Ketua PWNU Jawa Timur, KH. Abdul Hakim Mahfudz saat memberi sambutan dalam acara seminar nasional pengusulan gelar Pahlawan Nasional untuk Kiai M. Yusuf Hasyim. (foto: Ayu)

Oleh: KH. Abdul Hakim Mahfudz

Saya adalah Ketua PWNU dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, serta kebetulan merupakan cucu dari almarhum KH. Yusuf Hasyim. Banyak kenangan yang terhubung dengan beliau, baik dalam perjuangan kemerdekaan maupun dalam mempertahankan kemerdekaan, yang telah banyak disampaikan sebelumnya, termasuk dalam video yang baru saja diputar. Namun, sayangnya, sejarah yang mencakup kontribusi beliau sangat kurang dibahas di Indonesia. Apalagi, beliau hidup bersamaan dengan nama-nama besar lainnya seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahid Hasyim. Sebagai putra bungsu, cerita tentang KH. Yusuf Hasyim sering kali terlupakan.

Dari keluarga saya, interaksi dengan KH. Yusuf Hasyim cukup sering terjadi. Beliau sering datang ke Seblak, kebetulan ibu saya lebih tua sekitar lima tahun, lahir tahun 1924, dan sudah lebih dulu dididik oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Setiap kali beliau datang, terutama di pagi hari, mereka sering ngobrol tentang masa lalu dan semangat perjuangan yang luar biasa. Salah satu penghargaan yang beliau terima, sebagaimana ditunjukkan dalam video tadi, adalah penghargaan dari Presiden Soekarno dan Menteri Pertahanan pada tahun 1958. Itu adalah bukti pengakuan atas jasa-jasanya yang tak diragukan lagi.

Selain itu, ada banyak cerita lainnya. Pada masa pemberontakan PKI di tahun 1948, beliau turut berperang di Ponorogo, Magetan, dan Madiun untuk mempertahankan pondok-pondok pesantren dari serangan PKI. Bahkan di tahun 1970-an, yang merupakan masa-masa sulit bagi pondok pesantren, beliau dengan semangat tinggi tetap memperjuangkan agar pondok pesantren tetap berjalan dengan baik. Di tahun 1965, beliau menjadi pengasuh pondok pesantren hingga tahun 2006. Selain itu, beliau juga mendirikan Universitas Hasyim Asy’ari pada tahun 1967, yang masih eksis hingga sekarang.

Baca Juga: Seminar Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional KH. Yusuf Hasyim Digelar di Masjid Al-Akbar Surabaya

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di keluarga kami, peran beliau sangat besar dalam perjuangan kemerdekaan, yang diakui banyak pihak, termasuk penghargaan dari Presiden dan Menteri Pertahanan. KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahid Hasyim diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964. Dari cerita keluarga saya, kami juga sangat menghargai peran KH. Yusuf Hasyim.

Maka, saya mendukung penuh usulan untuk mengangkat KH. Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional. Seharusnya, beliau telah mendapat pengakuan ini beberapa tahun setelah wafatnya KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahid Hasyim. Mengingat jasa-jasa besar yang beliau lakukan dalam perjuangan kemerdekaan, sudah sepantasnya beliau mendapatkan pengakuan tersebut.

Saya berharap proses ini berjalan lancar, dan di sini (red. Masjid Al-Akbar Surabaya) juga hadir Ibu Khofifah, yang tentunya akan mendukung langkah ini. Harapan kami, ke depannya, lebih banyak lagi tokoh NU yang layak diangkat sebagai pahlawan nasional. Kita perlu menghormati dan mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah berjuang, terutama di Jawa Timur, yang memiliki peran besar dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan Surabaya sebagai saksi perjuangannya.



Artikel ini disampaikan oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz di seminar nasional pengusulan gelar Pahlawan Nasional untuk KH. M. Yusuf Hasyim di gedung Al-Marwah, Masjid Al Akbar Surabaya, pada hari Ahad 16 Maret 2025.