Oleh: Izzatul Mufidati*

Orang yang mampu menahan amarahnya termasuk dari golongan orang-orang yang bertakwa, dan mendapat ampunan dari Allah SWT. Mereka akan peroleh dan telah disiapkan surga. Firman Allah yang menjelaskan balasan mengenai orang yang dapat menahan amarah,

۞وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ (١٣٣) ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ (١٣٤

‘’133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, 134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Al-Imran: 133-134)

Dalam hadits juga dijelaskan bahwa orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah;

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه البخاري ومسلم

’’Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang kuat fisiknya, sungguh orang yang kuat adalah yang mampu menguasai dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berikut cerita penuh hikmah mengenai cara cerdik untuk mengantisipasi marah;
Al-Mu’tamir bin Sulaiman berkata kepada kaumnya; Ada seorang raja yang hidup di masa sebelum masa kalian semua ini. Dia termasuk seorang raja yang punya penyakit hati yaitu gampang emosi dan marah-marah.

Sebenarnya sang raja itu merasa sangat tidak nyaman dengan tabiat buruknya tersebut. Sehingga dalam suatu kesempatan raja pun menemukan ide atau trik khusus untuk mensiasati watak pemarahnya, raja tersebut menulis beberapa kalimat dalam tiga kertas.

Setelah itu, raja memberikan dari tiap-tiap lembarnya kepada tiga orang penasihatnya. Saat memberikan kertas kepada penasihat yang pertama, raja tersebut berpesan; “Apabila aku marah, maka berikanlah ini kepadaku!.’’

Lalu saat memberikan kepada penasihat kedua, raja tersebut memberikan pesan, “Apabila sebagian kemarahanku sudah reda maka serahkanlah ini kepadaku !”

Sedangkan saat memberikan surat tersebut kepada penasihat ketiga, raja memberikan pesan :”Apabila telah hilang kemarahanku maka serahkanlah ini kepadaku !”

Hari-hari silih berganti, dan kini tibalah waktunya sang raja tersulut amarahnya. Kemudian penasihat pertama yang telah diberi amanah oleh sang raja lalu mendatanginya dan memberikan secarik kertas tersebut, di dalam kertas tersebut tertulis “Bagaimanakah kamu dengan kemarahan ini? Sesungguhnya kamu bukan tuhan. Kamu adalah manusia dimana hampir sebagian darimu membutuhkan terhadap sebagian yang lain”. Usai membaca tulisan tersebut, rupanya kemarahan sang raja mulai mereda.

Nampak kemarahan sang raja mulai mereda, lalu datanglah penasehat kedua untuk memberikan selembar kertas yang kedua kepada raja. Pada lembar kertas yang kedua ini berisi tulisan; “Kasihanilah orang di bumi niscaya kamu akan dikasihani oleh yang dilangit!”

Tidak lama kemudian, datanglah penasehat yang ketiga untuk memberikan lembaran kertas yang terakhir. Dalam lembaran ketiga tersebut tertulis: ” Perlakukanlah manusia sesuai hak-hak yang telah Allah tetapkan sebab hanya dengan itulah kehidupan manusia bisa diperbaiki yakni janganlah sesekali meremehkan terhadap batas-batas yang telah Allah atur.”


Sumber : Buku Sabda Petuah Kehidupan Dan Cerita Penuh Hikmah


*Mahasiswi STIT-UW