Feplin Trifia Agustin (tengah : jilbab merah). (sumber foto: ig @feplinelfime)

Berada di pesantren tidak menjadi alasan seseorang menutup diri dari kegiatan positif selain mengaji dan mengabdi. Hal positif yang dimaksud salah satunya adalah yang bisa membuat dirinya sukses dan bisa berprestasi dengan baik. Tidak hanya berprestasi dalam dunia kitab, Al Quran, atau pelajaran agama yang diajarkan di pesantren, namun selebihnya seorang santri juga bisa berprestasi dibidang lain. Sebut saja karate.

Dalam hal ini, santri Tebuireng, Feplina Trifia Agustin, kelahiran Lumajang 04 Agustus 2001 lalu, yang saat ini menempuh pendidikan di SMA A. Wahid Hasyim, merupakan santri yang tercatat sebagai seorang santri yang aktif dan berprestasi dalam dunia karate.

Berikut wawancara tim tebuireng.online bersama Feplin, di Pesantren Tebuireng:

  1. Sejak kapan menggeluti karate?

Mulai kelas 7, baru 5 tahunan ikut karate.

  1. Bagaimana awal cerita gabung klub karate?

Sebenarnya ikut karate gara-gara ingin ikut-ikutan tetangga. Awalnya sama ayah nggak dibolehin. “Cewek kok  karate.” Katanya. “Sama Siapa kalo ikut?” tanyanya. Saya jawabnya ikut sama Bias, tetangga saya. Nggak lama, ayah sudah ada kode membolehkan ikut karate. Hari pertama ikut karate pasti ada rasa cangggung. Pelatihnya pakai sabuk hitam, rambutnya putih sebahu dan diiket. Keliatannya serem, tapi beliau orangnya friendly. Senpai Haryo, namanya. Waktu itu datangnya sama ayah, jadi sekalian langsung didaftarin. Ternyata, ayahku sudah kenal dengan salah satu pelatih di sana. Hari itu juga langsung diajarin gerakan inti, kalau di karate namanya Kihon. Ada juga Gedan berarti tangkisan tendangan, Chudan Tzuki berarti pukulan perut, Jodan Tzuki pukulan kepala, Age Uke, Soto Uke, banyaklah macam-macamnya. Kan itu bahasa Jepang, jadi awalnya agak susah menghafalnya, tapi lama-kelamaan juga bisa.Setelah tahu kelas ayah dulu juga seorang Karateka saya jadi lebih semangat. Ayah dulu sampsi sabuk coklat kyu 2 lalu berheti karena sudah mulai kerja. Setelah 3 bulan ikut karate, ada ujian sabuk. Aturannya setelah sabuk putih naiknya ke kuning. Syukur, saya langsung naik ke oranye, yang tingkatannya di atas sabuk kuning. Kalau bisa waktu ujian gerakan harus dimaksimalkan biar nilainya bagus dan langsung naik dua. Hitung-hitung hemat waktu dan hemat ujian.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

  1. Kendala atau keluhan selama mengikuti karate?

Karena sekarang saya tingggal di pesantren, saya nggak bisa latihan ke dajo (tempat latihan karate) jadi latihan sendiri di pondok, lebih tepatnya di kamar. Karena nggak ada teman latihan  dan pelatih, latihan sendiri itu lebih berat, berat melawan rasa malas. Tapi tetap harus bisa melawan apa yang menghambat cita-cita saya. Kalau saya nggak latihan lagi, sama saja saya menghapus cita-cita saya menjadi atlet. Yang paling penting itu  push up 10 kali bangun dan sebelum tidur, biar pukulannya nggak kendor.

  1. Apa pengalaman paling berkesan selama mengikuti karate?

Kalau pengalaman paling berkesan itu Gashuku Daerah di Pacet, Mojokerto. Gashuku itu ujian sabuk kyu 4 (biru) dan kyu 3,2 (coklat). Waktu itu saya ujian dari biru ke coklat. Bukan hanya ujian, di sana kita latihan bersama karetaka INKAI se-Jatim. Gashuku sendiri diadakan satu tahun sekali berlangsung selama 3 hari. Saya ikut tanggal 6-7 Oktober 2017. Latihannya capek banget, tapi seru.

Pematangan gerakan, penyamaan gerakan. Disuruh gulung-gulung di tanah, dihujani air pakai selang. Jadi baju yang tadinya putih bersih jadi basah dan kotor. Setelah itu kita disuruh turun ke lapanagn berumput, habis disiram sekarang dipanasin, disuruh gulung-gulung dan tiarap, berdiri tiarap lagi, sudah kotor tambah kotor lagi kena rumput. Terus kita disuruh nyemplung ke kolam, benar bajunya jadi bersih tapi itu kolam kodok, licin, airnya hijau. Di kolam, kita diaba-aba melakukan pukulan di dalam air, airnya nyiprat. Saya sempat nyicipi rasanya kolam kodok yang hijau dan amis. Tapi tak masalah, selama semangat masih membara, badai pun siap kami hadapi. Di gashuku juga bisa dapat banyak teman baru, polisi, juga ada yang polwan.

  1. Bagi Feplin, seberapa penting karate?

Bagiku, karate itu penyemangat. Latihan menjadi hal yang paling saya tunggu-tunggu. Jadi lebih semangat untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Satu hal yang perlu diketahui, tujuan utama saya sekolah di Jombang adalah mengikuti Jombang Karate Club (JKC). Saya ingin gabung ke klub itu. Ternyata setelah saya tinggal di Pondok Putri Tebuireng, saya nggak bisa ikut karena jarak Tebuireng ke Jombang kota lumayan jauh dan tidak ada pengamanan dari pondok untuk pergi kesana. Padahal orang tua  sudah rembug dengan pelatih JKC dan pengasuh pondok. Jadi, nggak bisa gabung ke JKC yang menjadi tujuan utama saya.

  1. Pengalaman dan persiapan lomba yang diikuti Feplin?

Secara pribadi, saya belum punya banyak pengalaman. Pertandingan pertama yang saya ikuti adalah O2SN  kabupaten.  Kemudian  Kejurda Honda Cup di Surabaya, tepat jam 12 malam sebelum kejuaraan  sempat diinfus, paginya jam 7 an lepas infus berangkat ke Surabaya.

KONI Kabupaten, saya main di kelas KATA perorangan.

KADET putri, lolos sekali.

REKTOR UNEJ Cup, lolos dua kali dan pesertanya lumayan banyak.

KEJUARAN JAWA-BALI  di Bondowoso, lolos sekali.

JKC Cup di GOR Merdeka Jombang, nggak lolos sama sekali.

Buat persiapan lomba cuma nambah hari latihan.

 

  1. Pesan buat teman-teman?

Jangan minta yang mudah, tapi mintalah kekuatan untuk menghadapi yang susah.


Pewarta: Enda Sartika