Judul buku: Yasin dan Tahlil Tebuireng (Dilengkapi dengan biografi singkat tokoh-tokoh Tebuireng yang dimakamkan di Pesantren Tebuireng)
Penulis: Ahmad Faozan dan M. Septian Pribadi
Tahun terbit: cetakan pertama, 2014
Tebal: 86 halaman
Harga: Rp.15.000
ISBN: 978-602-8805-14-8
Rosul bersabda : “Dahulu aku telah melarang kalian berziarah ke kubur. Namun sekarang berziarahlah kalian ke sana.” (H.R Muslim)
Rosul juga bersabda : “Lakukanlah ziarah kubur, karena ziarah kubur akan mengingatkan kalian tentang kematian” (H.R Ibnu Hibban 3169 dan sanadnya dinilai shahih oleh Suaib al-Arnaut)
Ziarah kubur adalah tradisi yang acap kali dilakukan oleh umat Islam. Baik muda atau tua, pria atau wanita fenomena ziarah kubur melekat kuat dalam tradisi pemeluk Islam Nusantara. Sehingga hampir setiap tahun makam para auliya’ dan ulama’ Indonesia tidak pernah sepi dari peziarah. Sebut saja makam Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gunung Jati di Cirebon, Syekh Jumadil Kubro di Mojokerto, Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik dan masih banyak lagi.
Banyak keunikan yang dialami para peziarah saat mengunjungi makam para “sesepuh” kita. Salah satunya minim pengetahuan tentang siapa yang diziarahi tersebut. Data survei yang dilakukan PKPM (Pusat Kajian Pesantren dan Masyarakat) Tebuireng, mewawancarai peziarah dari berbagai tempat selama sebulan perihal tujuan ziarah ke makam Gus Dur (Jombang) serta siapa saja yang di makamkan di pesarehan makam Tebuireng. Menunjukkan bahwa, kebanyakan peziarah hanya tahu di makam Tebuireng ada KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Padahal, di makam tersebut juga terdapat KH. Hasyim Asyari (Pahlawan dan Pendiri Nahdlatul Ulama), KH. Wahid Hasyim (Pahlawan dan Menteri Agama Indonesia pertama), Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim (anak KH. Hasyim Asyari sekaligus pendiri Madrasah lil Banat di Makkah al-Mukarromah), KH. Adlan Aly, KH. Sobari, KH. Kholik Hasyim, KH. Muhammad Yusuf hasyim dan masih banyak lainya.
Jika kita menilik sejarah, para tokoh-tokoh tersebut memiliki peran yang besar dan signifikan dalam mengusir penjajah dari tanah Nusantara. Juga berperan penting dalam mengembangkan Islam di Nusantara. Kiprah KH. Hasyim Asyari dalam mengusir penjajah dan mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan jumlah jamaah hampir lebih dari separuh penduduk Indonesia.
Wahid Hasyim, putra KH. Hasyim Asyari berperan penting dalam detik-detik Indonesia menuju merdeka. Beliau juga menjadi perintis pertama dengan mendirikan sekolah formal di pesantren yang kemudian diikuti oleh pesantren-pesantren lain di seluruh Indonesia.
M. Yusuf Hasyim, salah seorang pejuang gagah berani yang turut andil melawan dan mengusir penjajah di Surabaya pada tanggal 10 November melalui Laskar Hizbulloh, yang sekarang dikenang sebagai hari pahlawan. Dan masih banyak lagi tokoh yang punya pengaruh besar terhadap Indonesia yang mestinya diketahui peziarah untuk bahan renungan dan refleksi.
Melihat problema ini, Ahmad Faozan dan Muhammad Septian Pribadi berinisiatif memperkenalkan para tokoh yang dimakamkan di Pesantren Tebuireng melalui sebuah tulisan yang diterbitkan dalam bentuk buku. Yang alhamdulillah telah terbit dan dicetak sebanyak 4000 eksemplar.
Buku Yasin dan Tahlil Tebuireng berbeda dengan buku sejenis yang lainya. Dalam buku yang diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng ini, tidak hanya menyajikan bacaan Yasin dan Tahlil. Lebih dari itu, buku bersampul kuning dilengkapi biografi singkat tokoh yang dimakamkan di Tebuireng. Sehingga selain berdoa dan bertawasul para peziarah juga dapat belajar dan mengetahui tentang siapa saja yang dimakamkan di pesarean Pesantren Tebuireng.
Buku bertebal 86 halaman ini memberikan nuansa berbeda dibandingkan buku Yasin dan Tahlil pada umumnya. Dengan harga yang terjangkau, peziarah sudah bisa menikmati Biografi para tokoh Tebuireng dan bacaan Yasin dan Tahlil sehari-hari guna diterapkan di masyarakat. Selamat membaca dan berdoa!
Resensor : Ahmad Mubarok, aktif di Tebuireng Media Grup dan Sanggar Kepoedang (Komunitas Penulis Muda Tebuireng)