Oleh: Dr. Hj. Mardiyah, M.Ag*

Pendahuluan

Di antara permasalahan  yang telah menjadi kesepakatan para ahli pendidikan adalah, jika seorang anak diperlakukan secara keras, dididik dengan pukulan, dan hinaan oleh kedua orang tuanya, maka dampak yang akan timbul adalah reaksi negatif yang ada pada perilaku dan akhlak anak, ia akan diliputi rasa takut dan cemas, hal ini bisa mengakibatkan seorang anak berani membunuh kedua orang tuanya dan meninggalkan rumah demi menyalamatkan diri dari kezaliman orang tuanya. [1]

Menurut Athiyah sebelum Islam, sistem pendidikan yang dipakai terhadap anak-anak adalah sistem keras dan kasar. Dimana-dimana sekolah terdapat cambuk, dimana-mana terdapat hukuman yang kejam. Akan tetapi para filosof Islam kemudian memperingatkan akan bahayanya sisitem ini dalam pendidikan, dan mereka telah melarang penggunan cambuk dan hukuman kejam dan sebaliknya menyarankan cara-cara lunak, lembut, membenarkan kesalahan-kesalahan anak-anak dengan jiwa yang halus dan kasih sayang serta menyelidiki pula latar belakang yang menyebabkan kekeliruan tersebut dan berusaha untuk memahaminya serta menyatakan kepada anak akan akibat kekeliruan tersebut. Dengan demikian mereka menjalani suatu bentuk pendidikan yang ideal serta memberantas cara-cara yang kasar dan keras dalam pendidikan yang dianggap sebagai pembunuh cita-cita, Penumpul kepintaran dan selajutnya membawa kepada kehinaan penipuan dan rasa rendah diri. [2]

Pemikiran Konsep Pendidikan Anak Perspektif Athiyah Al-Abrosyi

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

1. Pengertian Pendidikan Anak

Pendidikan anak adalah pembiasaan dari sejak dini. Anak-anak harus dibiasakan kepada adat kebiasaan yang terpuji sehingga menjadi adat kebiasaan pula bila ia sudah besar.  Anak-anak adalah amanah di tangan ibu bapaknya, hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya, maka apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik, maka akan besar dengan sifat-sifat baik serta bahagia dunia akhirat. Sebaliknya jika terbiasa dengan adat-adat buruk, tidak dipedulikan seperti halnya hewan, maka ia akan hancur dan binasa.

2. Metode Pendidikan Anak

a. Metode pembelajaran Al-Qur’an

Sebelum belajar membaca dan menulis, anak-anak menghafal surat surat singkat dari Al-Qur’an secara lisan, yaitu dengan jalan membacakan kepada mereka surat-surat singkat dan mereka pun membaca bersama-sama, hal ini diulang berkali-kali sampai mereka hafal diluar kepala. dalam metode ini soal penjelasan arti dari surat-surat yang mereka hafal tidak dipentingkan, murid-murid menghafal ayat-ayat tersebut tanpa mengerti maksudnya hanya sekedar untuk mengambil berkat dari Al-Qur’an dan menanamkan jiwa keagamaan, jiwa yang shaleh dan taqwa di dalam dari anak-anak yang masih muda itu, dan dengan keyakinan bahwa periode anak-anak adalah waktu yang sebaik-baiknya buat penghafalan secara otomatis dan memperkuat ingatan.

b. Pengajaran syair[3] dan sajak bagi anak-anak

Filosof-filosof Islam mempunyai cara tersendiri dalam mengajarkan syair dan sajak. Guru-guru memilihkan syair yang mudah dan singkat buat anak-anak dan mudah pula dari segi timbanganya sehingga mudah dihafal dan dimengerti oleh anak-anak. Biasanya, yang mereka pilih ialah syair-syair yang memuja akhlak-akhlak baik, mencela setiap yang buruk, seperti pujian terhadap orang pemurah dan celaan terhadap orang bakhil. Dalam rangka ini Ibnu Sina berkata: “Anak-anak seharusnya membaca syair yang pendek-pendek lebih dahulu setelah itu barulah qosidah yang panjang, pembacaan dan penghafalan syair yang pendek-pendek lebih gampang, karena kalimat-kalimatnya yang singkat dan timbanganya yang ringan.[4]

c. Metode pendidikan moral

Untuk pendidikan moral dan akhlak dalam Islam, terdapat beberapa metode atau cara, sebagai berikut:

1. Pendidikan secara langsung

Yaitu dengan cara mempergunakan petunjuk, tuntunan, nasehat, menyebutkan manfa’at dan bahaya-bahayanya sesuatu. Dimana pada murid dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Menunutun kepada amal-amal yang baik, mendorong mereka berbudi pekerti yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela. Wasiat-wasiat yang baik dalam bidang pendidikan moral anak-anak adalah sebagai berikut:

  • Sopan santun adalah warisan yang terbaik
  • Budi pekerti adalah teman yang sejati
  • Mencapai kata mufakat adalah pimpinan yang terbaik
  • Ijtihad adalah perdagangan yang menguntungkan
  • Akal adalah harta yang paling bermanfaat
  • Tidak ada bencana yang lebih besar dari kejahilan
  • Tidak ada kawan yang lebih buruk dari mengagungka diri sendiri

2. Pendidikan akhlak secara tidak langsung

Yaitu, dengan jalan sugesti seperti mendektekan sajak-sajak yang mengandung hikmah kepada anak-anak, memberikan nasehat-nasehat dan berita-berita berharga. Mencegah mereka membaca sajak-sajak yang kosong termasuk yang menggugah soal-soal cinta. Seorang guru harus dapat mensugestikan kepada anak-anak dengan beberapa contoh dari akhlak-akhlak yang mulia seperti berkata benar, jujur dalam pekerjaan, adil dalam menimbang, pemberani dna ikhlas.

Selanjutnya mengambil manfaat dari kecendrungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlak. Sebagai contoh mereka memiliki kesenangan meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, gerak-gerik orang-orang yang berhubungan erat dengan mereka. Oleh karena itu filosof-filosof Islam mengharapkan dari setiap guru supaya mereka berhias dengan akhlak yang baik, mulia dan menghindari hal yang tercela.dalam hubungan ini Uthbah bin Abi Sufyan pernah mewasiatkan kepada salah seorang guru anknya; “hendaklah anda memperbaiki anak saya seperti anda memperbaiki diri anda sendiri, kesalahan anak-anak itu ada hubungnya dengan kesalahan anda sendiri, sesuatu yang baik menurut mereka adalah apa yang anda anggap baik, begitupun dalam hal yang tercela.[5]

3. Prinsip-Prinsip Mengenai Guru dan Murid

a. Akhlak dan moral yang sempurna lebih berharga dari pada ilmu

Menurut anggapan kaum muslimin, akhlak yang sempurna lebih berharga dari pada ilmu, dan mereka menjadikan akhlak ini sebagai landasan untuk suksesnya murid dam belajar. Pengagungan ilmu, ulma’ dan sarjana.

b. Perhatian yang cukup dalam mempererat hubungan pribadi dan saling mencintai antara ulama’ dan orang terpelajar.

Seorang alim atau sarjana haruslah menaruh rasa kasih dan solider terhadap siswa yang terpelajar dan melayani mereka ini ibarat bapak dan anaknya. Sebaliknya murid diharuskan menyenangkan, menghormati dan memulyakan guru-guru mereka. Adanya hubungan erat dan saling mencintai antara guru dan siswa merupakan landasan pokok bagi suksesnya pendidikan dan pengajran.

Suksesnya seorang pendidik tergantung pada dapat atau tidaknya ia menanamkan jiwa saling mempercayai dan persaudraan antara guru dan muridnya. Bila seorang guru ikhlas terhadap murid, dan merasakan solidaritasnya dan cintanya terhadap murid, maka setiap yang sukar akan menjadi gampang, yang sulit akan menjadi mudah.[6]

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan anak perspektif M. Athiyah Al-Abrosyi sebagai berikut:

Konsep pendidikan anak perspektif M. Athiyah Al-Abrosyi meliputi:

1. Definisi pendidikan anak, pendidikan anak adalah pembisaan dari sejak dini. Anak-anak harus dibiasakan kepada adat kebiasaan yang terpuji sehingga menjadi adat kebiasaan pula biala ia sudah besar.

2. Metode pendidikan anak meliputi: metode pembelajaran al-quran, pengajaran syair dan sajak pada anak, pendidikan moral.

3. Prinsip pendidikan anak meliputi: akhlak dan moral yang sempurna lebih berharga dari pada ilmu, pengagungan ilmu dan ‘Alim ‘Ulama’, perhatian yang cukup dalam mempererat hubungan pribadi dan saling mencintai antara ‘ulama’ dan orang terpelajar.

4. Tanggung jawab orang tua meliputi: pendidikan terhadap anak secara halus, pendidikan budi pekerti, pembentukan tingkah laku yang baik pada anak.

 


[1]  Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyyatul Aulad Fil Islam, Pendidikan Anak Dalam Islam, Cet. I (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hal. 134

[2] M Athiyah Al-Abrosy,  Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam…, hal. 20-21               

[3] Pelajaran syair adalah suatu pendidikan dan sebagai jalan menegakan moral yang mulia. Dengan jalan penghafalan syair-syair berisi akhlak berarti mereka mendidik anak-anak dengan pendidikan keindahan, menanamkan dalam jiwa mereka rasa seni yang indah, memuaskan pembawaan kelahiran mereka dari segi musik

[4]  M Athiyah Al-Abrosy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,1993), hal. 197-200

[5]M Athiyah Al-Abrosy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,1993), hal. 106-108

[6] M Athiyah Al-Abrosy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,1993), hal. 148-149

*Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah UINSA Surabaya dan DPK Fakultas Tarbiyah UNHASY Tebuireng Jombang