
Oleh: Q. Adawiyah*
Angan menjerit histeris
menahan tangis yang tiada guna karena sakit
mata sayu menahan kantuk
kulit hitam tak terasa
panas menyengat hingga menyeruak
keringat bercucuran
harap mendung dianugrahi
tiada jeda diteduhkan
serentak memotivasi seorang pelatih dengan kalamnya penuh makna
“bisa karena terbiasa, hebat karena terlatih”
meski nyatanya
fisik hancur
langkah tak teratur
suara tak tertutur
ditanya ditengah sunyi yang tak biasanya
mulai lelah dengan panasnya
“masih semangat?”
serentak, suara keras kami jawab
“siap, masih semangat.”
saling menguatkan, mengingatkan antar sesama
bahwa tiada balasan yang serupa dari segala yang dikeluarkan
dengan sedemikian banyaknya
melainkan balasan mengikuti yang diperintah
duduk mendengar penjelasan
aktif dan kritis terhadap sebuah keilmuan
menulis demi kisah yang diabadikan
terima kasih semuanya
dengan ini kita bisa cinta sebegitu pentingnya waktu,
meski hanya sedetik saja.
*Santri Tebuireng.