Direktur Utama Tebuireng Media Group, Dr. Anang Firdaus hadir menjadi pembicara dalam bedah majalah Tebuireng edisi Gus Dur. (foto: irsyad)

Tebuireng.online— Pada saat bedah Majalah Tebuireng Edisi Gus Dur dalam rangka memperingati Haul ke-15 Gus Dur, Dr. Anang Firdaus selaku pembicara sekaligus Direktur Utama Tebuireng Media Group mengungkap salah satu cara Gus Dur dalam mengatasi perbedaan pendapat.

Pada acara yang mengangkat tema Gus Dur: Dari Santri, Politisi, hingga Wali ini, penyelenggara menghadirkan dua narasumber yaitu Dr. (HC) KH. Husein Muhammad dan Dr. Mohammad Anang Firdaus. Acara ini diselenggarakan pada hari Jumat (20/12/2024) di aula Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng yang diikuti ratusan peserta dari berbagai kalangan dan daerah.

Di atas podium, Ustadz Anang mengungkap, “saya menulis apa yang bisa dipetik dari Gus Dur. Seperti ketika berapa pada zaman yang tidak menemukan titik kesepakatan, maka Gus Dur mengajarkan untuk saling hormat meski beda pendapat,” ungkapnya. Menurutnya hal ini seperti yang pernah diajarkan oleh Rasulullah.

Seperti ketika umat Islam pulang dari perang Ahzab, turun wahyu bahwa bani Quraidhah berkhianat dan telah membangkang. Menerima wahyu tersebut Rasulullah pun segera bergegas untuk melaksanakan sholat Ashar dan memberitahukan agar para sahabat segera bergerak menuju Bani Quraidhah.

Ustadz Anang Firdaus menerima penghargaan atau kenang-kenangan yang diberikan oleh Sekretaris Utama Pesantren Tebuireng, Ir. KH. Abdul Ghofar. (foto: irsyad)

Dalam riwayat Imam Bukhori nabi bersabda, “jangan ada satu pun yang shalat Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraidhah”. Beberapa sahabat melaksanakan shalat Ashar ditengah perjalanan karena dikhawatirkan waktunya. Sedangkan ada beberapa sahabat yang meneruskan perjalanannya karena sudah ada perintah dari nabi sendiri. Nabi tidak menyalahkan satu atau dua kelompok yang berbeda pendapat tersebut, bahkan nabi membenarkan dua pandangan sahabatnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Bedah Majalah Edisi Gus Dur: Dari Santri, Politisi, hingga Wali Sukses Digelar!

“Para ulama menyimpulkan bahwa sahabat itu sepakat dengan menetapkan amal ibadah yang sesuai pemahamannya dan itu sah,” tambang Anang.

KH. Hasyim Asy’ari pun turut mengomentari hal tersebut. Umat Islam sah untuk mengamalkan agama ini berdasarkan pemahaman individu ketika suatu pendapat tidak dicampuri oleh hawa nafsu. Itulah mengapa seseorang yang mukallaf harus aqil untuk memahami keadaan seperti itu.

Dalam memahami agama yang sama, Anang mengibaratkan seperti nyala lampu yang memiliki karakternya masing-masing. Tapi ketika hari sudah siang, maka lampu harus dumatikan karena mengikuti cahaya matahari. Itulah mengapa kalau sudah ada kebenaran yang mutlak kita harus menerima kebenaran tersebut.

Adanya Gus Dur yang menyegarkan pemikiran umat Islam, mencoba mengemas agama dengan baik agar bisa diterima oleh lapisan masyarakat. Gus Dur mencoba untuk menghadirkan kemajuan pesantren melalui pemikiran-pemikirannya.

“Kebaikan itu jika tidak bisa ditularkan maka harus dibentuk, itulah yang ada pada diri Gus Dur,” pungkas Dosen Muda Mahad Aly Hasyim asy’ari itu.



Pewarta: Helvi