
Tebuireng.online- Memperingati Hari Sumpah Pemuda, sekaligus dalam rangka merespon Peraturan Mentri Agama RI Nomor 73 tahun 2022, OSIS Madrasah Aliyah Al-Chodidjah Tebuireng menggagas Gerakan Generasi Tanpa Pacaran yang dirayakan dengan mengadakan lomba poster kliping montase bertema “Perempuan Tangguh”. Rangkaian kegiatan dilaksanakan sejak tanggal 1-7 November dan dipuncaki dengan sarasehan muda berjudul “Semangat Berproses Sebagai Perempuan untuk Turut Aktif Berkontribusi bagi Peradaban” yang diisi oleh Ibu Elisa Nurul Laili, Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
Salwa Diaz Anugerah, Ketua OSIS MA Al-Chodidjah mengungkapkan, “Gerakan ini adalah gerakan anak-anak muda yang dipelopori oleh Osis MA Al-Chodidjah, dari hasil diskursus siswa yang rutin dilakukan ketika jam ekstra jurnalistik, gerakan ini tidak memiliki keterkaitan secara keorganisasian dengan Indonesia Tanpa Pacaran. Meskipun mungkin memiliki visi yang sama, yakni memperbanyak anak-anak muda yang sadar akan pentingnya menjaga diri dari perilaku pacaran (sebelum menikah) yang sudah sangat jelas dilarang oleh ajaran agama, yang dewasa ini di kalangan mainstream banyak orang seolah sudah dimaklumi sebagai budaya,” katanya.
Sejalan dengan hal tersebut, Dandy A.D selaku Waka Kesiswaan MA Al-Chodidjah juga mengatakan, “Secara epistemologi, pacaran adalah peristiwa transaksi sosial antar dua individu laki-laki dan perempuan, dimana dalam proses transaksi sosial tersebut berlaku dalam kesadaran sebagai laki-laki dan sebagai perempuan yang saling bertukar kemesraan dengan dalih cinta dan kasih sayang. Dapat dikatakan pacaran adalah sebuah peristiwa hubungan suami istri secara batin antar dua individu tanpa adanya ikatan yang sah menurut syariat agama.
Hal tersebut, menurutnya, sangat menganggu perkembangan yang sedang berproses dalam diri remaja yang sedang bersekolah, karena dalam proses metabolisme hormon, hormon yang sedang berkembang, yang seharusnya merupakan bahan bakar untuk berproses menimba ilmu dan pengetahuan, meningkatkan kemampuan diri melalui berbagai macam bentuk proses menjadi tersedot untuk perbuatan maksiat bernama pacaran. Hal tersebut sudah banyak yang menuliskannya dalam bentuk penelitian ilmiah.
Selain itu, “Dampak dari ketergangguan proses pertumbuhan hormon yang sedang berkembang oleh pacaran adalah, proses perkembangan penalaran remaja tidak bisa mendapatkan hasil maksimal, selain itu juga bisa menyebakan menjadi pribadi yang gagap dalam menghadapi masalah, tidak mampu berfikir berat dan mudah menyerah serta daya juangnya dalam usaha melakukan sesuatu menjadi lemah. Hal tersebut dikarenakan proses perkembangan metabolisme hormon yang sedang berproses terganggu oleh aktivitas berupa pacaran,” imbuhnya.
Kepala MA Al-Chodidjah mengungkapkan apresiasinya atas kegiatan positif yang digagas penggurus OSIS MA Al-Chodidjah sebagai bentuk upaya preventif menjaga diri dari segala bentuk kekerasan seksual dan membudayakan generasi tanpa pacaran di Madrasah sesuai dengan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 73 tahun 2022.
Shakiya Afifah selaku ketua pelaksana kegiatan sumpah pemuda OSIS MA Al-Chodidjah mengungkapkan, “Semoga dengan gerakan generasi tanpa pacaran ini. agar semakin banyak remaja remaja seperti kita yang memfokuskan diri berproses menjadi generasi pembaharu yang menjadi titik kebangkitan Indonesia di masa depan,” ucapnya.
Pewarta : Anisa Faiqotul Jannah