ilustrasi wanita ngobrol, berbisik bisik foto: Agung Supriyanto. Republika

Oleh: Qurratul-Adawiyah*

Pernahkan kita melakukan suatu perbuatan buruk yang kita sendiri tahu bahwa jika melakukannya akan mendapatkan dosa besar? Jawabannya adalah pernah dan bahkan sering. Perbuatan tersebut biasa kita kenal dengan istilah ghibah. Sekali saja kita mendapatkan informasi kejelekan orang lain, maka dengan sendirinya pembicaraan kita akan semakin terasa nikmat untuk terus mengorek-ngorek perbuatan jelek orang tersebut. Padahal perbuatan itu sangatlah besar balasannya.

Imam Nawawi secara lugas dalam kitab al-Adzkar mengatakan yang termasuk ghibah adalah membicarakan sesuatu yang dibenci baik tentang agama, fisik, perilaku, harta, orang tuanya, anak istrinya, raut muka baik dengan uacapan, tanda, atau sekedar isyarat.

Dalam sebuah hadis juga disampaikan terkait ghibah, yaitu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ» قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: «إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ»

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya:Tahukah kamu, apakah ghibah itu?’ Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu, kemudian Rasulullah SAW bersabda: Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak disukai. “Seseorang bertanya, Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang suka bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapakan?’ Beliau berkata: Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka itu berarti kamu telah mengunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.” (HR. Muslim:2589 ).

Sebagimana Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang mengunjing sebagian yang lain. apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang.” (Q.S Al-Hujarat:12)

Penjelasan tersebut menegaskan larangan mengunjing (ghibah) antar sesama. Bahkan dalam firman Allah tersebut, mengunjing diumpamakan seperti halnya memakan bangkai daging saudaranya. Karena segala bentuk kejelekan yang terdapat diantara sesama makhluknya itu merupakan sesuatu yang sangat menjijikakn yang tak perlu dibicarakan hingga ke ujung-ujungnya dengan lisan yang sungguh terlalu indah untuk membahas yang seharusnya dikubur dalam-dalam agar tidak terdengar dan menyebar ke mana-mana baunya kejelekan tersebut.

Namun tak bisa dipungkiri hidup di masyarakat yang sudah menganggap hal itu sebuah kebiasaan, yang sebenarnya mendatangkan dampak negatif yang sangat luar biasa, maka Islam dengan segala bentuk keindahannya dan rahmat untuk menciptakan ketentraman melarang untuk melakukan perbuatan tersebut sebagai pemutus tidak melakukan perbuatan dosa itu. Jadi kita sebagai makhluk sosial yang kelak akan hidup di masyarakat maka berhati-hatilah dalam berbicara sesuai dengan maqolah Imam Syafi’i yang penulis sebelumnya sampaikan.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari