Sumber: Google.com

Oleh: Al Fahrizal*

Selama ini banyak yang mengira bahwa menjadi seorang komedian atau badut adalah profesi yang rendah. Bayangkan, mereka hanya dibutuhkan menjadi penghibur, untuk menghilangkan rasa susah, sepi, atau hanya untuk tertawa dan bahagia orang lain. Padahal orang yang dibuat tertawa senang belum tentu peduli akan penderitaan dan kesedihan yang badut alami. Demikian resiko menjadi badut, pelawak, komedian, atau jenis pekerjaan yang menghibur orang lain lainnya. Mereka dipaksa untuk tertawa di muka umum, tapi terkadang menangis di belakang layar.

Namun, menjadi orang-orang tersebut bukanlah profesi yang menyakitkan. Karena orang yang berhasil membuat hati orang lain senang dan bahagia merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia. Menghibur dan membuat orang lain tertawa gembira merupakan perbuatan yang luhur. Ibadah.

Terselip sedikit historis menarik di zaman Rasulullah SAW. Ada salah satu sahabat Nabi yang kelakuannya sedikit nyleneh, akan tetapi sangat dicintai oleh Nabi. Nuaiman bin Amr. Sampai-sampai, Imam Ibn Hajar al-Asqolani menyebutkan dalam kitab al-Ishobah fi Tamyiz ash-Shohabah, bahwa di Kota Madinah para sahabat mencela kebiasaan Nu’aiman yang masih sering meminum Khamar. “Semoga Allah melaknatmu,” ucap para sahabat kepada Nu’aiman. Kemudian Rasulullah bersabda kepada para sahabat yang mencela Nu’aiman tersebut, “Jangan lakukan itu, karena sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasulnya.” Demikian saking mulianya Nu’aiman di mata Rasulullah.[1]

Apa yang membuat Nu’aiman dipandang begitu mulianya di mata Rasulullah? Jawabannya tentu karena keimanan dan kecintaan Nu’aiman kepada Gusti Allah dan Kanjeng Rasul. Namun, selain itu Nu’aiman merupakan sosok sahabat yang kerap kali membuat Nabi Muhammad terhibur dan bahagia dengan tingkah lakunya yang konyol.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dikisahkan dalam kitab yang sama, bahwa suatu hari Nu’aiman pernah hendak pergi ke kota Madinah, sebelum masuk kota Madinah terlebih dahulu membeli seekor unta yang kemudian dihadiahkan kepada Kanjeng Nabi SAW. Pemilik unta tersebut sebelumnya sudah dikabarkan bahwa harga unta ini dibayar oleh Rasulullah. Selang beberapa waktu, datanglah pemilik unta itu kepada Rasulullah. Dan menagih harga untanya.

Rasulullah bertanya, “Bukankah unta ini dihadiahkan kepadaku?”. “Demi Allah, sesungguhnya aku senang engkau memakan unta ini, namun unta ini belum dibayar,” ucap pemilik unta tersebut. Lalu Rasulullah membayar harga unta tersebut, dan tertawa melihat kelakuan sahabatnya Nu’aiman.[2]

Salah satu hikmah yang dapat diambil dari kisah Nu’aiman adalah membuat orang lain tertawa, senang, bahagia, merupakan perbuatan yang mulia. Maka menjadi badut penghibur atau komika yang mampu menghilangkan kesedihan pada orang lain adalah suatu amal ibadah yang kerap kali dipandang remeh atau bahkan terkadang orang gengsi untuk berbuat seperti itu.

Namun perlu diingat pula, bahwa membuat orang lain tertawa bukan dengan cara menyakiti sebagian yang lain. Karena yang timbul nanti adalah masalah. Artinya bukan hanya canda tawa yang membawa manfaat kepada orang lain, tetapi juga masalah yang dapat membuat cekcok. Ini tentu tidak sesuai dengan prinsip ‘menghibur’ itu sendiri. Maka agama juga melarang hal tersebut.

Akhir kalam, ada satu hadis Nabi yang seirama dengan apa yang kita bicarakan kali ini. Meski status hadis ini dhoif (lemah), namun hadis yang lemah masih boleh untuk diamalkan dalam ranah antusias dan spirit berlaku baik dan mengabdi kepada Ilahi.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ أَدْخَلَ عَلَى أَخِيهِ الْمُسْلِمِ فَرَحًا أَوْ سُرُورًا فِي دَارِ الدُّنْيَا خَلَقَ اللَّهُ لَهُ مِنْ ذَلِكَ خَلْقًا يَدْفَعُ بِهِ عَنْهُ الآفَاتِ فِي الدُّنْيَا، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ كَانَ مِنْهُ قَرِيبٌ، فَإِذَا مَرَّ بِهِ قَالَ لَهُ: لا تَخَفْ، فَيَقُولُ لَهُ: وَمَنْ أَنْتَ؟ فَيَقُولُ: أَنَا الْفَرَحُ أَوِ السُّرُورُ الَّذِي أَدْخَلْتَهُ عَلَى أَخِيكَ فِي دَارِ الدُّنْيَا.[3]

Dari Ibn Abbas: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang membuat senang dan gembira saudara muslimnya di dunia, maka Allah akan ciptakan baginya seorang makhluk yang menghilangkan kesusahan baginya di dunia. Ketika datang hari kiamat, ia akan berkata kepadanya: “Jangan takut,” lalu ia bertanya kepada makhluk tersebut: “Siapa kamu?” makhluk tersebut menjawab: “Aku adalah kebahagian yang telah engkau berikan kepada saudaramu di dunia.”

Waallahua’lam.


[1] Perlu disampaikan bahwa, meski Nu’aiman dibela oleh Rasulullah dari celaan para sahabat, hukuman ta’zir tetap diberlakukan oleh Nabi. Ada satu Hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada para sahabat untuk memukulnya dengan sendal dan pelepah kurma (ta’zir). Agar Nu’aiman jera dengan kelakuannya. Hadis ini terdapat dalam Shahih Bukhari nomor hadis 2316 dan 6774.

[2] Al-Ishobah Fi Tamyiz ash-Shohabah, Juz 6, 366.

[3] Mu’jam asy-Syuyukh, nomor 355. Tarikh Baghdad, nomor 4503. Al-Birr wa ash-Shilah, nomor 336.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari