
Lebaran selalu jadi momen yang ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh dunia. Selain jadi hari kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa, lebaran juga identik dengan berbagai tradisi, salah satunya membeli baju baru. Banyak orang, terutama di kalangan generasi muda, merasa bahwa membeli baju baru adalah hal yang wajib dilakukan saat lebaran. Bahkan, jika tidak membeli baju baru, kadang muncul anggapan bahwa lebaran belum “sempurna”. Lalu, sebenarnya, apakah Islam mengharuskan kita membeli baju baru atau itu hanya tradisi belaka?
Yang perlu kita pahami pertama-tama adalah bahwa Islam tidak mewajibkan umatnya untuk membeli baju baru saat lebaran. Tidak ada satupun ayat dalam Al-Qur’an atau Hadis yang secara eksplisit menyatakan bahwa membeli pakaian baru adalah kewajiban di Hari Raya.
Namun, dalam konteks tradisi, membeli baju baru sudah menjadi kebiasaan yang umum dilakukan oleh banyak orang menjelang lebaran. Bahkan, beberapa orang memandang baju baru sebagai simbol kebahagiaan dan kebersihan setelah sebulan penuh berusaha menahan diri selama puasa. Ini lebih tentang mengikuti tradisi sosial yang berkembang, bukan aturan agama.
Tradisi mengenakan pakaian terbaik pada hari raya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis riwayat Al-Hasan bin Ali RA, disebutkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk memakai pakaian terbaik yang mereka temukan pada dua hari raya (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim). Ini menunjukkan bahwa mengenakan pakaian terbaik untuk merayakan hari besar adalah cara untuk menunjukkan rasa syukur dan kebahagiaan.
Baca Juga: Tetap Bersyukur Memakai Baju (tidak) Baru saat Lebaran
Baju baru, dalam hal ini, lebih pada upaya untuk memperlihatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah, serta sebagai bentuk penghormatan terhadap hari raya Idul Fitri yang penuh kebahagiaan dan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa.
Seringkali muncul pertanyaan, “Jika tidak membeli baju baru, apakah itu melanggar ajaran Islam?” Jawabannya adalah tidak. Islam tidak mengharuskan umatnya untuk membeli pakaian baru pada saat lebaran. Yang lebih penting adalah kualitas ibadah dan ketulusan hati dalam merayakan hari raya. Islam lebih mementingkan niat dan kebersihan hati daripada sekadar penampilan fisik.
Bahkan, dalam banyak kasus, memakai baju lama yang masih layak dan nyaman adalah pilihan yang sangat baik, terutama bagi mereka yang memang tidak mampu membeli baju baru. Hal yang paling penting adalah bagaimana kita menjalani hari raya dengan hati yang bersih dan penuh rasa syukur, serta mempererat silaturahmi dengan sesama.
Namun, di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh dengan media sosial, sering kali muncul tekanan untuk membeli baju baru. Di banyak tempat, terutama di kalangan Gen Z, ada perasaan bahwa jika tidak membeli baju baru untuk lebaran, mereka seolah kurang “ngikut” tren atau bahkan dianggap tidak merayakan lebaran dengan maksimal.
Fenomena ini semakin diperburuk dengan berbagai gambar atau video yang menunjukkan orang-orang mengenakan baju baru yang modis di media sosial. Tekanan sosial ini sering kali membuat seseorang merasa malu jika tidak mengikuti kebiasaan ini. Padahal, Islam tidak pernah mengajarkan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan lebaran ditentukan oleh seberapa baru atau mahal pakaian yang kita kenakan.
Sebagai generasi muda yang sering terpapar oleh gaya hidup konsumerisme, kita perlu belajar untuk menyikapi tekanan sosial dengan lebih bijak. Hal pertama yang perlu diingat adalah bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada penampilan luar, apalagi hanya sekadar pakaian baru. Dalam Islam, yang penting adalah bagaimana kita memperbaiki diri, mempererat hubungan dengan keluarga, dan memperbanyak ibadah serta kebaikan kepada sesama.
Baca Juga: Mempersiapkan Baju Terbaik untuk Lebaran
Jadi, jika tidak mampu membeli baju baru, itu bukanlah masalah besar. Lebaran bukan soal pakaian yang kita pakai, tetapi tentang bagaimana kita menyambut kemenangan dengan hati yang bersih dan penuh rasa syukur. Jika membeli baju baru adalah pilihan, lakukanlah sesuai dengan kemampuan dan jangan sampai terbebani oleh tekanan sosial atau ekspektasi yang tidak perlu.
Intinya, Lebaran adalah tentang merayakan kemenangan dan kebersihan hati setelah menjalani ibadah puasa. Tidak perlu merasa rendah diri atau malu hanya karena tidak membeli baju baru. Sebaliknya, kita justru harus bangga bisa merayakan lebaran dengan sederhana, tetapi tetap penuh kebahagiaan dan rasa syukur.
Ingat, dalam Islam, yang dinilai bukanlah pakaian atau penampilan luar kita, melainkan amal perbuatan dan niat yang tulus di dalam hati. Maka, jika tidak membeli baju baru, itu tidak akan mengurangi kesempurnaan perayaan lebaran, selama kita menyambutnya dengan hati yang ikhlas dan penuh kebahagiaan.
Membeli baju baru untuk lebaran bukanlah suatu kewajiban dalam Islam, melainkan bagian dari tradisi yang berkembang dalam masyarakat. Tidak ada dosa bagi seseorang yang tidak membeli baju baru, selama dia tetap menjalankan ibadah dengan ikhlas dan merayakan lebaran dengan cara yang lebih bermakna. Bagi Gen Z, yang mungkin merasa tertekan untuk mengikuti tren, penting untuk menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak diukur dari apa yang kita kenakan, melainkan dari bagaimana kita menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur, memperbaiki diri, dan menjaga hubungan baik dengan Allah serta sesama.
Penulis: Albii