Cover serial film Malaysia “Bidaah” di Viu original. (sumber: infoindonesia)

Jagat media sosial akhir-akhir ini ramai membicarakan tentang sosok aktor dalam serial Malaysia “Bidaah” yang tayang melalui Viu original, yaitu sosok Walid. Banyak sekali FYP TikTok yang meniru gaya Walid yang terlihat nyentrik. Sosok Walid dalam serial drama tersebut membuat para penonton dibuat geleng-geleng atas beberapa perilaku dan ucapan Walid. Namun, setiap kisah pasti memberikan pembelajaran dari kita untuk menjadikan pribadi yang lebih hati-hati lagi. Terutama pada kalangan perempuan, dalam drama yang mengusung tokoh Walid ini tersimpan banyak sekali pembelajaran. Lantas apa saja itu?

Belajar dari drama yang berjudul Bidaah ini, bahwasanya Jangan Terpukau Hanya Karena Tampilan Luar. Janganlah  melihat lelaki dari potongan model yang terlihat agamis. Potongan model dalam istilah jawanya sering kita sebut dengan prejengan atau pawakan. Potongan model itu dapat mengelabui seseorang, maka kita apalagi kaum perempuan harus lebih berhati-hati.

Lelaki dengan potongan model yang agamis belum tentu dapat dijadikan patokan untuk memilih pasangan hidup. Perlu diperhatikan, dalam hal ini bukan untuk menghakimi semua lelaki dengan potongan model tampak agamis, namun hal ini sebagai pengingat kepada perempuan agar lebih waspada agar tidak menjadi korban seperti dalam cerita Walid ini.

Jangan terlalu mengidam-idamkan lelaki yang ketika keluar dengan model potongan yang terlihat sangat agamis. Jangan cepat menyukai hanya karena memandang saja. Perlu kamu selidiki apakah perilakunya dalam kehidupan sehari-hari mencerminkan ajaran yang sesuai syariat Islam apa tidaknya. Dalam hal berakhlak kepada orang tua dan teman-temannya juga harus diperhatikan. Jangan asal jatuh hati karena pakaian yang terlihat agamis, kenalilah perilaku dan karakternya.

Kedua, Amati Akhlaknya Bukan Sekadar Ilmunya. Banyak perempuan baik yang terjebak karena mengira orang yang memiliki ilmu apalagi mempunyai banyak gelar adalah jaminan mempunyai akhlak yang bagus. Padahal tidak semua orang yang mempunyai banyak gelar memiliki hati yang bersih dan berakhlak mulia. Jika lelaki suka merendahkan, membenarkan diri dengan dalih agama, atau bahkan memanipulasi dengan dalil-dalil agama itu pertanda lelaki yang sangat bahaya. Percayalah, bahwa lelaki yang benar-benar bertakwa itu yang menjaga lisannya, sabarnya nyata dan rendah hati.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Baca Juga: Benarkah Jodoh adalah Cerminan Diri?

Dalam berumahtangga nantinya kita hidup dengan akhlaknya, perjalanan hidup bersama dalam berumah tangga akan melewati banyak tantangan, banyak cobaan dan menguras banyak energi. Jika cinta itu habis bahkan hilang, bagaimana caranya agar dapat menumbuhkan cinta itu kembali. Bukannya memilih untuk pergi dan pindah ke lain hati. Pastikan hidup dengan pasangan yang memiliki akhlak mulia, agar dalam melewati segala ujian hidup bisa saling menguatkan bukannya saling menyalahkan, yang saling mendukung dalam hal kebaikan bukannya yang saling menjatuhkan.

Ketiga, Jangan Terburu-buru dalam Ta’aruf atau Hubungan. Ambillah waktu untuk lebih mengenal lebih dalam, apakah lelaki itu benar-benar yang terbaik atau tidak. Lihatlah bagaimana lelaki itu menghadapi segala perbedaan, kritik dan masalah. Lelaki yang dewasa secara spiritual tidak akan menjadi agama sebagai tameng untuk membenarkan nafsunya. Dalam kehidupan setelah pernikahan, pastinya banyak hal yang harus dihadapi secara bersama. Bagaimana cara dalam menyelesaikan masalah perlu kamu pahami. Karena dalam berumahtangga itu bukan siapa yang benar atau salah, namun siapa yang mau menurunkan egonya dan bersama-sama saling memaafkan kesalahan. Tentunya pasanganmu pasti suatu saat akan berbuat kesalahan. Karena pasanganmu juga manusia yang tempatnya salah. Namun, bagaimana lelaki itu dapat menyesali kesalahannya, meminta maaf dan mau memberbaiki lagi.

Baca Lagi: Perilaku Manusia Sesuai Ajaran Islam

Pesan untuk saudari sholihah yang sedang berjuang untuk mengakhiri masa lajang, bahwa “Menikah itu bukan tentang siapa yang paling agamis, namun siapa yang paling bertanggung jawab dan amanah.” Kita sebagai perempuan harus paham bahwa suami yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga bukan hanya tahu dan hafal banyak dalil, namun yang bisa menjadi tempat yang aman, rumah yang tenang, yang dapat menghormati istrinya, dan memiliki tanggung jawab lahir dan batinnya.

Jangan hanya terpikat karena dia tampak sholeh, pandai berbicara agama, atau membuat hati berbunga dengan gombalan-gombalan dalilnya. Pernikahan yang langgeng itu lahir dari dua orang yang sepakat untuk tumbuh bersama, berjuang bersama, dan membangun rumah tangga yang tujuannya bukan hanya dunia, tapi juga akhirat.



Penulis: Amalia Dwi Rahmah, pegiat literasi