tebuireng.online— Politik uang sering kali terjadi dalam pelaksanaan pemilihan pemimpin. Begitu pula dalam pelaksanaan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU). KH. Salahuddin Wahid selaku pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang, yang sekaligus calon Ketua Umum PBNU mengimbau kepada muktamirin agar tidak terjebak dalam masalah politik uang saat pelaksanaan Muktamar ke-33 NU.
Seperti halnya dalam pelasanaan Muktamar ke-32 NU di Makassar. “Tentunya kita harus belajar dari muktamar di Makassar, banyak terjadi politik uang”, tutur Gus Sholah. Gus Sholah pernah mendengar penuturan dari orang-orang yang menyaksikan terjadinya kecurangan politik uang dari beberapa calon yang menawarkan hal seperti itu. Beliau berharapkan agar tidak terulang kembali cara-cara tersebut.
Jika muktamirin masih memberikan izin dalam praktek kecurangan tersebut, menurut Gus Sholah, maka masa depan NU akan hilang karena mudah sekali suaranya dibeli dengan uang. Dalam hal ini sebagian beranggapan bahwa konsep Ahlul Halli wal ‘Aqdi (AHWA) yang akan diterapkan dalam pelaksanaan Muktamar ke-33 NU bertujuan untuk menghindari adanya politik uang. Tetapi Gus Sholah tidak sependapat dengan hal tersebut, karena beliau menilai bahwa konsep AHWA tersebut belum jelas sebab ada pertentangan antara cara dan tujuannya.
“Kalau menangkal politik uang, ya calon yang kita yakini kemarin melakukan kecurangan semacam politik uang, berarti tidak boleh maju”, Kata Gus Sholah. Dalam hal ini Gus Sholah berharap supaya Muktamar ke-33 NU akan berlangsung dengan baik, tidak ada politik uang lagi, tidak ada keributan, dan akan menghasilkan pemimipin baik yang dapat diharapkan oleh masyarakat. (anita/abror)