Mahasantri M2 Mahad Aly Hasyim Asy’ari foto bersama piagam penghargaan yang diraih dalam lomba di 1 Abad Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri. (dok. pribadi)

Tebuireng.online— Mahasantri Marhalah Tsaniyah (M2) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari dan Tarbiyah UPSI Malaysia, Zumrotus Sholikatun Nurjanah berhasil meraih juara 2 dalam Lomba Musabaqoh Qiroatil Kutub (MQK) Shohih Bukhori, yang diselenggarakan pada 12 Desember 2024 di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri. Lomba ini merupakan bagian dari rangkaian acara untuk memperingati 1 abad Pondok Pesantren Ploso.

Zumrotus mengungkapkan bahwa ia memang sangat mendalami bidang ini, terutama hadis, yang menjadi jurusannya. “Alhamdulillah, saya sudah beberapa kali mengikuti lomba di bidang MQK dan selalu mendapatkan juara. Kali ini, saya ingin mencoba MQK Shohih Bukhori karena menurut saya ini sangat relevan dengan jurusan saya,” tuturnya.

Dalam lomba ini, pembina santri putri ini berhasil membawa pulang tropi, medali perak, serta uang tunai senilai 7,5 juta rupiah. Ia menceritakan tentang persiapannya yang cukup panjang.

“Persiapannya sudah dimulai sejak lomba zonasi pada 27 Oktober 2024. Sejak itu, saya terus berusaha untuk membaca hadis meskipun hanya beberapa halaman. Menjelang H-7, saya berusaha untuk konsisten membaca minimal 50 halaman per hari,” jelasnya.

Namun, selama lomba, Mahasantri Tebuireng itu mengaku menghadapi beberapa kesulitan, terutama terkait banyaknya materi yang harus dikuasai. “Kesulitan terbesar saya adalah dalam menyelesaikan materi lomba, karena bab yang dilombakan sangat luas. Di semi final, materi yang dilombakan mencakup dari bab awal hingga i’tikaf, yang sudah mencakup satu juz. Sedangkan di grand final, ada bab dari buyu’ sampai jihad wa siyar, yang menurut saya cukup sulit,” ujarnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Tiga Mahasantri Ma’had Aly Tebuireng Raih Juara di Olimpiade Santri Nusantara

Ia juga menjelaskan bahwa ada tiga kategori penilaian dalam lomba ini: kelancaran pembacaan maqro’ sesuai kaidah nahwu shorof, pemahaman terhadap kaidah nahwu shorof dari setiap kosakata maqro’, dan pemahaman terhadap maqro’ itu sendiri. “Alhamdulillah, saya bisa memenuhi semua kriteria penilaian tersebut,” tambahnya.

Lomba tingkat nasional ini memberikan kesan yang mendalam bagi Zumrotus. “Alhamdulillah, jika bukan karena lomba ini, mungkin saya tidak akan bisa menyelesaikan penghafalan Shohih Bukhori dalam waktu yang singkat,” ungkapnya. Ia berharap dapat terus berproses dan tidak cepat puas dengan hasil yang sudah diraih.



Pewarta: Albii