
Golongan ketiga yang akan diadukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada hari Kiamat di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu umat Islam yang tidak menjadikan Al-Qur’an rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut Ushul Ad-Din (prinsip-prinsip ajaran agama) dan rinciannya, terkait dengan keadilan.
Ketika seseorang mempunyai kedudukan, mulai dari tingkat bawah sampai tingkat tertinggi di sebuah negara, tidak mampu menegakkan keadilan, maka dikhawatirkan termasuk golongan yang diadukan Rasulullah di hadapan Allah kelak di hari Kiamat. Karena hal ini sudah bertentangan dengan perintah Allah yang memberikan perintah agar menegakkan keadilan, sebagaimana dijelaskan pada firman-Nya dalam beberapa ayat:
Surah An-Nisa’/4 ayat 58,
إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤَدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَا وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q. S. An-Nisa’/4: 58).
Baca Juga: Aduan Rasulullah di Hari Kiamat (1)
Surah An-Nahl/16 ayat 90,
إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q. S. An-Nahl/16: 90).
Kemudian terkait dengan amar makruf nahi mungkar merupakan bagian penting dari Ushul Ad-Din (prinsip-prinsip ajaran agama), yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar nilai-nilai kebaikan dapat dilestarikan di lingkungan kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Walaupun dari sisi prakteknya amar makruf (menyuruh kepada kebaikan) lebih ringan dibandingkan dengan nahyi mungkar (mencegah dari perbuatan kemungkaran). Berikut ini beberapa ayat Al-Qur’an terkait perintah agar menegakkan amar makruf nahyi mungkar, di antaranya:
Surah Ali ‘Imran/3 ayat 104 – 105,
وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Q. S. Ali ‘Imran/3: 104 – 105).
Surat At-Taubah/9 ayat 71 – 72
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ وَرِضۡوَٰنٞ مِّنَ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar. (Q. S. At-Taubah/9: 71 – 72).
Dari dua ayat di atas, diberikan informasi pada firman Allah, surah Ali ‘Imran/3 ayat 104 adanya keharusan segolongan umat manusia yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, sehingga golongan ini termasuk orang-orang yang beruntung, bahagia, sukses dan damai hidupnya.
Kemudian diperkuat pada surah At-Taubah/9 ayat 71 dan 72 merupakan ciri khusus bagi orang-orang yang beriman, yang mana orang yang beriman mempunyai kewajiban untuk menegakkan amar makruf nahyi mungkar, sehingga mendapatkan jaminan dari Allah Subahanahu wata’ala akan dimasukkan ke dalam surga ‘Adn, yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan.
Baca Juga: Perniagaan Sukses Dunia Akhirat (3)
Nah, sebaliknya ketika tidak mampu menegakkan amar makruf nahyi mungkar, khawatir termasuk golongan yang diadukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di hari Kiamat. Bahkan, status mereka yang digambarkan pada firman Allah Subahanahu wata’ala surah At-Taubah/9 ayat 67 – 68, termasuk golongan orang-orang munafik, yaitu menyuruh kepada kemungkaran dan mencegah dari perbuatan yang baik, mereka akan dikumpulkan di neraka Jahannam. Perhatikan baik-baik firman Allah, berikut:
Surat At-Taubah/9 ayat 67 – 68,
ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتِ وَٱلۡكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ هِيَ حَسۡبُهُمۡۚ وَلَعَنَهُمُ ٱللَّهُۖ وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّقِيمٞ
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (Q. S. At-Taubah/9: 67 – 68).
Begitu sangat jelas perbedaan golongan orang-orang yang beriman dengan golongan orang-orang munafik, yang mana orang-orang yang beriman selalu berusaha menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan yang mungkar. Sementara orang-orang munafik berusaha menyuruh manusia untuk berbuat kemungkaran dan mencegah dari perbuatan yang baik. Sehingga orang-orang yang munafik itu merupakan bagian yang diadukan Rasulullah kelak dihadapan Allah di hari Kiamat.
Ushul Ad-Din (prinsip-prinsip ajaran agama) berikutnya adalah tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, serta larangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Hal ini sebagaimana dijelaskan pada firman Allah Subahanahu wata’ala surah Al-Maidah/5 ayat 2,
……….وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q. S. Al-Maidah/5: 2).
Pesan yang dikandung ayat di atas, perintah dari Allah untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, serta larangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran, sekaligus pada akhir ayat perintah untuk bertakwa kepada Allah. Karena tentunya khawatir ketika melakukan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran, akan kena sangsi mendapatkan siksa yang berat dari Allah.
Baca juga: Peranan Wahyu Pertama dan Terakhir dalam Kehidupan Umat Islam
Sehingga dapat dipahami bahwa orang-orang yang selalu melakukan tolong menolong dapat perbuatan dosa dan pelanggaran, termasuk golongan yang diadukan Rasulullah dihadapan Allah kelak di hari Kiamat. Karena secara logika akal sehat, orang-orang yang selalu tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran, akan berdampak merugikan kebanyakan manusia dan termasuk merugikan dirinya sendiri, bertentangan dengan hati nuraninya juga bertentangan syari’at Allah yang disampaikan Baginda Nabi Muhammad.
Terakhir Ushul Ad-Din (prinsip-prinsip ajaran agama) berikutnya adalah toleransi, yang harus dipahami dengan baik supaya tidak salah persepsi, apalagi gagal paham yang bisa berakibat merusak keyakinan atau tauhid. Hal ini digambarkan pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surah Al-Kafirun/109 ayat 6,
لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (Q. S. Al-Kafirun/109: 6).
Ayat ini merupakan penegasan terkait dengan toleransi beragama, tidak ada kompromi dalam tuntunan pelaksanaan agama (kepercayaan), sebagaimana sejarah memberikan informasi bahwa Rasulullah menolak ajakan kaum musyrikin. Walhasil, ketika salah kaprah dalam toleransi beragama – terjadinya penyatuan agama-agama, khawatir termasuk golongan yang diadukan Rasulullah di hari Kiamat nanti.
Penulis: Dr. H. Otong Surasman, M.A., Dosen Pascasarjana Universitas PTIQ Jakarta.