tebuireng.online– Masyarakat pesantren khususnya kalangan Nahdlatul Ulama dikejutkan dengan beredarnya surat maklumat mufaroqoh (memisahkan diri) tertanggal 21 September 2015 yang dirilis Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo terhadap kepengurusan PBNU pasca Muktamar ke-33 di Jombang. Pengasuh pesantren tersebut, menganggap kepengurusan tersebut tidak sah dan menyeleweng dari akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah ala NU sesuai arahan para pendiri.

Beberapa hari kemudian, pada 26 September 2015, beberapa media merilis, bahwa Pengasuh Pesantren Tebuireng Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid atau yang sering disapa Gus Sholah, mengeluarkan maklumat yang sama. Namun, ketika ditemui wartawan Tebuireng Online di Dalem Kepengasuhan kemarin pagi (29/09), Gus Sholah membantah adanya mufaroqoh.

Menurut Gus Sholah maklumat yang dikeluarkan bukanlah maklumat mufaroqoh, namun malah menganggap tidak ada kepengurusan PBNU yang sah saat ini. Gus Sholah menilai mekanisme yang cacat hukum dalam muktamar bulan lalu, menghasilkan kepengurusan yang tidak bisa dianggap sah.

“Tidak ada mufaroqoh, Tebuireng sejak awal tidak menganggap ada kepengurusan PBNU yang sah. Mufaroqoh kan ikut imam dulu, kemudian imam tersebut melakukan kesalahan, lalu melakukan mufaroqoh. Lah ini sejak awal Tebuireng tidak berimam, apa yang dimufaroqohi?”, ungkap Gus Sholah.

Gus Sholah juga menilai bahwa kepengurusan PBNU yang sekarang itu musykil atau bermasalah. Dalam Muktamar NU bulan lalu, panitia sebelum ada putusan penggunaan Ahwa, sudah memaksakan sejumlah nama calon Rais Aam untuk dipilih para muktamirin. Waktu pendaftaran muktamirin sudah diberikan formulir untuk memilih sembilan nama Ahwa. “Ini saya analogikan seperti hamil dulu sebelum nikah. Ahwa ini adalah janin yang keluar, kok tanggal lima baru nikahnya”, tambah beliau.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Berbeda dengan Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo yang sebelumnya mengakui, namun kemudian menemukan kesalahan dan mufaroqoh, sedangkan Pesantren Tebuireng, sejak awal sudah tidak mengakui kepengurusan hasil muktamar di Jombang. Bahkan mayoritas muktamirin yang berada di Tebuireng, menolak hadir dalam pemilihan Ketum PBNU yang dilakukan panitia 5 Agustus lalu.

Ada tiga poin maklumat yang dikeluarkan Gus Sholah, di antaranya tetap konsisten menganggap tidak ada PBNU hasil Muktamar ke 33 di Jombang. Kemudian mendukung adanya upaya hukum yang menggugat proses hasil muktamar, serta meminta warga NU untuk berpegang teguh kepada ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan selalu bertaqorrub kepada Allah SWT. (abror)