
tebuireng.online—Seorang santri memang memiliki kewajiban mempelajari dan memahami ilmu tentang agama. Namun santri tentu memilki kemampuan masing-masing, seperti halnya Siti Bunyana santri Walisongo. Ia merupakan salah satu mahasiwa Unhasy Jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang mampu menoreh kejuaran puisi bahasa Arab atau yang disebut syi’ir tingkat nasional. Berikut adalah wawancara Siti Bunyana dengan wartawan Tebuireng.org, Nazha.
Apa lomba yang anda ikuti?
Lomba yang saya ikuti adalah lomba puisi dalam bahasa Arab yang disebut dengan syi’ir, yang disenggalarakan oleh Festival Jazirah Arab (FJA). Yang diadakan di Malang, tepatnya di (UIN) Malang.
Lalu apakah JFA itu sendiri?
Festival Jazirah Arab adalah sebuah pagelaran acara tingkat nasional yang diikuti universitas se-Indonesia dan diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (HMJ BSA) UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang. Tujuannya untuk memberikan apresiasi terhadap para mahasiswa yang berpotensi dalam hal ini.
Bagaimana proses anda sehingga dapat mewakili Unhasy?
Sebelum saya bisa mewakili Unhasy, saya mengikuti seleksi yang diselengarakan oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), yang mengikuti daftar ini sebanyak 50 orang, dan saya terpilih menjadi mahasiswa yang mewakili Unhasy di festival tersebut dalam bidang syi’ir.
Lomba apa saja yang diselenggarakan oleh FJA?
Lomba yang diselengarakan FJA ada bermacam, yang saya ketahui ada tiga. Di antaranya lomba pidato bahasa Arab, lomba baca kitab atau qiroatul qutub, debat, dan syi’ir.
Apakah semua itu diselanggarakan secara bersamaan?
Tidak, berbeda beda hari. Kami dari perwalikan Unhasy mengalami keterlambatan. Pembukaan Festival Jazirah Arab FJA dibuka pada tanggal 1 November 2016, tapi kami datang pada tanggal berikutnya. Jadi kami tidak mengikuti pembukaan JFA tersebut. Dan lomba saya pada tanggal 6 November 2016.
Perlombaan ini diikuti oleh siapa saja?
Festival Jazirah Arab FJA merupakan tingkat nasional yang diikuti oleh seluruh universitas se-Indonesia, jadi universitas manapun yang hendak mendaftarkan diri dapat mengikuti festival Jazirah Arab ini. Dari seluruh universitas yang mendaftar tentu diberikan batasan, jadi setiap universitas hanya diperbolehkan dua peserta yang mewakili universitas masing-masing.
Dari perlombaan tersebut anda memenagkan juara?
Alhamdulillah saya memenangkan juara ketiga. Juara yang yang pertama dari mahasiswa Universitas Darussalam Gontor (UNIDA), dan juara yang kedua diraih oleh mahasiwa dari Institut Ilmu Qur’an IIQ Jakarta.
Lalu apakah kendala yang anda alami dalam perlombaan ini?
Ada dorongan teman-teman yang biasa berbicara dengan bahasa Arab, sehingga membuat saya ingin bisa berbahasa Arab. Untuk kendala menurut saya tidak ada kendala yang saya alami karena memang saya menyukai puisi.
Apa yang memotivasi anda dalam perlombaan ini?
Tentu yang pertama adalah orang tua saya, Alhamdulillah mereka selalu mendukung dan mendoakan saya. Begitu pula dengan pengasuh pondok dan teman-teman, yang selelu memberikan dukungan dan doa, sehingga saya mampu melewati ini. Yang pada mulanya menurut saya tidak bisa menjadi bisa saya lakukan adalah tidak lepas dari doa dan dukungan dari mereke semua.
Apa saja ketentuan yang diberikan oleh FJA ?
Dari pihak FJA memberikan lima tema syi’ir untuk nanti yang ditampilkan ketika perlombaan. Pada mulanya diberitau bahwa dari tema yang telah ditentukan kita diberikan keleluasaan untuk memilih. Namun, ketika saya mengontak kembali pihak FJA, ternyata kita sebagai peserta harus menguasai semua tema tersebut.
Dan beberapa hari sebelum perlombaan, saya dapat kabar hasil undian tema yang diberikan kepada saya. Dan tema yang saya dapatkan adalah tema syi’ir yang belum saya baca sama sekali.
Pada saat itu hanya dalam tiga hari sebelum perlombaan. Akhirnya saya memilih menghubungi kak Fahmi yang merupakan mahasiswa semester tiga PBA untuk meminta bantuan mengharokati dan memahamkan saya pada isi puisi tersebut.
Ada hal yang harus diketahui dalam membaca puisi dengan baik, di antaranya adalah, sebelumnya kita harus memahami isi puisi agar kita mampu menjiwai dan berekspresi dengan baik.
Lalu berapa banyak waktu yang diberikan oleh panitia?
Sebenarnya saya belum siap, tetapi saya berusaha tidak mengecewakan. Dengan durasi enam menit dan kebetulan saya mendapatkan puisi yang pendek sehingga tidak banyak menghabiskan waktu. Namun meski begitu dalam puisi diperlukan penjiwaan.
Berapakah mahasiwa yang ikut di Malang?
Yang mengikuti lomba ada 11 peserta yang mewakili Unhasy dan ada 4 pendamping.
Apa pesan yang ingin diberikan untuk teman–teman seperjuangan agar dapat mengikuti jejak Anda?
Untuk teman-teman, tetap semangat, jangan lelah mencoba. Karena dalam dengan mencoba kita akan mendapatkan banyak pengalaman, dan pengalaman adalah guru terbaik.
Pewarta: Nazha
Editor: Farha
Publisher: Farha