
Tebuireng.online— Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM ungkap alasan ke Tebuireng dalam acara Safari Ramadan. Saat menyampaikan sambutannya, Ketua Umum DPP Partai Golkar itu menceritakan berkunjung ke Tebuireng adalah cita-citanya sejak ada dulu.
“Sesungguhnya ini mimpi saya sejak di Papua karna di sana 69% persen itu muslim dan itu paling banyak NU, pesantren di Papua tidak sebanyak di jawa,” ungkapnya, Jumat (14/3/2025) di aula Yusuf Hasyim Tebuireng.
Sebelum acara berlangsung beliau juga merasa plong sudah bisa berziarah ke makam Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, Gus Dur dan para masyaikh Tebuireng, “tadi saya ziarah ke makam rasanya plong sekali, apalagi saya juga diizinkan untuk masuk kamar hadratussyaikh dan sholat ashar disana semoga bisa mendapat barokahnya,” imbuhnya.
Laki-laki kelahiran 7 Agustus 1976 itu, menjelaskan tujuan rombongan menteri ke Pondok Pesantren Tebuireng, Bahlil menegaskan sekali lagi menyambung sambutan dari sekjen DPP Golkar bahwasanya momen ini hanya untuk bersilaturahim.
Baca Juga: Menteri Bahlil Safari Ramadan di Pesantren Tebuireng
“Bagi kami jangan bahas politik terus, kalau partai politik datang ke kiai seolah-olah minta dukungan tapi yang utama itu bisa tukar pendapat supaya meningkatkan kualitas pengabdian kita terhadap rakyat bangsa dan negara,” tegasnya.

Tujuan kedua safari Ramadhan ini juga adalah untuk memantau subsidi yang diberikan oleh pemerintah tepat sasaran, “Sebagai menteri SDM bahwa setiap 1 rupiah uang negara yang dikeluarkan untuk rakyat kata pak Prabowo kita harus memantau sampai bawah,” tuturnya.
Selain itu menteri ESDM ini juga mengklarifikasi mengenai kelangkaan LPG yang terjadi beberapa saat lalu, menurut Bahlil sejak 2007 pemerintah sudah tidak pernah menaikkan harga LPG, “150T subsidi bensin LPG yang sudah dibayarkan negara untuk rakyat miskin, tugas saya memantau itu,” katanya.
Terakhir sebelum mengkhiri sambutan, Bahlil mengngkapkan lagi rasa senang dan bangga telah berkunjung ke Tebuireng. “Saya merasa sangat senang bisa berkunjung ke salah satu pesantren tertua di Indonesia.” Tutupnya.
Pewarta: Albii