sumber ilustrasi: www.google.com

Oleh: Silmi Adawiyah*

Harta adalah kepemilikan mutlak yang berada di tangan Allah dan pengelolaannya berada di tangan manusia. Kedudukan manusia sebagai khilafah Allah merupakan hakikat yang kedudukannya sebagai wakil atau yang bekerja pada Allah. Maka dari itu manusia yang memiliki fugsi tersebut dalam memelihara harta, harus mengetahui aturan Allah dalam memelihara hartanya. Salah satu cara melindungi harta tersebut  adalah dengan berinfak.

Jika ditanya, manakah harta kita yang sesungguhnya? Mungkin akan menjawab segala sesuatu yang berada di rumah, atau bahkan ada yang menjawab setiap sesuatu yang pernah dibelinya, bahkan akan lebih banyak yang menjawab investasinya yang di RDI. Pernah sedikit berpikir jika harta yang sebenarnya adalah apa-apa yang kita gunakan untuk berinfak di jalan Allah. Baik berupa uang, barang, ataupun jasa. Hadis Nabi di bawah ini merupakan salah satu renungan indah bagi siapa saja yang masih menghirup udara di bumi. Beliau bersabda:    

مالك ما قدمت ومال وارثك ما أخرت

“Hartamu adalah yang kau infakkan, adapun yang kau simpan adalah harta ahli warismu.” (HR Bukhori)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Untuk apa harta disimpan jika hanya untuk sekadar diwariskan kepada ahlinya? Bukankah kita tak pernah mengerti apa yang mereka lakukan sepeninggal kita. Kalau ahli warisnya adalah orang yang beriman, maka kita akan diberkahi oleh Allah. Namun jika mereka adalah ahli waris yang ahli maksiat, maka kita tak menambah dosa mereka dengan harta peninggalan kita.

Oleh karena itu, infak merupakan pelindung kita dan ialah yang disebut harta kita yang sebenarnya. Secara zahir, harta kita memang menghilang dan berkurang ketika digunakan untuk infak. Namun dibalik semua itu Allah sediakan balasan yang lebih baik lagi, yang tak pernah ternilai secara kasat mata saja. Infak itu kita yang melonggarkan waktu dan harta.  Dalam QS Al Anfal ayat 60 Allah berfirman:

وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

“Apa saja yang kamu infakkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”

Percayalah bahwa dengan infak, Allah akan mengganti harta yang dinfakkan. Tidak hanya itu, melainkan infak tersebut justru bisa jadi pembuka rezeki selanjutnya. Sehingga dirasa tidak perlu untuk memikirkan berkurangnya harta yang telah diinfakkan, sebab Allah akan menafkahkan setiap hamba yang mau berinfak di jalan-Nya. Dan yang tidak diragukan lagi adalah bahwa infak tersebut jusrtu akan menjadi naungan kelak di hari kiamat. Dengan demikian, cocok sudah jika harta kita yang sebenarnya adalah harta yang telah diinfakkan di jalan Allah.

*Alumni Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.