sebuah ilustrasi peralihan masa.

Mengapa demikian ikatan itu kian erat
lalu kasih yang menghidupinya
dengan realita yang mengikatnya
kebebasan manusia tak lagi terjerat

telah dipersembahkan setiap abad pada tiap utusannya
jantung yang berdetak hingga terbenam
cahaya di setiap jalan masing-masing sukma
layaknya sangkar terpuruk yang menunggu pakan

keindahannya menjerumuskan setiap yang merasakan
manis madu dalam kebebasan yang tak mereka anggap ada
hingga siapa lagi yang dipersalahkan
meninggalkan bekas bernama takdir

hingga akhir abad yang terbelah di tiap pasangannya
apa manusia masih bersandar dalam sangkar
menunggu setiap saat menit yang terus menganga
berpikir bahwa kemungkinan hanya di puncak sukar



Penulis: Minahul Asna

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online