
Tebuireng.online— Wisuda Bilghoib VII, Binnadzar XIII, Juz Amma XIII, dan Purna Siswa Pondok Putri Pesantren Tebuireng diselenggarakan di lapangan Pesantren Tebuireng, pada Sabtu (24/5/2025) malam. Ratusan santriwati yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan pesantrennya disaksikan oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz (Pengasuh), Ibu Nyai Lely Lailiyah Hakim, KH. Fahmi Amrullah Hadziq (Kepala Pondok Putri), Ibu Nyai Ainul Fadhilah, Ibu Nyai Faridah Salahuddin Wahid, Ibu Nyai Aisyah Muhammad Baidlowi, serta para Dzuriyah Pesantren Tebuireng lainnya.
Agenda ini juga dihadiri oleh Ketua MUI Bidang Fatwa, Prof. KH. Asrorun Ni’am Sholeh. Kehadirannya dalam acara ini adalah sebagai perwakilan walisantri. Pada sambutannya ia menyampaikan nasihat kepada walisantri dan santri.
“Atas nama walisantri kami memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Bahwa sebenarnya tanggung jawab keilmuan seorang anak adalah pada orang tuanya. Karena mungkin alasan kompetensi dan waktu, akhirnya walisantri meminta pengasuh, para guru, dan pembina agar mengajarkan ilmu agama pada anak-anak kita.” Ungkapnya tegas di hadapan hadirin. Lalu ia mengutip sebuah hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ , أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ: ” مِنْ حَقِّ الْوَلَدِ عَلَى الْوَالِدِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ: أَنْ يُحْسِنَ اسْمَهُ إِذَا وُلِدَ، وَيُعَلِّمَهُ الْكِتَابَ إِذَا عَقَلَ، وَيُزَوِّجَهُ إِذَا أَدْرَكَ
Dari Abu Hurairah Ra bahwa sesungguhnya Nabi Saw bersabda: di antara hak anak (yang didapatkan) dari orang tuanya ada tiga hal, diberikan nama yang baik ketika (anak) lahir, diajarkan membaca apabila ia telah memasuki usia cukup berakal, dan menikahkannya apabila telah dewasa.

Baca Juga: Santri Pondok Putri Tebuireng Raih Juara 3 MQK Nadhom Alfiyah
Lalu tokoh publik yang juga aktif di Kementrian Pemuda dan Olahraga, serta Ikatan Alumni Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA-PMII) menyampaikan satu hal oenting kepada para santriwati wisudawan.
“Khususnya anak saya, Aisyah La’ali Adzkiya’ serta kepada segenap anak-anak wisudawan, bahwa seremoni ini bukan akhir membaca Al-Qur’an, mengaji, dan belajar. Kegiatan-kegiatan positif di pesantren harus terus berlangsung meski bukan di pesantren.”
Pengasuh Pesantren juga menyampaikan kebanggaan pada wisudawan penghafal Al-Qur’an. Sebab Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci yang mudah dihafalkan.
Pewarta: Yuniar Indra
Editor: Rara Zarary