tua. Salah satu ayat yang membahas hal ini adalah QS. Al-Isra’ ayat 23, yang berbunyi:
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا ٢٣
Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”
Dalam ayat tersebut jelas menyebutkan bahwa, seorang anak tidak boleh mengatakan “ah” saja kepada orang tua, apalagi berkata tidak sopan, memukul dan perbuatan yang dapat menyakiti hati orang tua. Sekedar informasi, penyamaan tindakan mengatakan “ah” dengan perbuatan lain seperti memukul, dalam kajian ushul fikih dikenal dengan “Qiyas Aulawi atau Fahwal Khitob”. Kembali ke pembahasan utama, lalu apakah ada ayat Al-Qur’an yang secara jelas dan tegas (tanpa ta’wil) yang menyebutkan mengenai kehormatan seorang guru di mata murid?
Adapun hadis yang menjelaskan mengenai kehormatan orang tua sangat lah banyak. Kami akan menyebutkan beberapa hadis agar kalian sadar, oke? diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab beliau “Shahih Bukhari”, berkata:
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ هِشَامُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ: الْوَلِيدُ بْنُ الْعَيْزَارِ أَخْبَرَنِي قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ: حدثنا صاحب هذه الدار، وأشار إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ ﷺ: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: (الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا). قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: (ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ). قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: (الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ) قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ، وَلَوِ استزدته لزادني. [٢٦٣٠، ٥٦٢٥، ٧٠٩٦].
Artinya: “Abu Walid berkata kepadaku, dari Syu’bah dari Al-Walid bin ‘Inzar dari Abu Amr Asy-Syaibani, berkata bahwa pemilik rumah ini (menunjuk rumah Abu Abdillah), berkata “Aku bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, apa perbuatan yang paling dicintai Allah?”. Nabi bersabda, “Shalat pada waktunya”. Aku bertanya lagi, “kemudian apa?”. Nabi bersabda, “Berbakti kepada orang tua”. Aku bertanya lagi, “kemudian apa?”. Nabi bersabda, “Jihad di jalan Allah”. Aku berkata, “Beliau menceritakan 3 hal ini, jika aku meminta lebih banyak, maka beliau akan menambahkannya”.
Dari hadis ini saja, secara jelas menyebutkan bahwa berbakti kepada orang tua merupakan amal yang paling dicintai oleh Allah meski pada urutan ke 2. Lalu apakah ada hadis yang menyebutkan perbuatan baik kepada guru dengan jelas?
Hadis yang ke 2 diriwayatkan juga oleh Imam Bukhori, yang berbunyi:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ: أَخْبَرَنَا النَّضْرُ: أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ: حَدَّثَنَا فِرَاسٌ قَالَ: سَمِعْتُ الشَّعْبِيَّ، عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (الْكَبَائِرُ: الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وعقوق الوالدين، وقتل النفس، واليمين الغموس). [٦٤٧٦ – ٦٥٢٢]
Artinya: “Muhammad bin Maqatil berkata kepadaku dari An-Nadr dari Syu’bah dari Firos dari As-Sya’bi dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Dosa besar adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua dan sumpah palsu”.
Hadis ini secara jelas menyebutkan bahwa, durhaka kepada orang tua adalah dosa besar. Apakah ada hadist yang menyebutkan bahwa termasuk dosa besar adalah durhaka kepada guru? Sudah sadarkah kalian? Maka yang harus kita lakukan, bukanlah menghilangkan sikap hormat kita kepada guru namun kita tingkatkan sopan santun kepada orang tua layaknya kita hormat terhadap guru atau bahkan lebih hormat kepada orang tua dari pada guru. Jangan sampai salah paham ya!
Baca Juga: Prilaku yang Harus Dimiliki Seorang Guru
Penulis: M. Syukron Ni’am, Mahasantri Ma’had Aly Annur II