sumber gambar: www.kitaumrah.com

Oleh: Silmi Adawiya*

Mungkin beberapa orang masih bertanya “bagaimanakah melupakan Allah itu?” Melupakan Allah adalah sebuah antonim dari mengingat Allah. Orang yang ingat Allah akan cenderung berhati-hati dalam melakukan sesuatu, sebab ia tahu bahwa Allah adalah dzat yang Maha Mengetahui atas apapun dalam hidupnya.

Sedangkan orang yang lupa Allah akan terus melakukan apapun sesuai dengan keinginan hatinya, tidak lagi memandang apakah yang dilakukan itu merupakan hal yang dilarang atau tidak disukai oleh Allah.

Akibatnya adalah hidupnya menjadi hambar dan tak menentu. Sebab hati yang terbiasa melupakan Allah tidak akan pernah merasakan nikmatnya mengingat Allah. Dalam kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyah disebutkan:

من لم يذق وحشة الغفلة لم يجد طعم أنس الذكر

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Barangsiapa tidak merasakan pahitnya melupakan Allah, pasti tidak akan merasakan juga manisnya mengingat Allah.”

Orang yang selalu mengingat Allah akan berhati-hati supaya terhindar dari perbuatan maksiat. Kalaupun melakukan hal itu, dia segera terpanggil untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada-Nya.

Sebaliknya, orang sering melupakan Allah kan mudah lalai. Dia menganggap ringan perbuatan dosanya, sehingga alih-alih menyesal, justru pada waktu berikutnya dilakukannya lagi.

Taraf paling parah dari orang yang melupakan Rabb adalah istidraj. Hal itu ditandai dengan melimpahnya kenikmatan, tetapi membuat si pelaku jauh dari Allah.

Tentu kita semua tidak menginginkan hal buruk itu terjadi. Oleh karena itu sebisa mungkin dalam melakukan hal apapun, kita sertakan Allah. Dengan demikian hal yang dilakukan tersebut tidak akan keluar dari jalan-Nya.

Dengan mengingat Allah kita telah membuktikan bahwa kita memiliki adanya rasa suka dan cinta kepada Allah. Sebab tidak akan ada yang mengamalkannya kecuali jiwa yang dipenuhi rasa suka, dan cinta untuk selalu mengingat dan kembali kepada-Nya.

Bagaimana kabar orang yang lupa akan Allah? Tentu saja tidak akan terbesit sedikitpun untuk merasakan betapa nikmatnya terus mengingat Allah. Padahal mengingat Allah adalah satu hal yang mudah namun berpahala besar. Sebagaimaan sabda Rasulullah:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian mengenai amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja kalian (Allah subhaanahu wa ta’aala), paling tinggi derajatnya, serta lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?” Mereka berkata: Iya. Beliau berkata: “Dzikrullah (mengingat) Allah ta’ala.” (HR Tirmidzi – Shahih)

*Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Putri Walisongo Jombang.