
Oleh: Putri Aurora
Panggilan Sang Kaki Empat
Selayang keindahan terlintas. Secarik kata terucap. Tertusuklah hati bercampur luka. Linangan kepedihan lahir di balık senyum dan tawa. Tidak! Tidak terjadi apa-apa. Hatı terus mengelak realita.
Meski begitu air mata tak bisa berbohong. Ia terus berbicara tentang luka ini. Jangan sembunyikan aku. Wahai akal… Kenapa kau lecutkan pikiran yang melukai sejawatmu? Kau titahkan bıbır untuk berucap apa yang kau isyaratkan. Wahai hati..Tidakkah kau merasa bahwa kau telah mati? Kemana kau saat itu? Bergetar sang hati mendengarnya.
Maafkan aku! Tertatih bibir ini mengucapnya Sang air mata terus berbicara Wahai air mata Maafkan aku! Aku tak tahu akan hal itu. Sang bibir terus mengungkapkan penyesalannya.
Wahai insan, sayangilah sahabatmu. Wahai insan yang sedang bersengketa, kemarilah! Ceritakan apa yang kalian riuhkan! Akan ku suguhkan hidangan yang lezat Dan minuman hangat yang menghangatkan hati.
Itulah panggilan oleh sang kaki empat. Bersamanya para bıbırpun saling berucap maaf tangis air matapun pudar seketika. Gurauan dan candaanpun kembali bersemi. Tugasku sudah selesai. Seru sang air mata.
Pahamilah sahabatmu. Jaga lisanmu sekalipun saat bergurau. Dia adalah seberkas rızkı dari Tuhanmu. Tanpanya, kau layu tersudut dan terhempas. Dengannya kau bisa berbagi duka lara. Kau tangguh menghadapi segala rintangan
Terima kasih Tuhan. Telah kau anugerahkan sahabat sebaik mereka. Terima kasih sahabat. Karena kau selalu ada untukku.
Setia Merindunya
Sebait namaku sebut Inggris. Sebait nama si pembakar buntara jiwa. Sebait nama yang selalu menyita setiap afeksi. Sebait nama yang selalu memikat cita.
Musim demi musim berganti. Kini asa semakin membumbung tinggi. Harapan untuk menujunya semakin lalar. Rindupun semakin terpatri lebih kuat.
Aku tak tahu, entah sampai kapan ku dekap rasa ini. Entah sampai kapan ku bendung rindu ini. Entah sampai kapan ku lafalkannya di setiap doa ini. Dan entah sampai kapan permainan waktu ini. Tak sedikitpun rasanya untuk sumarah.
Aku akan setia. Setia untuk terus dan terus merindunya untuk menggapai asa ini.
Aku Sang Serigala
Malam bernyanyi semakin mendayu. Jangkrik berdendang mengiringi. Burung hantu mulai leluasa merajai dunia. Dan aku sang serigala, mengaung bebas dengan penuh amarah.
Degupan hati bak genderang perang. Sepasang mata seakan sedang membidik. Bibir mulai murka. Lisan terus bergejolak. Dahi bergelombang bak air samudra. Sang iblis terus membisikkan keegoisan. Mereka salah. Kamu yang benar, tapi mengapa kamu tetap memilih menjadi pecundang seperti ini?
Wahai dunia, mengapa kau selalu jahat? Kenapa aku hanya bebas mengaum hanya ketika malam tiba? Ketika para pasang mata sudah terlelap. Sehingga tak ada yang tahu tentang auman amarahku ini
Tuhan, mana keadilanmu? Kau hanya menakdirkanku mengaum di malam hari. Aku ingin mereka tahu auman amarahku ini Tuhan!
Pesan Tuhan… Suatu saat akan Kutunjukkan keagunganKu. Tentang keadilan untukmu. Tak perlu kau tunjukkan amarahmu. Aku yang akan menunjukkan kepada mereka. Itu sudah tugasKu. Suatu saat kau akan takjub dengan keagunganKu ini.
Wahai manusia, jangan kau balas kejahatan sesamamu. Sesakit apapun hatimu. Kau tak berhak untuk membalasnya. Itu kuasa Tuhan. Tugasmu hanya mengadukan semua padaNya. dalam tahajudmu tengah malam. Karena saat itu, Tuhan turun untuk mendengar langsung aduan para hambanya tanpa kau tahu.