
Oleh: Albii*
Di dalam ruang sunyi hati meradang
gelisah menari dalam malam yang kelam
kegundahan menghimpit, laksana sang angin
mengusik tidur, meracuni mimpi indah
biar coba kupendam dalam batin
resah ini tak mampu tenggelam
seolah ada beban tak terucapkan
memikul duka, walau kucoba tahan
angan-angan hampa, menghantui pikiran
menghadirkan rasa yang tak tertanggungkan
di persimpangan jalan, ragu menyelimuti
mana yang benar, dan mana khayalan
dalam sunyi ini, aku bertanya
mengapa gelap begitu menggoda
mengapa ragu selalu mengembara
di setiap langkah, kini bahkan nanti
tak ada jawab, hanya kebingungan
bersama luka yang semakin meradang
mungkin ini bagian dari perjalanan
menemukan arti dalam kegundahan
namun, kuharap suatu saat nanti
cahaya akan datang menerangi relung hati
kegundahan ini akan sirna dengan sendirinya
dan hidup akan berjalan seperti biasa
Kecamuk Hidup
Di tengah hiruk-pikuk hidup yang berkecamuk
hati ini terasa semakin muak dengan yang terjadi
seperti gelombang yang terus bergulung
masalah datang silih berganti tanpa kenal henti
pahit rasanya mencerna setiap kejadian
yang terjadi tak selalu indah untuk dikenang
beban hidup terasa semakin berat
dalam riuhnya dunia, aku merasa terperangkap
kesedihan dan kekecewaan menguasai hati
seolah tak ada lagi sinar terang yang terpancar
namun, di balik semua itu, ada harapan terpendam
mengajakku bertahan dan berani melangkah
biarkan muak ini hadir sejenak
sebagai pengingat akan kehampaan duniawi
namun takkan kubiarkan ia menguasai jiwaku
aku akan bangkit dan menemukan arti sejati
hidup adalah perjalanan yang penuh warna
ada suka dan duka yang harus dihadapi
kini kumulai kekuatan untuk berdiri tegar
menghadapi segala hal dengan hati yang tabah
semoga suatu saat nanti, muak ini akan sirna
digantikan oleh kebahagiaan dan kedamaian
ketika itu tiba, kusadari semua ini berarti
bahwa hidup adalah anugerah yang tak ternilai.
Suatu Saat Nanti
Di dalam relung hati yang sunyi terdiam
mati rasa tumbuh subur tanpa henti
seperti reruntuhan jiwa yang hampa
rasa ini menghantui tanpa ada obatnya
air mata yang kering tak mampu berlinang
raut wajah membeku tanpa ekspresi
seakan ada tembok tak terlihat mengelilingi
memisahkan dunia dari alam batin yang kosong
tidak ada obat yang dapat meredakannya
dan tidak ada obat yang mampu menyembuhkan
hanya sepi yang terus berbisik di malam gelap
menyanyikan lagu pilu yang tak pernah usai
terhanyut dalam kesunyian
aku mencari jawaban di kehampaan ini
namun tiada titik terang yang kusaksikan
hanya gelap yang semakin mendalam
hati yang mati rasa terasa beku
menangislah, katamu, tapi hatiku bisu
seolah jiwaku terbungkam dalam kelam
menyisakan duka yang tak terungkap
tapi aku percaya, suatu saat nanti
waktu akan memudarkan luka di dalam
walau belum ada obat untuk mati rasa ini
mungkin cahaya akan datang dan menyentuh hati
hingga saat itu, biarkanlah aku bertahan
merangkai harap di antara kekosongan
mungkin suatu hari nanti, rasa ini berakhir
dan kembali hidup dengan rasa
*Mahasiswa KPI Unhasy.