Ngaji khittah bersama KH. Salahuddin Wahid, Rabu (6/3/19) di Pesantren Al Qutub, Cipadung, Bandung. (Foto: Abror)

Tebuireng.online– Komite Khittah NU 1926 semakin serius dalam memantapkan kembali garis besar ajaran NU kepada awal didirikan oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Dalam pertemuan ke-5 di Pesantren Al Qutub Cipadung Bandung pada Rabu (06/03/2019), komite ini semakin mantap melangkah untuk membuat langkah-langkah mengembalikan NU kepada Khittahnya.

Pengasuh Pesantren Al Qutub Prof. KH. Juhaya Sasmita Praja menyebut bahwa kesediaan Al Qutub menjadi tuan rumah karena sam’an wa tha’atan (manut) kepada KH. Salahuddin Wahid. Selain itu menurut Prof. Juhaya, NU yang dianut oleh Al Qutub sesuai dengan yang diperjuangkan oleh Gus Sholah.

“Selain karena saya santri dan beliau (Gus Sholah) ini kiai saya, NUnya Al Qutub ini ya NUnya Gus Sholah,” ungkap Prof. Juhaya memberikan sambutan atas nama tuan rumah. Selain itu Prof. Juhaya juga menangkap keresahan sebagian Nahdliyin kultural yang menganggap pengurus struktural NU telah melenceng dari khittahnya.

Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah menyebut bahwa ada beberapa anak muda NU yang mendukung gerakan Komite Khittah NU 1926. Mantan Ketua NU itu juga memberikan pesan kepada peserta halaqah agar konsekuentif dan istikamah untuk menegakkan khittah ini.

“Khittah itu menarik diri dari kehidupan politik. KH. Ahyat Chalimi Mojokerto dulu sudah pernah mengusulkan. Bahkan tahun 71 KH. Wahab Chasbullah juga mengusulkan. Tapi tidak didengar,” jelas beliau.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurut Gus Sholah, Gus Dur dan KH. Hasyim Muzadi sepkat membagi tugas. Kiai Hasyim di kepengurusan PBNU sedangkan Gus Dur di PKB. Gus Dur membentuk PKB untuk membendung arus politik praktis dalam tubuh struktur NU.

“Tapi pada kenyataannya kan tidak. Justru PKB membuat NU masuk dalam kehidupan politik praktis,” tambah beliau.

Gus Sholah menegaskan bahwa komite ini harus terus berjalan dengan musyawarah dan dialog dengan santun, tidak bermusuhan. “Tentunya kita dengan santun ya tidak ada kesan bermusuhan,” kata cucu pendiri NU itu.

Pewarta: M. Abror Rosyidin
Publisher: RZ