Ilustrasi: kompas.money

Industri kreatif di bidang Game atau produk digital yang tak pernah sepi peminat tampaknya selalu memiliki pasar tersendiri, apalagi peminat game tak hanya dari kalangan anak-anak tetapi juga semua kalangan. Khususnya game online, tak jarang karena banyaknya pasar mereka, mampu membuat kompetisi dan turnamen game yang mereka sukai.

Indonesia menjadi salah satu pasar industri game terbesar di dunia, melalui laporan We are Social, Indonesia menjadi negara dengan jumlah pemain video game terbanyak ketiga di dunia dengan catatan ada 94,5% pengguna internet berusia 16-64 tahun di Indonesia yang memainkan game video per januari 2022. Selain itu diperkuat data dari BPS atau Badan Pusat Statistik di tahun 2023 mencatat bahwa anak di usia 0-18 tahun mendominasi pasar online dengan persentase 46,2%.

Sebenarnya banyak developer Game yang sukses di luar negeri namun mereka kurang mempunyai pasar di Indonesia. Game di Indonesia masih didominasi produk luar, seperti Mobile legend : Bang Bang, PUBG Mobile, Free Fire, Candy Crush, Stumble Guys, dan yang lainnya masih produk dari luar negeri, dimana artinya rakyat Indonesia hanya sebagai konsumen saja.

Lalu adakah dukungan pemerintah mengenai infrastruktur para pengguna game?

Banyaknya peminat game di Indonesia ini, selayaknya penting dukungan pemerintah di bidang infrastruktur game, mulai dari kondisi kecepatan internet sebagai perangkat lunak pengguna game di Indonesia masih buruk dimana dari Negara Asean. Indonesia masih tertinggal jauh dengan kecepatan internet sebesar 24,96 Megabits per second (Mbps) peringkat ketiga dari bawah, kondisi tersebut menjadi salah kendala para pengguna game dan pemerintah harus terus berupaya untuk perbaikan pembangunan infrastruktur internet.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Minimnya sumber daya manusia dibidang pengembangan game membuat kesulitan Industri game untuk melakukan research and development dibidang game. Bayangkan di negara Vietnam tenaga kerja spesialisasi di dalam pengembangan game memiliki sekitar 6000 orang programmer sedangkan di Indonesia di Indonesia hanya memiliki 600 programmer. Ketertinggalan tenaga kerja profesional di bidang game ini membuat Indonesia juga tertinggal terkait Industri game.

Industri kreatif di bidang game memang sangat potensial, apalagi game tak hanya bentuk software tetapi juga yang lainnya seperti perangkat lunak hingga souvenir dan merchandise mengenai game yang seharusnya dari sini ada nilai perputaran ekonomi yang dihasilkan jika pemerintah turut serta memperhatikan Industri kreatif.

Kontrol pemerintah penuh melalui game seperti batasan screen time di beberapa negara

Sebagian rakyat Indonesia menjadikan game sebagai bagian pendapatannya seperti gamers di Youtube, Penjual elektronik dengan tema Gaming, dan aktivitas adsense game yang lainnya. Namun tak semua rakyat mampu menjadikan game sebagai aktivitas yang produktif dengan menghasilkan uang alih-alih membuat produktif, malah kecanduan game khususnya anak dibawah umur.

Pentingnya pemerintah dalam membangun infrastruktur game juga harus didukung dengan perlindungan terhadap anak usia dibawah umur seperti belajar dari negara Tiongkok,dimana banyak perusahaan game asal negara Tiongkok sukses menghasilkan pendapatan melalui game. Rupanya pemerintah juga membuat kebijakan batasan bermain game yang dilakukan anak dibawah umur.

Dimana bermain game hanya bisa dilakukan 3 jam dalam seminggu yaitu dihari Jum’at, Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional dengan batasan satu jam dimulai jam 20.00 hingga jam 21.00. Hal ini bertujuan perlindungan pemerintah terhadap kesehatan fisik dan mental anak dibawah umur kaitannya dengan masa depan negara mereka.

Apalagi hari ini banyak game yang dibalut dengan transaksi judi online, penting pemerintah turut serta kontrol perizinan game guna untuk mencegah kerugian negara.



Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus, Pegiat Literasi.