Oleh : Ghunniyatul Karimah*
Bagi orang Jawa, siapa yang tak kenal kedua kata tersebut? Tentunya semua pasti tahu bahkan menunggu sebuah momentum, selama setahun lamanya dimana masyarakat Jawa membagi-bagikan kue Apem dan makanan lainnya di musholla dan masjid-masjid pada minggu terakhir bulan Sya’ban atau sehari menjelang puasa Ramadhan secara gratis dan berlimpah.
Kue Apem sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu afwan yang artinya maaf atau ampunan. Kue yang berbahan dasar tepung beras ini menjadi kue yang wajib dihidangkan pada acara Megengan. Diharapkan masyarakat yang memegang tradisi ini dapat menarik pelajaran dari kue Apem yang dijadikan simbolik untuk memohon ampun kepada Sang Khalik atas segala perbuatan dosa semlama setahun yang telah lampau. Namun sebelum kue Apem ini dibagi-bagikan selepas sholat jama’ah Maghrib ataupun Isya’, para jama’ah akan melantunkan kalimat-kalimat tayyibah, dalam hal ini tahlil dan istighosah. Harapannya agar dalam mejalankan ibadah puasa Ramadhan mereka tenang dan berlapang dada karena Allah telah memaafkan segala dosa yang telah mereka perbuat.
Diatas telah penulis sebutkan bahwa kue apem dibagikan pada waktu Megengan. Megengan sendiri berasal dari kata megeng yang artinya menahan. sebagai peringatan kepada kita, bahwa sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadhan dimana kita diwajibkan menahan segala hawa nafsu dengan sebuah ibadah bernama puasa dan segala perangkat pelengkapnya.
Megengan ini dipekenalkan pada saat penyebaran agama islam dijawa (terutama Jawa Timur dan dan Jawa Tengah bagian selatan) oleh Sunan Kalijogo. Seperti yang kita ketahui beliau berdakwah pada masyarakat jawa pedalaman dengan metode alkuturasi budaya. Kanjeng Sunan mengunakan metode pendekatan psikologi budaya kepada masyarakat jawa pedalaman sehingga menghapus sekat-sekat/pembatas yang dapat menganggu syiar islam. Dalam akulturasi budaya ini, Kanjeng Sunan memasukkan muatan nilai-nilai keislaman. Rasulullah Muhammad Saw. pernah bersabda, bahwa agama itu mudah, maka mudahkanlah, jangan dipersulit dalam pelaksanaannya.
Meskipun kue Apem dan megengan hanyalah sebentuk kue dan tradisi kejawen yang telah diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam. Namun substansi maknawi dari afwan dan megeng-nyalah yang hendak kita raih dalam mengahadapi bulan suci Ramadhan. Nilai ini yang begitu mahal untuk diremehkan, sebab simbolik terkadang dianggap sebagai kemasan belaka. Padahal kemasan jika diisi dengan isi yang benar dan tepat, akan menjadi bungkusan berisi yang lezat, nikmat dan berfaidah. Tapi, jika kemasan itu, diisi dengan isi yang salah dan tidak tepat, akan menjadi bungkusan yang tak menarik, tidak enak, basih, dan kadang melompong.
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Sesuai dengan filosofi Jawa dalam makanan Apem dan tradisi megengan, yaitu meminta ampun kepada Allah dan menjaga diri dari hawa nafsu yang merupakan jihad terbesar menurut Rasulullah Saw.
*Alumni Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) Peterongan Jombang, kini sibuk menjadi ibu rumah tangga