
Arafah merupakan hari kesembilan dari bulan Zulhijjah yang menjadi puncak haji di mana jutaan jamaah menjalankan wukuf di padang Arafah sehari sebelum tiba hari raya Iduladha. Hari Arafah juga menjadi momentum untuk berpuasa, berdoa, berdzkir bagi umat muslim di seluruh dunia yang tidak menunaikan ibadah di tanah suci, sebab agungnya kemuliaan yang Allah turunkan pada hari tersebut.
Dalam hadits, Nabi saw bersabda:
خَيْرُ الدُّعاءِ دُعاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَناَ وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Artinya: “Sebaik-baiknya doa ialah doa yang dipanjatkan pada hari Arafah dan sebagus-bagusnya apa yang saya ucapkan dan diucapkan juga oleh nabi-nabi sebelum aku ialah (Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah yang Maha-Esa tiada sekutu baginya milik-Nya lah kerajaan dan hanya bagi Allah segala puji pujian dan Allah berkuasa atas setiap sesuatu).” (H.R. Tirmidzi).
KH. Baha’uddin Nursalim atau yang biasa disapa Gus Baha’ menjelaskan bahwa bagi orang yang tidak berhaji dapat melakukan amalan khusus pada hari Arafah sebagaimana jamaah haji yang sedang wukuf di tanah Arafah, di mana hal itu dikenal dengan sebutan tasyabuh atau at-ta’rif (penyerupaan). Yaitu melakukan kegiatan i’tikaf sama halnya jamaah yang wukuf di Arafah dengan berdiam diri seraya berdoa dan bermunajat kepada Allah.
Gus Baha’ mengatakan bahwa amalan tersebut sejatinya telah dilakukan oleh auliya’ Allah. “Saya pernah membaca kitab, waliyullah itu tidak ikut haji, tapi memperingati hari Arafah. Waktu itu (Arafah) sangat luar biasa. Meskipun ada sebagian yang bilang ini bidah, namun karena hal tersebut kebiasaan orang saleh, maka layak d dilakukan.” terangnya.
Adapun amalan yang biasa dilakukan Gus Baha ketika Arafah yaitu beliau setelah dzuhur ber-i’tikaf di pondok ataupun biasanya juga di pesaeran bapak beliau dengan membaca Al-Quran dan ta’lim kitab.
Sebagaimana pula disebutkan dalam Kitab Ahwalu as-Salaf fil Hajj, orang-orang shaleh dahulu seperti salah satunya adalah sahabat Ibnu Abbas yang ketika tidak berhaji, melakukan amalan khusus pada hari Arafah sebagaimana jamaah haji yang sedang wukuf di tanah Arafah. Salafuna saleh saling memperingatkan pada hari Arafah untuk sibuk dengan ibadah dan memperbanyak doa serta tidak banyak bergaul dengan manusia. Disebutkan Atha’ bin Abi Rabbah berkata, “Jika engkau mampu mengasingkan diri di siang hari Arafah, maka lakukanlah.”
Terkait dzikir dan doa yang dianjurkan untuk dibaca di hari Arafah ini Ustadzah Halimah Alaydrus dan guru-guru yang lain menganjurkan kita untuk membaca surah al-Ikhlas sebanyak 1000 Kali, shalawat Ibrahimiyyah 1000 Kali, doa tahlil sebanyak 1000 kali sebagaimana dalam hadits Nabi saw yang telah disebutkan diatas. Kemudian, di akhir membaca doa sesuai hajat masing-masing terutama sore hari tepat sebelum matahari tergelincir.
Kebiasaan ulama dan salafuna saleh ini sebenarnya adalah bersumber dari riwayat Imam Baihaqi, bahwa dalam hadis: “Allah berfirman, siapa yang berdiam diri pada petang hari Arafah lalu membaca ayat kursi 360 kali dan surah al-Ikhlas 1000 kali dan membaca selawat Ibrohimiyyah 1000 kali, maka Allah akan membanggakannya di depan para malaikatnyanya dan berfirman, ‘saksikanlah wahai para malaikat, hambaku bertasbih dan mengagungkanku, maka aku ampuni dosa-dosanya dan jika ia meminta izin untuk memberikan syafaat kepada orang lain maka aku akan mengizinkannya.”
Adapun jika ingin mengikuti doa yang sering dipanjatkan Nabi saw pada Hari Arafah adalah:
اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِيْ نَقُوْلُ, وَخَيْراً مِمَّا نَقُوْلُ, اَللَّهُمَّ لَكَ صَلَاتِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ, وَإِلَيْكَ مَآبِيْ وَلَكَ رَبِّيْ تُرَاثِيْ, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَّاتِ الْأَمْرِ, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَهِبُّ بِهِ الرِّيْحُ
Artinya: “Ya Allah segala puji hanyalah milikMu sebagaimana kami ucapkan dan bahkan lebih baik dari pada apa yang kami ucapkan. Ya Allah, hanyalah untuk-Mu Shalat, hidup dan matiku. Hanyalah kepada-Mu tempat kembaliku. Hanyalah milik-Mu segala peninggalanku. Ya Allah, sungguh aku berlindung padaMu dari siksa kubur, gangguan dalam hati dan terpecahnya segala urusan. Ya Allah, sungguh aku berlindung pada-Mu dari keburukan yang tertiup bersama angin“.
Selain itu, ulama juga mengajarkan kita untuk tidak melupakan dan peduli kepada umat Nabi Saw yang lainnya. Kita mendoakan orang tua, para guru, saudara muslimin di seluruh penjuru dunia dengan ikhlas dan tulus agar mereka mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Nabi saw bersabda, “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, ‘Dan bagimu juga kebaikan yang sama.’” (HR. Muslim). Wallahu Musta’an.
Baca Juga: Ragam Keistimewaan Hari Arafah
Penulis: Rasyida Rifa’ati Husna
Editor: Muh Sutan