Tebuireng.online—Sebelum kegiatan pondok aktif, santri baru harus mengikuti Masa Orientasi Santri Baru atau disebut Mosba terlebih dahulu. Pada kesempatan itu, santri diperkenalkan tentang beragam hal yang berkaitan dengan pesantren, termasuk mengenal Hadratussyaikh dan ke-Tebuireng-an.
Untuk mengenal lebih jauh tentang Pesantren Tebuireng, panitia Mosba mengundang langsung Dzurriyah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yaitu Gus Mirza. Di forum itu, Gus Mirza membahas tentang silsilah dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mulai dari silsilah pernikahannya sampai cerita masa kecilnya.
“Mbah Hasyim pernah menikah sebanyak 3 kali semasa hidupnya, namun perlu diingat bahwa Hadratussyaikh menikah lagi ketika istri beliau sudah wafat jadi tidak ada yang namanya berpoligami semasa hidupnya,” ungkap Gus Mirza menceritakan hidup Kiai Hasyim, di Mosba pada Sabtu (6/7/2024).
Hadratussyaikh pertama kalinya menikah diusia 20 tahun dengan Bu Nyai Nafisah asal Sidoarjo dan memiliki 1 anak yang lahir di Mekkah, namun ketika usia bayinya 40 hari qodarullah anaknya meninggal di Mekkah.
Kemudian selepas anak dan istrinya meninggal di Mekkah Hadratussyaikh menikah dengan Bu Nyai Nafiqoh asal Madiun dan memiliki 10 anak. Dan diantara anak perempuannya itu menjadi Nyai yang berpengaruh.
Selang beberapa tahun kemudian Nyai Nafiqoh wafat dan Hadratussyaikh menikah dengan Nyai Masruroh dan memiliki 4 putra. Jadi total keseluruhan putra-putri Hadratussyaikh berjumlah 15 orang anak.
Setelah mengetahui cerita silsilah dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari para santri baru diberi kisah tentang Tebuireng dari masa ke masa. Mulai asal mula nama Tebuireng, awal mula berdirinya pondok Tebuireng, perjuangan Hadratussyaikh memperjuangkan agama dan para santrinya.
“Kehidupan mbah hasyim dr kecil sampai besar pun diulas pada siang hari ini, tujuannya agar para santri baru bisa mengetahui dengan jelas siapa sosok Hadratussyaikh yang diagungkan dan dicintai banyak orang,” ungkap Pengasuh Pondok Al Masruriyah itu.
Di akhir sesi, Gus Mirza menyampaikan harapan kepada seluruh santriwati yang akan menjadi generasi emas di tahun 2045 kelak agar selalu mencari ilmu dan juga memiliki akhlak yang mulia.
“Harapan saya temen-temen mondok itu bukan sekedar mencari ilmu saja, kami ingin temen-temen juga memiliki akhlak yang bagus, sekarang banyak orang yang punya ilmu tapi tidak tau cara mengamalkan dengan baik, jadi bukan hanya intelektual saja tapi juga jiwanya, otak kita jalan hati kita bersinar dan itu yang harus kita capai di 2045 nanti.” pungkasnya.
Pewarta: Albii