Sebuah ilustrasi (sumber: kangacil)

Golongan keempat yang akan diadukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada hari Kiamat di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu umat Islam yang tidak berupaya memikirkan apa yang dikehendaki oleh Allah yang menurunkan kitab suci Al-Qur’an.

Bertebaran berbagai informasi dari ayat Al-Qur’an yang memberikan penjelasan terkait perintah Allah untuk merenungkan ciptaan-Nya, agar manusia banyak bersyukur kepada Allah. Karena betapa banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada manusia, sehingga manusia tidak akan mampu menghitungnya. Hal ini diperkuat beberapa informasi dari kitab suci Al-Qur’an, berikut:

Surah Ibrahim/14 ayat 34.

 وَءَاتَىٰكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلۡتُمُوهُۚ وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَظَلُومٞ كَفَّارٞ 

Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (Q. S. Ibrahim/14: 34).

Surah An-Nahl/16 ayat 18,

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٞ رَّحِيمٞ 

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q. S. An-Nahl/16: 18).

Baca Juga: Aduan Rasulullah di Hari Kiamat (1)

Perintah merenungkan ciptaan Allah

Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memberikan penjelasan agar manusia merenungkan ciptaan Allah, yang mana manfaatnya buat kemaslahatan manusia itu sendiri. Secara khusus agar manusia berusaha secara istiaqamah mendekatkan diri kepada Allah, karena dengan memikirkan dan merenungkan kebesaran ciptaan Allah, maka akan terbuka hati nurani manusia untuk banyak bersyukur kepada Allah. Kemudian menyadari diri, bahwa tujuan utama hidup manusia semata-mata hanya beribadah kepada Allah. Sebagaimana ditegaskan pada firman-Nya,

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ 

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q. S. Adz-Dzariyat/51: 56).

Dari ayat ini begitu sangat jelas dan tegas, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia agar hanya beribadah kepada-Nya, walaupun dari data umum jumlah manusia saat ini di seluruh belahan dunia, banyak yang mengingkari keesaan Allah terpengaruh doktrin-doktrin yang bertentangan  dengan akal sehat manusia itu sendiri, hanya semata-mata untuk meraih kesenangan duniawi dan melupakan kehidupan akhirat yang kekal abadi.

Beberapa ayat berikut terkait perintah merenungkan dan memikirkan ciptaan Allah sebagai bagian pelajaran penting, agar hati nurani manusia lebih terbuka dan dapat memahami arti kehidupan yang sebenarnya:

Surah Ar-Ra’d/13 ayat 2 – 4,

ٱللَّهُ ٱلَّذِي رَفَعَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيۡرِ عَمَدٖ تَرَوۡنَهَاۖ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ وَسَخَّرَ ٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَۖ كُلّٞ يَجۡرِي لِأَجَلٖ مُّسَمّٗىۚ يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَ يُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لَعَلَّكُم بِلِقَآءِ رَبِّكُمۡ تُوقِنُونَ

وَهُوَ ٱلَّذِي مَدَّ ٱلۡأَرۡضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَٰسِيَ وَأَنۡهَٰرٗاۖ وَمِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ جَعَلَ فِيهَا زَوۡجَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِۖ يُغۡشِي ٱلَّيۡلَ ٱلنَّهَارَۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ

 وَفِي ٱلۡأَرۡضِ قِطَعٞ مُّتَجَٰوِرَٰتٞ وَجَنَّٰتٞ مِّنۡ أَعۡنَٰبٖ وَزَرۡعٞ وَنَخِيلٞ صِنۡوَانٞ وَغَيۡرُ صِنۡوَانٖ يُسۡقَىٰ بِمَآءٖ وَٰحِدٖ وَنُفَضِّلُ بَعۡضَهَا عَلَىٰ بَعۡضٖ فِي ٱلۡأُكُلِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَعۡقِلُونَ 

Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Tuhanmu. Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya.

…Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir. (Q. S. Ar-Ra’d/13: 2 – 4).

Melalui beberapa ayat di atas, seluruh umat manusia diperintahkan untuk merenungkan dan memikirkan kebesaran cintaan Allah Subahanahu wata’ala, langit berdiri tanpa tiang, bumi terhampar luas membentang, silih bergantinya siang dan malam, diberikan semua fasilitas kehidupan; baik di daratan, di lautan dan pegunungan – disediakan semua kebutuhan hidup manusia. Bisakah manusia banyak bersyukur, mengingat pemberian Allah? Bersyukur yang paling berat adalah tumbuhnya kesadaran untuk saling memberi, saling menyayangi, saling tolong menolong dalam kebajikan dan takwa. Demikian pula saling memberikan manfaat dalam mengelola kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.  

Baca Juga: Aduan Rasulullah di Hari Kiamat (2)

Memahami dan Merenungkan Kehendak Allah Terkait Diturunkannya Kitab Suci Al-Qur’an

Banyak sekali penjelasan mengenai  perintah memahami dan merenungkan kehendak Allah Subahanahu wata’ala terkait diturunkannya kitab suci Al-Qur’an, di antaranya yang paling urgen adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan pegangan kehidupan, dalam memecahkan berbagai macam problema kehidupan, baik dalam ruang lingkup terkecil sebuah keluarga dan ruang lingkup terbesar dalam berbangsa dan bernegara.

Di mana kitab suci Al-Qur’an dengan bahasa yang sangat menakjubkan susunan kata-katanya dan sangat jelas, tegas isi kandungannya, menuntun seluruh umat manusia dengan  mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju jalan yang terang benderang, menempuh jalan kebaikan, menuju jalan yang lurus, yang diridhai Allah Subahanahu wata’ala.

Mari renungkan ayat-ayat berikut, agar kita terbebas dari aduan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan Allah Subhanahu wata’ala pada hari Kiamat,

Surah Ibrahim/14 ayat 1 – 3,

الٓرۚ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ لِتُخۡرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ ٱللَّهِ ٱلَّذِي لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ وَوَيۡلٞ لِّلۡكَٰفِرِينَ مِنۡ عَذَابٖ شَدِيدٍ ٱلَّذِينَ يَسۡتَحِبُّونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا عَلَى ٱلۡأٓخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَيَبۡغُونَهَا عِوَجًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلِۢ بَعِيدٖ 

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji..  Allah-lah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih, (yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (Q. S. Ibrahim/14: 1 – 3).

Surah Yunus/10 ayat 25,

وَٱللَّهُ يَدۡعُوٓاْ إِلَىٰ دَارِ ٱلسَّلَٰمِ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ 

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Q. S. Yunus/10: 25).

Dari dua ayat di atas, perlu dipahami dengan baik terkait dengan perintah memikirkan dan merenungkan kehendak Allah Subahanahu wata’ala yang menurunkan kitab suci Al-Qur’an.

Pertama pada kandungan surah Ibrahim/14 ayat 1 sampai 3 diberikan informasi bahwa Allah Subahanahu wata’ala menurunkan kitab suci Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang, dari kekufuran dan kekafiran menuju cahaya Islam yang terang benderang, sehingga dengan masuknya ke dalam Islam secara universal atau menyeluruh, jalan hidup manusia begitu sangat jelas dan terang.

Baca Juga: Peranan Wahyu Pertama dan Terakhir dalam Kehidupan Umat Islam

Sebaliknya manusia yang menempuh jalan kekafiran dan kekufuran, maka akan mendapatkan siksa dunia dan akhirat yang sangat pedih, yaitu jalan hidupnya orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Termasuk menghalalkan segala cara, demi mencapai tujuan hidupnya. Sehingga wajar mereka diadukan oleh Rasulullah.

Kedua, pada kandungan surah Yunus/10 ayat 25  Allah mengajak kepada seluruh manusia menuju Surga Darus Salam dan jalan yang lurus. Sementara yang diadukan Rasulullah adalah manusia yang mengubah syari’at Allah dan mengajak orang lain  menuju jalan yang sesat. Mereka menjual petunjuk dengan kesesatan, membodohi manusia lainnya, dengan dalih bersenang-senanglah hidup di dunia.



Penulis: Dr. H. Otong Surasman, M.A., Dosen Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta.