Oleh: Wahyu Nur Oktavia*
Salah satu prinsip inti ajaran Islam adalah kesetaraan laki-laki dan perempuan. Pembenaran paling penting untuk menjadi kebanggaan umat Islam, khususnya perempuan, adalah Nabi Muhammad pejuang yang sangat gigih demi kemajuan harkat dan martabat perempuan. Inti paling mendasar dari pembebasan perempuan ditemukan dalam Al-Qur’an, yang diturunkan sekitar 15 abad yang lalu.
Kitab suci Al-Qur’an tidak hanya menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan sepenuhnya setara di hadapan Allah, tetapi juga menegaskan bahwa mereka adalah anggota dan pelindung satu sama lain. Dengan kata lain, Al-Qur’an tidak menetapkan hierarki yang menempatkan laki-laki di atas perempuan, seperti yang dilakukan oleh banyak orang yang membentuk tradisi nasrani. Al-Quran tidak mengakui adanya hubungan antagonistik antara laki-laki dan perempuan, mereka diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang setara.
Salah satu bukti bahwa perempuan tidak dipandang rendah adalah kedudukan mulia yang Allah berikan kepada perempuan didalam Al-Qur’an berupa surat yang diturunkan-Nya khusus tentang perempuan dengan nama surat an-Nisa’, seperti firman Allah:
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (Q.S. an-Nisa’ 4: 34)
Ayat ini menunjukkan bahwa laki-laki secara fungsional lebih unggul dibandingkan perempuan karena laki-laki harus mencari nafkah dan menafkahi perempuan. Jika isteri sanggup menghidupi dirinya sendiri, baik karena ia menerima harta warisan, atau karena ia menyokong kepentingan keluarga dengan kekuatannya sendiri, maka kedudukan laki-laki menjadi berkurang sehingga tidak mempunyai keunggulan atas istrinya. Kemudian Allah berfirman dalam surah al-Baqarah/ 2: 228;
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِيْ عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۖ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya.”
Menurut Mahmud Shaltut mengatakan bahwa derajat keutamaan yang Allah berikan kepada laki-laki atas perempuan tidak lain hanyalah pemberian bimbingan dan perlindungan sesuai dengan kemampuan kodrati, dan hal inilah yang menjadikan laki-laki lebih unggul atas perempuan.
Bukan hanya dalam Al-Qur’an perempuan memiliki kedudukan, tapi perempuan juga mempunyai kedudukan penting di masyarakat, seperti halnya tolong menolong, amar ma’ruf dan nahi munkar, dan lain-lain. Melakukan hal tersebut dibutuhkan seorang perempuan yang tangguh, cerdas, mandiri, dan disiplin serta menghasilkan sesuatu yang tak percuma tapi juga mengandung ma’na di dalamnya.
Menjadi seorang muslimah tangguh adalah dambaan para perempuan islam. Tapi tak banyak dari mereka mengetahui konteks muslimah tangguh yang sebenarnya. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa muslimah tangguh adalah mereka yang berhasil sukses menjadi pengusaha besar, memiliki beragam fasilitas untuk mempermudah hidupnya, dan lain-lain. Meskipun dari mereka mempunyai etika yang buruk dan kurang agama, hal itu tidak jadi masalah. Lantas bagaimanakah caranya agar bisa menjadi muslimah tangguh sesuai syari’at islam?
Dalam buku yang pernah saya baca, menurut psikolog UI, Bunda Raden Ery Soekresno menjelaskan bahwa ada 4 cara jitu yang harus dipenuhi untuk menjadi muslimah tangguh, yaitu:
Persiapan spiritual. Modal awal seorang muslimah tangguh hendaknya dia memiliki akidah dan prinsip yang kuat, sehingga dia mempunyai keimanan yang tidak mudah goyah. Muslimah yang tangguh hendaknya melaksanakan kewajiban syar’i yang sudah di wajibkan kepadanya, seperti menutup aurat ketika yang lain berlomba-lomba untuk memamerkan lekuk tubuhnya, melaksanakan sholat fardhu di saat yang lain bersantai, atau semisalnya. Selain itu, hendaknya dia juga melakukan ibadah sunnah, seperti, bangun malam, memperbanyak dzikrullah, dll.
Persiapan intelektual. Menjadi seorang muslimah yang shalihah saja tidaklah cukup tapi harus diimbangi dengan luasnya pengetahuan yang dimiliki. Dan minimal dia mampu untuk mengoperasikan paralatan-peralatan teknologi.
Persiapan fisik. Seorang muslimah yang tangguh juga harus menjaga kesehatan tubuhnya agar tetap fit dan sehat. Sehingga dia bisa mempertahankan jutaan mimpi dan asa yang ingin dia raih.
Persiapan materi. Ada baiknya muslimah yang tangguh tersebut memiliki penghasilan sendiri dengan syarat tidak keluar dari frame Allah dan tidak mengabaikan tugasnya sebagai seorang ibu dan istri. Hal itu akan semakin mempermudahnya untuk berjuang di jalan Allah dan mempermudahnya untuk meraih semua cita-citanya.
Memang tak mudah berperan sebagai muslimah tangguh yang akan berjuang di era globalisasi ini, tapi tak ada salahnya jika dimulai dari sesuatu yang kecil dan tak muluk-muluk yaitu dirinya sendiri, karena yang terpenting adalah hasil karya yang dihasilkan sendiri daripada harapan yang terlalu tinggi tapi hasilnya nihil.
Setelah memulai dari dirinya sendiri, di lanjutkan dengan keluarganya, lalu lingkungannya, dan begitu seterusnya. Sehingga dengan sendirinya cita-cita untuk mengembangkan kualitas dan membangun akhlakul karimah bangsa ini akan merambah pada komunitas yang lebih besar.
Pada era modern ini tantangan menjadi muslimah yang tangguh sangatlah besar, yaitu pada level global ketika mereka tetap menerapkan konsep syar’i dan sunnah-sunnah Rasulullah dalam keseharian mereka di tengah-tengah weternisasi yang tak jarang menyebarkan pemahaman-pemahaman yang salah tentang islam dan membuat seseorang berani menerjang hukum-hukum syar’i. Solusi agar bisa melakukan sunnah-sunnah Rasullullah diantaranya yaitu;
Membekali diri dengan pengetahuan tentang Islam. Misalnya: belajar membaca Al-Quran, belajar Tafsir Al-Quran, sering mendengarkan ceramah agama oleh ulama’ berkualitas, bisa menambah ketaqwaan dan mendorong kita untuk berpegang teguh pada sunnah Rasululullah.
Mempelajari sejarah kehidupan Rasulullah dan hadist. Ini bisa dilakukan dengan banyak membaca atau mendengarkan ceramah keagamaan tentang kehidupan beliau. Dengan demikian, semakin kita mengenal Rasulullah SAW, semakin mudah bagi kita untuk mencintai dan mencontoh tindakan dan perilaku beliau.
Melaksanakan kewajiban agama. Tidak peduli betapa beratnya, melaksanakan kewajiban utama seorang muslim, seperti salat lima waktu dan puasa di bulan Ramadan.
Cari teman yang seiman. Bergaulah dengan sesama muslim yang taat menjalankan ajaran islam dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan berbasis sosial kemasyarakatan.
Coba kita tengok figur-figur mulia yang mendapatkan tempat terhormat di tengah-tengah umat hingga kini. Sayyidah Khadijah misalnya, namanya terus berkibar sampai sekarang, bahkan setiap wanita dianjurkan untuk meneladaninya. Terkenalnya seorang Khadijah bukan karena kecantikan wajahnya, namun karena pengorbanannya yang demikian fenomenal dalam mendukung perjuan- gan dakwah Rasulullah SAW. Dan masih banyak wanita mulia yang berkarya untuk umat pada masa-masa berikutnya.
Wallahua’lam…
*Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya.