Tebuireng.online- Pada acara Yudisium dalam rangka Wisuda Sarjana Program Strata Satu (S-1) Angkatan XXI dan Wisuda Pascasarjana Program Strata Dua (S-2) Angkatan VI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri pada Kamis (20/07/17), Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. (Hc). Ir. KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) memberikan Pembekalan kepada wisudawan-wisudawati.
Arahan yang diberikan Gus Sholah kepada wisudawan bertema “Peran PTAIN dan Alumninya dalam Menyukseskan NKRI, Menjaga Eksistensi NKRI, dan Berhasil Mencapai Tujuannya”. Dalam kesempatan tersebut, Gus Sholah menyampaikan bahwa sebelum berusaha menjaga NKRI dalam berbagai hal, terlebih dahulu harus memahami makna NKRI dan tujuan didirikannya NKRI.
Gus Sholah banyak menyampaikan pelajaran mengenai sejarah, bahwa selama 72 tahun, NKRI telah mengalami banyak peristiwa yang menjadi tantangan terhadap eksistensi NKRI. Salah satunya pada tahun 1998 terjadi gejolak di Jakarta dan beberapa kota lain.
“Pada waktu itu, sejumlah daerah juga ingin melepas diri dari NKRI. Bahwa NKRI akan terpecah menjadi 7-8 negara, antara lain Riau, Aceh, Papua, dan Kaltim. Akhirnya tetap bisa diatasi dan NKRI tetap utuh kecuali Timor Timur yang telah lepas dari NKRI,” ungkap Gus Sholah.
Mantan aktivis HAM itu, mengatakan, tujuan mendirikan negara Indonesia yaitu melindungi bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehiduapan bangsa, ketertiban dunia, yang tertulis dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945. “Negara adalah wujud lain dari bangsa, ketika belajar sejarah bangsa Indonesia bisa dianggap lahir pada tahun 1928 ketika para pemuda mengucapkan sumpah pemuda,” jelas Kiai 74 tahun itu.
Gus Sholah juga memberikan wejangan kepada para wisudawan, bahwa ilmu yang mereka dapat baru 30 persen, sedangkan 70 persennya akan didapatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Gus Sholah juga berpesan agar para wisudawan membiasakan diri membaca buku. “Kalau bisa satu hari satu buku, kalau tidak bisa ya satu minggu satu buku, kalau tidak bisa juga, satu bulan satu buku. Bukan novel, bukan komik,” terang Gus Sholah.
Selanjutnya Gus Sholah menghimbau kepada para wisudawan agar menjadi orang yang amanah, apapun pekerjaan dan profesinya. “Amanah itu bisa berbentuk uang, bisa berbentuk tanggung jawab. Anda dipasrahi tanggung jawab, kalau anda amanah, anda akan lakukan dengan baik,” terang beliau.
Gus Sholah juga mendorong para mahasiswa dan sarjana untuk menumbuhkan sikap wirausaha. Beliau mengutip pernyataan Wapres Jusuf Kalla, “Mencari orang kaya yang muslim dan Melayu itu satu dari sepuluh, sedangkan mencari orang miskin itu sembilan dari sepuluh yang kebanyakan adalah muslim. Dan itu anda atasi kalau sebagian yang cukup besar dari anda tergerak untuk menjadi wirausaha. Itu harus kita lakukan. Kalau tidak, sampai kapanpun kita akan menjadi umat yang tertinggal dibanding yang lain,” lanjut suami Nyai Hj. Faridah itu.
Gus Sholah juga berbicara soal radikalisme. Menurut Gus Sholah perlu perumusan makna radikalisme yang tepat. “Saya sendiri tidak paham, radikal yang tidak boleh itu seperti apa. Kalau ngebom itu pasti tidak boleh. Tapi orang yang berpikir radikal itu apa tidak boleh?,” tambah Gus Sholah. Untuk itu beliau meminta kepada STAIN dalam merumuskan makna radikalisme dan ekstrimisme yang tepat.
Pada wisuda kali ini, jumlah wisudawan sebanyak 388, ditingkat S-1 terdapat tiga fakultas dengan 10 jurusan sebanyak 368 wisudawan, dan untuk S-2 terdiri dari dua jurusan sebanyak 20 wisudawan.
Yudisium berlangsung dengan dihadiri oleh Dr. Muhammad Abdullah, M.Ag (Wakil ketua I), M. Yasin, M.Pd (Wakil Ketua II), Mu’tashim Billahi, M.Ag (Wakil Ketua III), Dra. Robingatun, M.Pd (Ketua Jurusan Ushuludin), Dr. H. Ali Anwar, M.Ag (Ketua Jurusan Tarbiyah), Dr. H. Imam Anas, M. HI (Ketua Jurusan syariah), dan Prof. Dr. H. Nur Akhir, M.Ag (Direktur Pascasarjana).
Pewarta : Anita Laili
Editor : Munawara MS
Publisher : Rara Zarary