Oleh: Dimas Setyawan*

Islam hadir di Indonesia dengan pergumulan sejarah yang cukup panjang melalui serangkaian perjalanannya. Dakwah Islam di Indonesia pun melalui perbedaan dengan dakwah-dakwah Islam pada umumnya. Yakni menggunakan sistem pendekatan kultur budaya dan adat istiadat yang telah dianut oleh masyarakat Indonesia saat itu.

Wali Songo, mencoba untuk memperkenalkan Islam secara damai tanpa adanya pertumpahan darah. Dan hasilnya hingga saat ini Indonesia, menduduki peringkat nomor satu sebagai negara muslim terbanyak di dunia.

Salah satu contoh dakwah yang disampaikan oleh para Wali Songo ialah  memadukan nilai keislaman dengan nilai kebudayaan penduduk sekitar. Sehingga hadirnya Islam tidak mengubah secara keseluruhan dari nilai-nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun nenek moyang bangsa Indonesia.

Dalam perjalan memadukan keislaman dengan kebudayaan dapat melalui dengan tiga tahapan yakni, pertama, budaya yang notabene sebagai produk bumi itu, jika sudah cocok dengan kehendak langit (agama) maka harus dilestarikan. Kedua, budaya yang tidak sesuai, maka dikoreksi, diganti atau dihabisi bila perlu. Dan Ketiga, budaya yang kosong dan belum ada nilai, maka diwarnai dengan agama.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Salah satu contoh ritual kebudayaan masyarakat Indonesia yang menjadi ritual keagamaan salah satunya adalah ziarah kubur. Ziarah kubur ialah salah satu budaya masyarakat Indonesia yang dijalankan dalam waktu yang teramat panjang. Tetapi pada pengamalannya, ziarah kubur yang dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia waktu itu, berpotensi sebagai sesuatu yang kufur, dengan meminta-minta keberkahan atau meminta segala hajatnya di atas kuburan. Hal itu justru bertolak belakang dengan ajaran Islam. Maka Islam hadir untuk mengoreksinya lalu mengubahnya.

Definisi Ziarah

Ziarah kubur memiliki makna mengunjugi makam umat Islam dengan tujuan mendoakan ahli kubur. Biasanya mereka membaca Al-Quran, tahlil, dan kalimat-kalimat thayyibah lainnya, lalu berdoa untuk kebaikan si mayit. Bukan untuk meminta-minta kepada sang mayit. Karena sejatinya, hanya kepada Allah lah kita meminta segala keperluan dan hajat kita.

Dasar Ziarah Kubur

Terdapat sebagain golongan menganggap bahwasanya ziarah kubur adalah perbuatan bid’ah, bahkan musryik. Bahkan mereka berpendapat, perbuatan ziarah kubur tidak pernah sama sekali disyariatkan oleh Nabi Muhammad semasa hidupnya. Teryata ziarah kubur justru memiliki landasan yang cukup kuat untuk bisa kita lakukan saat ini. Adapun dalil utama dalam berziarah terdapat dari hadist yang tertulis dalam kitab Sunan Ibnu Majah. Hadits tersebut berbunyi;

حدثنا يونس بن عبدالأعلى قال: حدثنا ابن وهب قال: أنبأنا ابن جريح، عن أيوب بن هانىء، عن مسروق بن الأجدع، عن ابن مسعود، أن رسول الله عليه وسلم، قال : كنت نيهتكم عن زيارة القبور، فزوروها ؛ فإنهاتزهد في الدنيا، وتذكر الآخرة. (سنن ابن ماجه، ج ١، ص ٥٠١)

“Yunus bin Abdul A’la menceritakan kepada kami, Ibnu Wahbin menceritakan kepada kami, Ibnu Juraij menceritakan kepada kami, dari Ayyub bin Hani’, dari Masruq bin Ajda’, dari Ibni Mas’ud. Bahwa Rasulullah Saw bersabda, “aku telah melarang kalian untuk berziarah kubur, sekarang berziaralah. Karena ia dapat menjadikan zuhud di dunia dan ingat pada (kehidupan) akhirat”. (Sunan Ibnu Majah, jilid. 1, h. 501)

Dalam hadits itu terdapat beberapa nilai yang dan pesan yang bisa kita petik. Pertama, pada awalnya Rasulullah melarang umatnya untuk berziarah. Karena pada masa itu ialah masa-masa awal berdirinya Islam. Dalam artian, iman para sahabat saat itu masih belum kuat. Karena belum sempurnanya iman para umat Islam, dikhawatirkan ketika berziarah kaum muslim justru terjerumus pada hal yang tidak diinginkan.

Kedua, setelah Islam kuat dan banyak pengikutnya, Rasullullah justru memerintahkan kepada umat Islam untuk berziarah. Dengan beranggapan bahwa sudah cukup kekuatan iman di hati kaum muslim.

Ketiga, dari ziarah Rasullullah seakan-akan ingin memberikan suatu pendidikan terhadap kaum muslimin bahwa selalu mengingat akan hal kematian. Karena salah satu hal yang pasti dari manusia ialah mati, sebagaimana firman Allah, “setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati”. Dari belajar kematian, umat Islam bisa secara terus menerus meningkatkan imannya.

Nabi Muhammad Menziarahi Makam Ibunya

Banyak yang tidak diketahui bahwasanya Nabi Muhammad Saw pernah berziarah ke makam Ibunya. Kisah tersebut dicatat oleh Imam Muslim di dalam kitabnya, Shahih Muslim yang berbunyi;

حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة، و زهير بن حرب، قال : حدثنا محمد بن عبيد عن يزيد بن كيسان، عن أبي حازم، عن أبي هريرة، قال: زار النبي صلى الله عليه وسلم قبر أمه، فبكى وأبكى من حوله

“Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zubair bin Harb menceritakan kepada kami. Mereka berdua berkata, Muhammad bin Ubaid menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Laksana, dari Abi Hazim, dari Abi Hurairah berkata, “Nabi Muhammad Saw berziarah ke makam ibunya sampai menangis dan membuat orang di sekitarnya juga menangis”. (Shahih Muslim, jilid.2, h. 671)

Imam Syafi’i Berziarah Ke Makam Imam Laits

وقد تواتر ان الشافعي زار الليث بن سعيد واثنى حيرا وقرأ عنده ختما وقال أرجو أن تدوم فكان امر كذلك

“Telah tersiar berita yang berkesinambungan, bahwa Imam Syafi’i Berziarah ke makam Al-Laits bin Sa’ad, memuji-mujinya, serta membacakan Al-Qur’an satu kali khatam di sisinya. Beliau kemudian berkata, “Aku berharap semoga terus menerus ada yang membacakan Al-Qur’an di kubur”. Kemudian pembaca (Al-Qur’an) terus menerus dilakukan. (Qam’u Ahli Zaighi, 45)

Ziarah Kubur Tradisi Ulama Salaf

سمعت الشافعي يقول : إني لاتبرك بأبي حنيفة واجيء إلى قبره في كل يوم فإذا عرضت لي حاجة صليت ركعتين وجئت إلى قبره وسألت الله تعالى الحاجة عنده

“Saya mendengar bahwa Imam Syafi’i ra berkata, “sesungguhnya aku mengambil berkah dari Imam Abu Hanifah. Aku berziarah ke makamnya setiap hari. Jika aku dihadapkan pada suatu kebutuhan, aku sholat dua rakaat kemudian mendatangi makam beliau dan memohon kepada Allah SWT untuk mengambulkan kebutuhanku”. (Tarikh Baghdad, Jilid.1, 122)

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.