Budaya dan agama dalam kehidupan masyarakat Indonesia. (sumber: bola.com)

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan budaya dan bahasa yang luar biasa. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan kelompok etnis, bangsa ini memiliki lebih dari 700 bahasa daerah. Di tengah keragaman tersebut, Islam muncul sebagai agama mayoritas, dianut oleh sekitar 87% populasi Indonesia (BPS, 2021). Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13, interaksi antara budaya lokal, bahasa daerah, dan ajaran Islam telah membentuk identitas keislaman yang unik dan berbeda dari praktik Islam di Timur Tengah.

Islam dan Masuknya Budaya Lokal

Islam masuk ke Indonesia melalui cara-cara damai seperti perdagangan, dakwah, dan pernikahan, tanpa melalui penaklukan. Pendekatan ini memungkinkan Islam diterima dengan mudah oleh masyarakat lokal karena ajarannya tidak bertentangan dengan budaya yang sudah ada, melainkan berbaur dan berpadu dengannya. Akulturasi sendiri merupakan proses perpaduan dua kebudayaan yang saling memengaruhi tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing (Koentjaraningrat, 2009).

Contoh nyata dari akulturasi ini dapat dilihat pada seni wayang kulit, yang dimanfaatkan oleh Sunan Kalijaga sebagai media dakwah. Dalam beberapa cerita, Sunan Kalijaga menyisipkan nilai-nilai Islam sambil tetap mempertahankan unsur-unsur tradisi Hindu-Buddha yang sudah melekat dalam seni tersebut (Muhaimin, 2006). Selain itu, tradisi seperti Sekaten di Yogyakarta

dan Grebeg Maulud di Surakarta menunjukkan bagaimana Islam berpadu dengan budaya Jawa secara harmonis.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Proses ini menggambarkan bahwa Islam di Indonesia tidak menolak budaya lokal, tetapi justru meresap dan memperkaya makna budaya tersebut. Dengan kata lain, kedatangan Islam bertujuan untuk membimbing budaya yang ada, bukan untuk menggantikan sepenuhnya.

Bahasa sebagai Sarana Penyebaran Islam

Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. Meskipun bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an tetap dijaga kesuciannya, terutama dalam ibadah, para ulama dan penyebar Islam memilih menggunakan bahasa daerah dalam dakwah dan pendidikan agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat.

Baca Juga: Agama dan Warisan Budaya: Menjaga Tradisi atau Terjebak Dogma?

Pada perkembangan Islam di Jawa, banyak kitab keislaman ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab Pegon. Hal ini menunjukkan bagaimana bahasa lokal menjadi sarana penting untuk menjembatani ajaran Islam dengan pemahaman masyarakat (Azra, 2004). Hingga kini, pesantren-pesantren di Indonesia masih memanfaatkan kitab-kitab klasik berbahasa Arab, namun penjelasannya sering disampaikan dalam bahasa daerah atau bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa daerah juga terlihat dalam ceramah-ceramah di masjid serta acara keagamaan yang menggunakan bahasa setempat, seperti Sunda, Jawa, atau Bugis. Cara ini membantu memperkuat hubungan emosional antara masyarakat dengan ajaran Islam.

Islam Nusantara: Islam yang Membumi

Islam Nusantara lahir sebagai wujud pengakuan terhadap bentuk keislaman yang berakar kuat pada budaya lokal Indonesia. Konsep ini menggambarkan Islam yang moderat, toleran, menghormati perbedaan, dan tetap menjaga tradisi lokal selama tidak bertentangan dengan syariat Islam (Nahdlatul Ulama, 2015).

Kemampuan Islam untuk berbaur dengan budaya lokal telah menciptakan suasana damai dan penuh toleransi bagi umat Islam di Indonesia. Islam Nusantara bukanlah ajaran baru, melainkan cara memahami Islam yang sesuai dengan konteks masyarakat Indonesia yang beragam secara budaya.

Namun, tantangan tetap ada. Globalisasi dan perkembangan media sosial membuka jalan bagi masuknya paham-paham keagamaan yang eksklusif dan sering kali mengabaikan tradisi lokal. Karena itu, umat Islam di Indonesia perlu memperkuat pemahaman keislaman yang relevan dengan konteks lokal, sehingga dapat menjaga nilai-nilai Islam sekaligus melestarikan budaya dan bahasa daerah.

Baca Juga: Pahami Hubungan Nilai Agama dan Budaya yang Rawan Dipermasalahkan

Hubungan antara budaya, bahasa, dan agama Islam di Indonesia mencerminkan contoh nyata bagaimana Islam dapat beradaptasi dan hidup berdampingan dengan kearifan lokal. Islam tidak hadir untuk menghilangkan budaya yang ada, melainkan untuk membimbingnya ke arah nilai-nilai ketauhidan dan kemanusiaan. Bahasa berperan sebagai sarana penting dalam menyampaikan nilai-nilai tersebut dengan lebih efektif.

Keislaman yang terintegrasi dengan budaya lokal ini perlu terus dijaga dan dikembangkan agar masyarakat Indonesia dapat hidup dalam suasana yang damai, moderat, dan harmonis di tengah keberagaman budaya dan bahasa yang ada.



Penulis: Syafina Izzatun Yazidahayu


Sumber: Azra, Azyumardi. (2004). Islam Substantif: Memahami Hakikat dan Tujuan Agama. Jakarta: Mizan.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2021). Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut. Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Muhaimin. (2006). Islam dalam Bingkai Budaya Lokal. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nahdlatul Ulama. (2015). Dokumen Muktamar ke-33 NU di Jombang: Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia.