Tebuireng-org- Pengurus BEM Syari’ah mengadakan pelatihan interpenuership. Kruto menjadi icon pada pelatihan interpenuership tersebut. Ada tiga puluh dua peserta yang mengikuti acara pelatihan tersebut diantaranya berasal dari mahasiswa Unhasy, mahasiswa sekitar Jombang serta warga setempat (22/03/15).

Pelatihan kroto dilaksanakan di Gedung Aula lantai tiga yang dimulai Pukul 08.00 WIB. pelatihan ini menghadirkan pembicara Dwi Karyono Stiawan, pondok kroto dan Wahyudi Fajar Firmansyah, marketing syariah, tampak hadir pula dalam acara ini Rektor II Drs. Muhsin KS, dosen syariah dan dosen dari fakultas umum. pada acara pelatihan kroto tersebut. Rektor II, Drs. Muhsin KS sangat mengapreasi terhadap acara pelatihan yang diadakan BEM syari’ah.

“Pelatihan kroto ini sangat bagus demi menjalankan misi Unhasy. karena selain misi kampus terfokus pada jiwa-jiwa kepesantrenan sejak satu tahun lalu kami juga memiliki misi membentuk jiwa wirausaha, syukur alhamdulillah BEM Fakultas Syariah benar-benar membuktikannya, kaum muda seperti kalianlah yang akan menjadi aspirasi rakyat”. Ungkap rektor II, yang akrab dipanggil pak muhsin.

Selain mendapat apresiasi dari rektor II, Ketua BEM syariah juga mengungkapkan bagaimana asal-usul diadakannya pelatihan kroto yang pada saat ini tak banyak di sorot dan diamati oleh para mahasiswa terutama mahasiswa Unhasy.

“kroto memang tak banyak dikenal dan dikenang oleh mahasiswa Unhasy. Makhluk aneh, kecil dan seakan tak berharga. Jangankan dikenang menngenal pun mahasiswa pasti sudah tak mau, maka demi merawat kelestarian sumber daya alam yang sangat bernilai, kami adakan pelatihan agar seluruh mahasiswa paham bahwa kroto mengandung manfaat banyak bagi kita semua. Apalagi sekarang kroto proses pengujian oleh badan kesehatan bisa sebagai makanan bayi” kata ketua BEM saat ditemui usai acara.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Acara berakhir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan tepat pukul 12.00 WIB. Pelatihan masih akan ada tindak lanjutnya dilain waktu guna memberikan pemantapan agar para mahasiswa tidak hanya menerima materi saja dalam pelatihan, akan tetapi peserta juga mampu berinterpenuer dengan baik sampai menjadi kader interpenuership profesional.(Ittaqi/ aldo)