Cucu Ki Bagus Hadikusumo, Muhammad Nuskhi Hadi Kusumo dan Puteri Bung Hatta, Meutia Hatta menyampaikan testimoni kebangsaan di Pesantren Tebuireng pada Ahad (13/08/2017). (Foto: Masnun/Deka)

Tebuireng.online— Pertemuan Putera Puteri Pendiri Bangsa dan Tokoh Lintas Agama Bersama Menteri Sosial RI yang digelar di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Lantai 3, Pesantren Tebuireng Jombang, Ahad (13/08/2017) juga mendatangkan salah satu keturunan pendiri bangsa, yakni Muhammad Nuskhi Hadi Kusumo dan Meutia Hatta.

Dalam paparannya, cucu Pahwalan Nasional, Ki Bagus Hadi Kusumo itu, menyampaikan empat hal penting dalam menyusun Indonesia makmur, di antaranya, persatuan Indonesia, ekonomi kuat, pertahanan kuat, dan masyarakat yang adil dan makmur. Ia menyebut bahwa apa yang dirumuskan oleh Panitia Sembilan saat itu adalah bukan sembarangan, tetapi juga merujuk pada dalil-dalil agama.

Pertama, Persatuan Indonesia. Kedua, membangun ekonomi yang kuat, bumi, tanah dan air diperuntukkan untuk rakyat Indonesia oleh karena itu Indonesia mempunyai sumber daya alam yang melimpah sehingga ekonomi harus kuat,” terangnya.

Terangnya lebih lanjut, ketiga, bahwa Indonesia harus mempunyai pertahanan negara yang kuat. “Lawan musuh dengan harta, akal, dan nyawa!,” jelasnya.

Terakhir, hal yang dapat membentuk Indonesia adil dan makmur, yaitu membentuk masyarakat yang adil dan makmur. “Keempat, Adil dan makmur, seperti sila kelima yang menyebutkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hendaklah harta jangan beredar di yang kaya saja, dan seharusnya ada Undang-Undang anti monopoli, apalagi dikuasai oleh asing,” tandasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sedangkan, hadir pula dalam kesempatan tersebut, puteri Wakil Presiden Indonesia pertama Moh. Hatta, yakni Meutia Hatta Swasono. Ia menceritakan bahwa Bung Hatta adalah sosok yang sangat berpegang teguh terhadap prinsipnya. Demi menjaga harkat martabat bangsanya, Bung Hatta rela mendekam di pengasingan dari pada berkonspirasi dengan bangsa asing.

“Bung Hatta tidak mau tunduk terhadap Belanda. Menjadi pemimpin perintis kemerdekaan itu tidak mudah, makanya Bung Hatta harus menjadi teladan pemimpin masa kini dan masa depan,” pesannya.

Menangkap esensi kemerdekaa, menurutnya saat ini Indonesia masih merdeka secara fisik tapi belum berdaulat. “Kita harus siap menderita demi hakat martabat kemanusiaan kita, jangan sampai digadaikan untuk memenuhi kekuasaan semata,” pungkasnya.


Pewarta:            Rif’atuz Zuhro

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin