Dokumentasi acara Bedah buku melalui zoom meeting. (dok. Ilvy)

Tebuirenb.online— Fakultas Agama Islam (FAI) Unhasy gandeng Pustaka Tebuireng menggelar bedah buku “Fikih Gus Dur”, melalui platform zoom pada Jumat (16/12/2022). Kegiatan ini menghadirkan Dr. Habibi Al Amin, Kaprodi Hukum Keluarga (HK) Pascasarjana Unhasy, dan Mohammad Fauzan Ni’ami, dari PP. Mambaul Hikam.

Mohammad Fauzan Ni’ami mengatakan ada salah satu keunikan atau novelty yang dibawakan Gus Dur berupa fiqih realitas.

“Gus  Dur tidak pernah membuat fiqih baru, tetapi hanya mengimplementasikan secara kreatif apa yang terjadi di zaman sekarang, atau bisa disebut reaktulisasi dengan menyesuaikan kebutuhan lokal, islam juga sangat berdialog dengan tradisi yang ada. Sangat menyalahi fiqih islam jika ada yang mengira bahwa tradisi bukan salah satu bagian dari islam,” jelasnya.

Mohammad Faozan juga menjelaskan soal dinamisaasi dan pribumisasi, hal itu merupakan 2 pikiran Gus Dur yang menopang fiqih realitas, dimana dinamisasi merupakan kemampuan mengadaptasi, merespon persoalan masayarakat secara kreatif.

“Seperti  yang dikemukakan Gus Dur dalam beberapa ceramahnya,
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديد الأصلح  
kalimat ini selalu dibawakan oleh Gus Dur karena memiliki sifat dinamis dan eklektis,” jelasnya mengutip Gus Dur.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Adapun maksud dinamis disini adalah bergerak kearah penyempurnaan, mencari situasi dan kondisi yang selaras dengan keadaan saat ini.

Lalu, lanjutnya, kemudian pribumisasi pokok pikiran kedua dari Gus Dur ini menekankan bahwa model yang sifatnya historis dan subtantif.

“Yang sering disalahartikan dan saya sayangkan, bahwa rekonsiliasi antara budaya dan agama bukan singkretisasi, di mana rekonsiliasi merupakan upaya untuk menyelaraskan, memadupadankan, sedangkan singkretisasi lebih kepada membuang yang asli dan mengganti yang baru dan Gus Dur tidak mengilhami  hal tersebut,” sebutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Habibi mengungkapkan alasan diadakannya acara ini. Salah satunya untuk memperingati haul Gus Dur.

“Kita juga perlu mengingat karya yang di tulis oleh Alm. Gus Dur seperti membaca Manaqib Gus Dur atau buku karangan KH. Abdurrahman Wahid,” ungkapnya.

Beliau juga memberi penjelasan tentang kabar yang beredar tentang Gus Dur membuat Fiqih Baru, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Menurutnya hal yang dilakukan oleh Gus Dur hanya mengimplementasikannya secara kreatif.

“Maksud dari mengimplementasi secara kreatif itu adalah proses membaca ulang arti dan membuat simpulan sendiri berdasarkan kejadian kejadian sekarang agar mudah di pahami oleh masyarakat luas.” tegas Dr. Habibi saat menyampaikan materi via zoom meeting itu.


Pewarta: Ilvy/Albi