Tebuireng.online- Guna menyatukan spirit dengan para pendahulu NU, puluhan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari sejumlah daerah Jawa Timur saat mengikuti rangkaian acara Pelatihan Kader Lanjut (PKL) di Jombang berziarah ke sejumlah makam pendiri Nahdlatul Ulama (NU), yakni almaghfurlah KH. Hasyim Asy’ari, KH. Bisri Syansuri, KH. Wahab Hasbullah dan KH. Romli Tamim, pada Rabu (26/09/2018) selepas mengikuti acara Pelatihan Kader Lanjut (PKL) oleh PC PMII Jombang, Jawa Timur di aula Pondok Pesantren Nur Alif Sengon Jombang.
Makam Mbah Hasyim Asy’ari dan beberapa dzurriyah beliau yang berada di kompleks pemakaman Tebuireng menjadi target utama mereka. Namun sebelum bergerak ke Tebuireng, para aktivis tersebut terlebih dahulu berziarah ke makam pendiri Pondok Pesantren Tambakberas, KH. Wahab Hasbullah di lingkungan pondok induk setempat.
Misrum, selaku sekretaris Ketua III bidang keagamaan PC PMII Jombang mengatakan kader PMII yang sudah mengemban label kader Mujtahid itu agar mendapat barokah dari para muassis NU dalam setiap langkahnya. “Mudah-mudahan kita mendapat ridha dan barokah, sehingga kita bisa totalitas dalam melakukan segala aktivitas,” harapnya.
Yang sangat menarik dalam kegiatan ziarah ini, Tim Kaderisasi Pengurus Besar (PB) PMII Jawa Timur secara langsung juga ikut antusias, “Ziarah ini dalam rangka untuk menyatukan spirit dengan para pendahulu kita, kita juga bisa mengambil ruh perjuangan dan ruh pergerakan dari para pendiri NU, ” ungkap Muhammad Shobir sebagai Tim Kaderisasi PB PMII periode 2017-2019.
Kader-kader PMII dalam menjalankan amanah organisasi harus betul-betul selaras dan sesuai tujuan PMII, “Kita ‘harus’ harus niat dalam menjalankan amanah organisasi harus betul-betul selaras dan sesuai dengan tujuan PMII karena dalam setiap gerakan kita tak lepas dari perjuangn muassis NU yang notabenenya PMII dilahirkan dari NU,” tutur pemuda yang pernah menjabat sebagai ketua Pengurus Cabang (PC) PMII Kebumen masa khidmat 2015-2016 itu.
Selain itu Kader PMII diharapakan menjaga tradisi NU dalam menghadapi Era kebinggungan yang tidak tahu apa yang harus dilakukan, “Kita juga harus merawat, menjaga tradisi NU dengan tetap membuka diri di era kompetisi yang cukup ketat, terlebih dalam menghadapi Era fuca dan disrupsi politik global,” pungkasnya.
Pewarta: Izzatul Mufidati
Editor: Munawara
Publisher: Muh Sutan