Tebuireng.online- Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kab. Jombang bekerja sama dengan Pesantren Tebuireng untuk memberi Bimbingan Teknis (Bimtek) tentang usaha perlindungan anak di lingkungan pesantren, atau Pesantren Ramah Anak (PRA). Bertempat di Pesantren Tebuireng Dinas PPA tersebut memberikan penyuluhan kepada puluhan peserta pada Rabu (29/05/24). Peserta yang diikutsertakan terdiri dari guru-guru unit Pesantren Tebuireng, serta beberapa pesantren lainnya; Pesantren Attahdzib (Ngoro), PP Roudhotul Tahfidzil Qur’an (Pagerwojo, Perak), dan Bahrul Ulum (Tambakberas).
Dalam kesempatan tersebut, ada beberapa hal yang dapat diterapkan agar proses belajar ramah anak diterapkan. Pertama, penerapan disiplin positif, ketegasan tanpa kekerasan dan merendahkan martabat anak. Kedua, adanya kemunikasi dua arah bahkan multi-arah. Ketiga, menggunakan bahasa positif dalam berkomunikasi. Keempat, menghargai perbedaan anak. Kelima, selalu menilal perilaku positif anak, fokuslah pada sikap positif. Keenam, memberikan motivasi belajar. Ketujuh, membangun keakraban dengan anak/guru sahabat anak. Kedelapan, melihat masing-masing anak sabagai karakter yang unik.
Selain itu, di poin kesembilan, guru mengingatkan hal-hal terkait pembentukan karakter positif anak, misalnya empati, non diskriminasi, anti redikalisme, cinta negara, bahasa, budaya dan perbedaan budaya, menghargai HAM, sosial, cinta kebersihan, anti bullying. Sedangkan di poin kesepuluh, ada proses pembelajaran di luar kelas, misalnya di teras, di halaman sekolah, di sawah dekat sekolah, di musium. Yang terakhir, melibatken orang tua dan pihak lain sebagai guru/memberi informasi/kelas inspiratif. Dan yang paling penting hubungan antara guru dan murid itu berporsi; keteladanan 100 %, pencegahan 99%, penanganan 1%.
Menurut Umi Mahmudah (53) sebagai fasilitator nasional Sekolah Ramah Anak (SRA), ia punya harapan besar kepada pesantren dalam membentuk lingkungan Pesantren Ramah Anak (PRA), “Pondok Pesantren Tebuireng yang bekerja sama dengan Dinas PPPA punya harapan ke depan yang sesuai target PPPA. Bahwa satuan pendidikan di Indonesia ini harus ramah anak. Karena dengan memberikan pendidikan ramah anak akan memberikan pendidikan yang maksimal. Dan nantinya di tahun 2030 Indonesia sudah menjadi Indonesia Layak Anak (Idola),” katanya.
Saat ditanya jurnalis Tebuireng.online tentang fokus perbaikan dari penyuluhan PRA ini, ia menjawab, “Semua bentuk kekerasan harus diminimalkan, agar lingkungan sekolah harmonis dan memberikan kenyamanan pada anak. Lingkungan pendidikan harus bebas dari kekerasan, bullying/perundungan, cyber bullying, dan kekerasan seksual.” Begitu kata Umi Mahmudah yang juga menjadi kepala MTsN. 08 Jombang.
Hal kecil yang perlu diperhatikan oleh lingkungan pendidikan juga yakni membuat bukaan daun pintu mengarah ke luar. Alasannya, reflek manusia saat keadaan darurat di dalam ruangan adalah mereka otomatis mendorong ke luar. Sehingga pintu harus terbuka ke luar. Kemudian siku meja tidak dibuat lancip, dan hal-hal detail lainnya yang memberikan kenyamanan pada proses belajar anak. Itulah beberapa poin yang turut menjadi perhatian dalam Bimtek.
Pewarta: Yuniar Indra Yahya