
Tebuireng.online— Pembina dan pengurus Pondok Pesantren Tebuireng melanjutkan pelatihan dan pendampingan Pesantren Ramah Santri yang berlangsung pada hari Sabut dan Ahad (21-22/9/2024). Pelatihan dan pembinaan ini dilakukan serentak seluruh Tebuireng Raya yang berlangsung di lokal masing-masing. Di Pesantren Tebuireng Sains, dilaksanakan di dua tempat yaitu balai diklat bagi pembina SMA dan di aula lantai dua SMP bagi pembina SMP.
Pada acara pembukaan pelatihan dan pendampingan itu, Ustadz Arif Khuzaini menyamapikan maksud dan tujuan diadakannya acara tersebut. Program ini dulunya merupakan gagasan dari KH. Shalahuddin Wahid. Mengingat pesantren yang dikelola dengan tradisi tradisional menilai sesuatu masih banyak hitam putihnya, karena dasarnya fikih yang hitam putih saja. Namun paradigma ini harus dirubah dengan warna baru.
“Bagaimana menghadapi santri bukan lagi salah benar, tapi dengan pendekatan dari hati ke hati,” ungkap Ustadz Arif.
Menurutnya, kita tidak boleh menghukum dengan mempermalukan dipertontonkan di depan teman-temannya, karena ini disebut pembullyan. Ini tidak bisa disamakan dengan pesantren dulu kita pas kecil, dibentak, dijewer atau semacamnya.
“Hukuman seperti itu tidak bisa diterapkan sekarang, karena zamannya sudah berbeda. Inilah tujuan pelatihan diadakan. Agar lebih mengerti perasaan anak-anak,” imbuhnya.
Baca Juga: Tebuireng Adakan Pendampingan untuk Pembina dan Pengurus Pesantren
Beliau juga menjelaskan tentang bagaimana manusia diciptakan 2 telinga, dan satu mulut, kita disuruh untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Ada seorang yang bertanya kepada Rasulullah. Nabi saya mau nanya urusan dunia dan akhirat. Tanyalah terserah, salah satu pertanyaannya adalah, ya nabi aku ko pingin dicintai Allah.
Pertama, Sayangi dirimu. Kedua cintai hambanya Allah, dan ketiga Allah akan mencintaimu. Dengan itu kita akan belajar mencintai diri sendiri. Kemudian bagaimana kita mencintai santri binaan yang merupakan hamba Allah. Sehingga Allah akan mencintai kita.
“Maka, pagi ini kita niat belajar bagaimana kita mendengarkan dan memberi solusi permasalahan santri,” tegasnya.
Selama dua hari berturut-turut dari pagi jam tujuh hingga malam jam sepuluh kurang seluruh pembina mengikuti rangkaian acara dengan antusias. Dengan metode belajar yang diselingi dengan ice breaking dan dipandu langsung oleh Psikolog, membuat semangat belajar para pembina membara lagi. Peserta juga turut aktif bertanya ketika sesi tanya jawab.
Salah satu Pembina yang juga menjadi peserta, Syofi merasa sangat bersyukur karena menyadari bahwa Pesantren Tebuireng selalu memberikan dan berusaha mengupayakan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat pesantren.
“Maturnuwun sanget Tebuireng, semoga kami dapat mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari baik didalam pengabdian maupun sebaliknya,” ucapnya.
Dr. Yulia Sholichatun tim Psikolog yang mendampingi pelatihan dan pendampingan itu juga ikut memberikan komentar terhadap pelaksanaan acara ini. “Kami hanya memberikan stimulasi, dan ustadz Arif sudah mengemas dalam versi pesantren. Dan kami menunggu produk-produk pesantren, syukur jika bisa memunculkan khas pesantren, bisa dikembangkan tidak plek ketiplek yang diajarkan,” ungkapnya saat diwawancarai.
Pewarta: Aulia