ilustrasi bulan dzulqo’dah

Oleh: Diba*

Allah Swt memberikan momen kehidupan bagi kita untuk bisa mengisi dengan berbagai kebahagiaan dan berbagai amal-amal kebaikan untuk bekal kita di akhirat. Allah Swt berfirman dalam Qs. Ibrahim ayat 5:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِـَٔايَٰتِنَآ أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ وَذَكِّرْهُم بِأَيَّىٰمِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur”.

Ayat ini memberikan isyarat kepada kita bahwa momen kehidupan yang Allah Swt berikan kepada kita harus kita maknai bersama, waktu demi waktu, hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun. Tidak hanya sekedar hitungan natural kehidupan alam saja, tetapi menjadi bagian dari kehidupan perlu kita syukuri atas nikmat yang telah diberikan dan perlu kita sabari ketika menimpa musibah dari Allah Swt.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Terkait momen kehidupan yang ada dalam hidup kita, Allah Swt telah memberikan bulan mulia, yang Allah Swt sendiri memuliakannya, sebagai mana dalam firman Allah Swt. dalam Qs. at-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.

Satu di antara bulan mulia yang sedang kita jalani adalah bulan Dzulqa’dah, yang mana setelahnya bulan Dzulhijjah, yang dikatakan ulama dan rasul menyatakan dalam hadits, sudah menjadi bagian bulan-bulan mulia. Ada empat bulan mulia yang dikenal dalam Islam, diantaranya; Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Apa yang Istimewa di Bulan Dzulqa’dah?

Karena masuk dalam bulan mulia dari bulan-bulan yang lainnya, apabila dilihat dari riwayat hadits maupun catatan sejarah, bahwa kemuliaan Dzulqa’dah di antaranya karena bulan ini mejadi awal proses perjalanan orang menuju Mekkah untuk ibadah haji saat itu, maka kemudian ulama mengatakan Dzulqa’dah dikatakan sebagai bulan di mana para orang Arab saat itu berdiam diri untuk tidak berperang, untuk tidak berniaga keluar daerah dan kota, karena untuk mempersiapkan ibadah haji yang saat itu jatuh pada bulan Dzulhijjah.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik Ra:

Pertama, terjadinya Perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian Hudaibiyah ini terjadi pada tahun keenam setelah Rasulullah Saw., hijrah ke kota Madinah. Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara kaum muslimin yang diketuai oleh Rasulullah langsung, dengan kaum Quraisy yang berada di kota Mekkah. Saat itu Rasulullah bersama dengan para sahabat (jamaah haji), dilarang memasuki kota Mekkah.

Kedua, adalah pelaksanaan haji wada (haji perpisahan), karena setelah pelaksanaan haji wada Rasulullah tidak lagi melaksanakan ibadah haji karena beliau wafat beberapa bulan setelahnya. Rasulullah Saw. dengan para sahabatnya melaksanakan ibadah haji ini dimulai perjalannya dari Madinah menuju Makkah sejak bulan Dzulqa’dah, sampai beliau melaksanakan puncak ibadah haji pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-10 Hijriyah dengan melakukan wukuf di Arafah.

Ketiga, terdapat pula riwayat yang menyebutkan bahwa pada bulan Dzulqa’dah sahabat dekat Rasulullah Saw., Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat. Abu Bakar Ash-Shiddiq ini adalah sahabat istimewa beliau, karena Abu Bakar termasuk golongan Assabiquunal awwaluun (golongan yang pertama masuk Islam).

Abu Bakar sosok yang menemani perjalanan beliau hijrah dari Makkah ke Madinah. Abu Bakarlah yang menemani beliau di dalam gua Tsur, juga Abu Bakar pula yang sering menjadi imam pengganti pada saat Rasulullah Saw., sedang tidak ada di tempat. Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada tanggal 22 Dzulqa’dah, tiga tahun setelah Rasulullah wafat.

Keempat, Rasulullah Saw., selama hidupnya pernah melaksanakan ibadah umrah sebanyak empat (4) kali, dan pelaksanaannya dilaksanakannya pada bulan Dzulqa’dah.

Ini merupakan peristiwa yang terjadi di bulan Dzulqa’dah sebagaimana Allah Swt memuliakan bulan ini. Selain itu, rasul juga melakukan Perang Badar dan berbagai aktivitas perjuangan rasul yang lainnya dan juga banyak terjadi di bulan Dzulqa’dah. Satu hal yang perlu dicatat pula bahwa kemuliaan bulan Dzulqa’dah tidak hanya terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw, Al-Quran mencatat pula sejarah bahwa Nabi Musa as mendapatkan risalah taurat, sebagaimana ada dalam Qs. Al-A’raf ayat 142:

۞ وَوَٰعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَٰهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخْلُفْنِى فِى قَوْمِى وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya: “Dan telah kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”.

Maka setiap bulan yang Allah Swt berikan keagungan di dalamnya sudah pasti banyak keagungan dan kemuliaan di dalamnya, bahkan Ibnu Abbas menyatakan: “Barang siapa yang melakukan amal kebaikan di bulan-bulan mulia ini, sungguh Allah Swt akan melipat gandakannya dan sebaliknya pula siapa saja yang berbuat dosa, maksiat, kemungkaran di bulan mulia ini pula Allah Swt akan melipat gandakan siksaan dan mudharat kepadanya”.

Maka dari itu prinsip yang harus dipegang, jika sesuatu itu dimuliakan oleh Allah Swt dan sudah pasti di sana banyak kemuliaan yang harus kita dapatkan dan raih bersama. Ini merupakan sekilas tentang gambaran kenapa bulan Dzulqa’dah menjadi bagian mulia diantara bulan-bulan yang lainnya. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: Syariat Haji dan Haji Orang Meninggal Dunia


*alumnus Universitas Hasyim Asy’ari