buah semangka

Dahulu kala ada satu kelompok anak muda pengangguran yang selalu mengobrol hal-hal yang tidak berfaedah, berperilaku buruk dan sering lalai dalam agama.

Suatu hari, mereka sedang mengadakan perkumpulan seperti biasanya, karena tidak ada camilan sebagai jamuan perkumpulan tersebut lalu disuruhlah salah satu pemuda di antara mereka untuk pergi ke pasar membeli makanan suguhan, makanan segar, dan sebagainya. Dan orang tersebut diberi bekal uang 20 dirham, jika mata uang Indonesia sebesar 82.000 rupiah.

Berangkatlah pemuda tadi ke pasar sendirian. Saat sampai di pasar, ia berkeliling untuk mencari jamuan yang cocok untuk perkumpulan tersebut. Namun, di tengah-tengah berkeliling, ia terhenti karena melihat ada orang yang melelang satu semangka yang menjadi rebutan orang banyak. Ia penasaran sebenarnya semangka seperti apa yang dilelangnya sampai membuat banyak orang mengerumuninya.

Lalu pemuda tersebut menghampiri salah satu orang yang juga hendak membeli semangka tersebut, dan dia bertanya kepadanya, “Kenapa satu semangka ini menjadi rebutan orang banyak? Ada apa dengan semangka tersebut?” tanyanya penasaran. Lalu yang ditanya menjawab, “Karena buah semangka itu baru disentuh oleh salah seorang wali (kekasih) Allah Swt. yang bernama Syaikh Bisyr bin Harits”.

Saat mendengar jawaban itu, seketika dia langsung memasang harga tertinggi yakni 20 dirham dan ternyata tidak ada yang memasang harga lebih tinggi lagi darinya. Akhirnya dia pulang dengan membawa satu buah semangka tersebut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pemuda yang disuruh tadi akhirnya telah sampai ke tempat perkumpulannya. Teman-temannya pun merasa jenuh menantikan kedatangannya karena pemuda yang disuruh tadi pergi cukup lama.

Saat mereka melihat apa yang dibawa oleh pemuda tadi, mereka kaget. Mereka lama sekali menunggu, dan ternyata yang dibawa hanya satu buah semangka, tentu membuat teman-temannya penasaran, heran dan terjadilah dialog di antara mereka.

Teman-temannya berkata, “Kamu lama banget sih, dan sekarang yang kamu bawa cuma satu buah semangka saja?” Pemuda tadi menjawab, “Tunggu dulu, biar aku jelaskan, meskipun aku cuma bawa satu buah semangka tapi buah ini ajaib dan menakjubkan!”

Teman-temannya tambah bingung, “Maksudmu apa?” Pemuda tersebut menjawab, “Semangka ini baru disentuh oleh Bisyr bin Harits, sebab inilah aku menang lelang dengan memasang harga paling tinggi, dan aku tukar uang kita semua dengan satu semangka ini.”

Lantas, teman-temannya bertanya dengan nada remeh, “Siapa sih Bisyr yang kamu sebut itu? Siapa dia sampai hanya disentuh olehnya saja bisa bernilai tinggi!”

Pemuda tadi menjelaskan bahwa Bisyr bin Harits adalah seorang hamba Tuhan yang taat pada Allah SWT, dan Allah SWT memberikan kemuliaan padanya.

Saat mendengar jawaban tersebut, tiba-tiba teman-temannya terdiam sejenak sambil merenungi jawabannya itu. Seketika suasana menjadi hening, lalu tanpa pikir panjang mereka memakan buah semangka tersebut bersama-sama.

Kemudian salah satu dari mereka ada yang berujar, “Berarti, jika orang yang taat pada Allah Swt. akan mendapatkan kemuliaan seperti ini di dunia (Semangka bekas sentuhannya menjadi rebutan orang banyak), maka bagaimanakah kedudukannya saat di akhirat? Pasti lebih dari ini.”

Semua mengangguk membenarkan ucapannya. Tidak berselang lama, atas izin Allah Swt. akhirnya satu komplotan tadi bertobat dari hal-hal yang mereka lakukan selama ini, hanya karena nilai yang terkandung dalam satu semangka berkah tadi.

Barang remeh pun jika disentuh oleh kekasih Allah akan mempunyai nilai yang berbeda, mengandung berkah bagi yang mendapatkannya. Jadi, tidak heran kenapa santri begitu antusias dengan minuman atau hidangan yang dimakan oleh kiai atau keturunan Rasul. Tentu sama dengan cerita di atas, ingin mendapatkan berkah dari kiai atau keturunan Nabi. Entah supaya dapat meniru kebaikannya, ibadahnya ataupun yang lainnya. Karena mereka para kekasih Allah tentu sangat dekat dengan-Nya, sedangkan manusia biasa yang berlumuran dosa hanya bisa gondel pada kekasih-Nya.


Refrensi kitab Al-Fushul AI-Ilmiyyah wal Ushul Al-Hikamiyyah Hal. 73 cetakan Darul Hawi karya dari Imam Abdullah bin Alawi al Haddad.


Ditulis oleh Fitriatul Hasanah