Gambaran orang sibuk bekerja. (sumber: dw.com)

Orang-orang yang masih berusia dewasa muda, kisaran usia antara  (21-40) tahun, banyak yang berlomba-lomba untuk mengejar pencapaian tinggi dalam hidupnya, misal karier yang gemilang, gaji yang besar, pernikahan yang mewah, rumah masa depan, dan status sosial yang bergengsi. Sampai-sampai aktivitas keagamaan seringkali di lalaikan bahkan terselip di sela-sela kesibukan, jika sempat, barulah ikut.

Tapi menariknya, saat mereka mulai memasuki usia dewasa lanjut, kebiasaan-kebiasaan sebelumnya pun mulai bergeser menjadi pola kehidupan yang sangat religius. Tiba-tiba shalat tepat waktu menjadi hal yang tidak boleh ditinggalkan atau mereka akan sangat merasa berdosa, kajian ilmu menjadi rutinitas di setiap harinya, apalagi di era yang serba modern ini, tidak ada alasan lagi untuk mendengarkan kajian ilmu di setiap pagi, sore, bahkan menjelang tidur. Sebab sekarang sudah banyak sekali ustad-ustad milenial yang mempergunakan sosial media sebagai media dakwah. Dan obrolan soal akhirat pun menjadi topik favorit di grup WhatsApp keluarga.

Apakah ini hanya sekadar sinyal bahwa usia semakin menua? Atau justru ini bagian dari proses pendewasaan spiritual yang memang sangat wajar sekali dialami oleh setiap manusia? Fenomena “Dulu Sibuk Cari Cuan, Sekarang Bingung Cari Tuhan” bukan lah hal yang baru lagi. Fenomena ini bukan hanya sekedar perubahan perilaku secara bertahap sesuai usia, tapi sebagai bagian dari “Perkembangan Jiwa Keagamaan” yang sejalan dengan perjalanan hidup seseorang, maka mari kita salami lebih dalam fenomena ini.

Apa benar, semakin tua usia kita maka kedekatan kita kepada tuhan juga bertambah? Atau jangan-jangan, kita hanya akan baru mendekat karena kita sudah mulai sadar bahwa saldo tabungan dunia tidak bisa dibawa pulang? Pulang ke tempat yang benar-benar kita akan pulang selamanya. Lucunya kita baru serius memikirkan tuhan setelah pensiuns dari urusan dunia yang mana saat muda selalu menjadi prioritas aktivitas kita. Padahal, perkembangan jiwa keagamaan bukan mendadak muncul di usia senja saja, namun ini adalah hasil dari perjalanan panjang yang kadang kita abaikan di usia produktif.

Baca Juga: Rasulullah SAW, Suka Bekerja Tidak Banyak Bicara

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hal itu bagaimana fisik masih sangat kuat untuk melakukan ibadah dengan khusyu’ dan ringan. Berbeda dengan ibadah di waktu senja yang mana seringkali terbatas oleh kekuatan fisik yang mulai rapuh ini. Maka, mengapa usia produktif ini tidak kita mnafaatkan saja untuk menanam saham akhirat? Dimana karir sedang naik, jabatan sedang di fase prestisuis, dan fisik masih sangat mendukung untuk kita beribadah tanpa ada kendala kaki tidak kuat berdiri dan keterbatasan otot dan sendi yang mulai rapuh.

Dalam Qs. Ibrahim ayat 7 menyebutkan:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”[1]

Roberth H. Thouless menyebutkan bahwa orang yang sudah memasuki usia lanjut adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai penyakit siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa-sisa umur menunggu datangnya kematian.

Mengenai kehidupan keagamaan pada usia lanjut (William James) menyatakan bahwa umur keagamaan yang sangat luas biasa tampaknya justru terdapat pada usia senja. Ketika gejolak kehidupan seksual sudah berakhir. [2]

Di lansir dari website iNews Pandeglang pada Senin, 07 November 2022 | 20:15 WIB menuliskan 6 Artis Lawas yang Pilih Hijrah Jadi Pendakwah, Nomor 1 Dapat Hidayah Usai Bercerai, salah satunya adalah Peggy Melati Sukma: pemeran tokoh ekspresif dalam sinetron ‘Gerhana’ ini memilih mengenakan hijab pasca bercerai dari Wisnu Tjandra pada 2012. Kala itu dia mengaku mendapatkan hidayah. Kini dia dikenal sebagai pendakwah yang mempunyai pembawaan sangat santun. Bahkan, Peggy pun sekarang telah mantap mengenakan cadar. Selain bersyiar, dia juga fokus sebagai penggiat sosial.[3]

Namun perkembangan jiwa keagamaan ini tidak selalu terjadi sebab usia, ada beberapa orang yang lebih dahulu berkembang jiwa keagamaanya disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah pengalaman pribadi seseorang seperti menghadapi musibah, sakit, kehilangan, atau peristiwa besar lainnya dapat membuat seseorang lebih merenung dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Baca Juga: Dakwah Digital, Seni Mendekatkan Diri pada Tuhan atau Sekadar Tren?

Artikel ini membahas fenomena yang sangat sering kali terjadi di masyarakat, khususnya pada kelompok usia 21-40 tahun, Dimana banyak orang yang lebih fokus terhadap pencapaian dunia. Hingga aktivitas keagamaan seringkali di nomor dua kan. Namun, seiring bertambahnya usia, pola hidup sebelumnya mulai bergeser menuju kehidupan yang penuh dengan tujuan akhirat.

Perubahan ini terlihat dari meningkatnya kesadaran ibadah seseorang secara konsisten, seperti sering mengikuti kajian agama, topik akhirat selalu menjadi pembahasan yang favorite di kehidupan sehari-hari. Fenomena ini bukan hanya sekedar perubahan perilaku secara bertahap sesuai usia, tapi sebagai bagian dari “Perkembangan Jiwa Keagamaan” yang sejalan dengan perjalanan hidup seseorang, maka mari kita salami lebih dalam fenomena ini.

Dalam opini ini juga diajukan pertanyaan yang reflektif : apakah kedekatan kepada tuhan hanya muncul saat seseorang mulai menyadari bahwa dunia yang sebenarnya bukanlah dunia yang sebelumnya ia kejar. Dan mengapa masa muda yang masih produktif tidak manfaatkan untuk menanam bekal akhirat?

Ayat Al-Qur’an tepatnya di surat Ibrahim ayat 7 digunakan untuk mengingatkan pentingnya bersyukur kepada allah agar nikmat yang kita dapat semakin bertambah. Dengan menomor 2 kan ibadah, maka berhati-hati lah bahwa rezeki yang kamu dapat, sebenarnya bukanlah nikmat melaikan ujian duniawi yang allah berikan untuk kita lawan.

Didukung oleh pendapat ahli seperti Roberth H. Thouless dan William James, disebutkan bahwa kesadaran religius sering kali meningkat pada usia lanjut karena tubuh sudah tidak sekuat dulu dan pikiran mulai fokus pada kematian.

Baca Juga: Amal Berstandar Tuhan

Contoh nyata ditunjukkan lewat kisah Peggy Melati Sukma, seorang artis yang hijrah menjadi pendakwah setelah mengalami peristiwa hidup yang menggugah. Namun, artikel ini juga menekankan bahwa perkembangan keagamaan tidak selalu harus menunggu usia tua, karena banyak pula yang mengalami pencerahan lebih awal akibat pengalaman hidup seperti musibah, sakit, atau kehilangan.

Akankah kita masih mau membuang sia-sia kesempatan muda yang tidak akan terulang lagi ini? Akankah kalian masih mau menunda dekat dengan tuhan sampai tua? Sampai usia kalian termakan oleh masa hingga tubuh tak lagi berdaya? Dan pada akhirnya kalian baru sadar bahwa kesibukan dunia, tidak akan pernah menjajikan keabadian.



Penulis: Ina Lailatus Shofiyah, Mahasiswa KPI Unhasy
Editor: Rara Zarary


[1] Qs. Ibrahim ayat 7

[2] Roberth H Thouless; 107

[3] iNews Pandeglang